Provinsi Jawa Timur memiliki segalanya sebagai destinasi "MICE" (meeting incentive conference and exhibitions) nasional maupun internasional, namun potensi yang ada belum digarap dan dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku pariwisata serta masyarakat setempat.
Karena itu, Ketua Inacca (Indonesia Congrees & Convention Asociation) Ida Bagus Surakusuma menyatakan kekhawatirannya bila bisnis "MICE" di Jatim "diambil" oleh pebisnis wisata dari Jakarta dan Bali yang secara SDM mumpuni serta siap.
Menurut pria yang karib disapa Lolec ini, aksesibilitas/infrastruktur darat, laut dan udara, mulai bandara, pelabuhan, penerbangan, jalan tol hingga transportasi darat bertaraf internasional, fasilitas seperti hotel maupun ruang pertemuan, mal, objek wisata, seni dan budaya pertunjukan maupun kerajinan khas (cenderamata) di Jatim, khususnya Surabaya tersedia sangat memadai.
"Ada tiga pilar utama memajukan bisnis MICE, pemerintah, masyarakat dan industri pelancongan. Pemerintah di Jatim sudah sangat peduli dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan hingga promosi pariwisata, kini tinggal pelaku pariwisata dan masyarakat mampu tidak menangkap peluang ini (bisnis MICE)," ucapnya di Surabaya, akhir pekan lalu.
Saat seminar bisnis "MICE" terkait "Majapahit Travel Fair/MTF" di Surabaya, ayah tiga orang anak itu menuturkan bahwa potensi Jatim sebagai destinasi MICE nasional maupun internasional sudah memadai, tetapi belum sama sekali digarap, sehingga tidak heran bila bisnis MICE diambil (berkembang) di Jakarta dan Bali, di mana kedua daerah tersebut pebisnis wisata dan masyarakat sudah siap dan mampu mengarap potensi yang ada.
Kakek dari 10 orang cucu ini tidak menyangkal bahwa kelemahan utama di Jatim SDM (sumber daya manusia) yang mengarap bisnis MICE masih terbatas, kalau ada BPW (biro perjalanan wisata) yang bertindak sebagai "PCO" (Professional Congeress Organizer) masih sangat minim. Padahal bisnis MICE harus dikerjakan oleh PCO, bukan sekadar "EO" (Event Organizer).
"Kalau EO siapa saja bisa bentuk, modal jutaan Rupiah daftar ke notaris sudah bisa. Tetapi PCO minimal harus punya modal 2 miliar Rupiah dengan tenaga profesional dibidangnya yang memadai serta mempunyai jaringan internasional yang luas," tutur pemilik pengelola BPW/Convex Pasifik Nusantara di Bali ini.
Lolec menuturkan, kegiatan terkait MICE di Tanah Air setiap tahun 300 hingga 400 aktivitas, sedangkan di dunia belasan ribu. Untuk Indonesia pebisnis pariwisata yang bisa mendapatkan berkah dari bisnis MICE terbesar dari Jakarta dan Bali.
"Kenapa hanya Jakarta dan Bali? padahal potensi Jatim dalam bisnis MICE cukup besar. Pemerintahnya sudah perhatian, kini tinggal industri pariwisata dan masyarakat Jatim. Masa MTF sudah yang ke 13 kali diselenggarakan, kok hasilnya gini-gini aja," tukasnya.
Lolec menilai jangan salahkan bila bisnis MICE di Jatim digarap oleh pelaku wisata dari Jakarta dan Bali, karena pelaku industri wisata dan masyarakat Jatim sendiri yang belum siap.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012