Peringatan Hari Ibu merupakan salah satu momen terbaik yang perlu diabadikan, karena merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia untuk memproklamasikan ke negara lain di dunia.
Pada peringatan Hari Ibu setiap tahun, bisa dijadikan refleksi untuk lebih menghormati, merenung, dan menghargai setiap pengorbanan seorang ibu yang telah dilakukan tanpa batas.
Cinta tanpa batas itu, karena sosok ibu tidak hanya memberikan cinta dan kasih sayang terhadap anaknya, melainkan juga dengan mengajarkan nilai moral, nilai kehidupan dan memberikan semua dukungan yang tidak akan tergantikan sampai kapanpun.
Peringatan Hari Ibu merupakan bentuk penghormatan yang dilakukan tanpa pamrih yang ditunjukkan oleh sosok ibu.
Ibu tidak hanya berperan di rumah tetapi juga menjalankan peran lainnya secara menyeluruh dan berkontribusi penuh untuk anaknya. Ibu bisa mencari nafkah, penasehat, pendidik, pendengar yang baik dan lainnya.
Esensi peringatan Hari Ibu sangat berpengaruh sebagai pembelajaran seumur hidup yang memiliki banyak nilai positif dari seorang ibu kepada anaknya.
Sosok ibu memberikan nilai positif yaitu tentang kejujuran, tidak mudah menyerah, semangat, memiliki rasa tanggung jawab. Sosok ibu dapat membentuk karakter sang anak di masa depan.
Peringatan Hari Ibu bukan saja tentang memberikan hadiah atau bunga tetapi bisa menjadi momen refleksi diri dan mengingat nilai-nilai moral yang diajarkan oleh ibu.
Peringatan Hari Ibu menjadikan kita lebih menghargai dan menyadari bahwa banyak pengorbanan dan dedikasi yang telah diberikan seorang ibu kepada anaknya.
Hari Ibu diperingati setiap 22 Desember, tapi apa makna Hari Ibu sebenarnya?
Tentunya tiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang Hari Ibu. Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya.
Peringatan dan perayaan itu biasanya dilakukan dengan membebastugaskan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.
Banyak diantara kita memaknai hari ibu dengan memberikan penghargaan kepada ibu, baik berupa ucapan selamat maupun berupa hadiah. Tapi apakah ucapan selamat dan hadiah itu cukup untuk membuktikan bahwa kita telah berbakti kepada ibu kita?
Semua agama mengajarkan hal yang sama bahwa sebagai anak kita mempunyai kewajiban berbakti kepada ibu.
Jadi kita mengingat dan menyayangi ibu tidak hanya pada saat peringatan Hari Ibu saja, namun setiap saat kita harus menyayangi dan menghormati ibu yang telah menempuh perjuangan begitu panjang.
Perjuangan panjang itu dimulai saat anaknya dilahirkan, dirawat dan dibesarkan, dididik dengan penuh kasih sayang dan tidak pernah mengenal lelah, sampai mengantarkan anaknya ke gerbang kesuksesan dalam hidupnya.
Dengan demikian, sebagai seorang anak, kita harus menyadari betapa ibu kita telah memperjuangkan dan menyayangi kita lebih dari apapun di dunia ini.
Peringatan Hari Ibu di Indonesia sesungguhnya mengandung makna yang lebih agung dari sekadar romantisme perayaan belaka. Hari Ibu bukan hanya diperuntukkan bagi para ibu dalam arti harafiah saja melainkan juga untuk seluruh perempuan Indonesia.
Selaras dengan sejarah ditetapkannya, misi awal peringatan Hari Ibu ditujukan untuk mengenang semangat dan perjuangan perempuan Indonesia dalam meningkatkan kualitas bangsa.
Perayaan tersebut juga sekaligus menjadi cerminan semangat kaum perempuan yang mampu bersatu untuk memajukan negara.
Namun, seorang ibu tak boleh melupakan tugas utamanya sebagai pendidik. Penyematan gelar ibu itu, karena ada generasi yang harus ia besarkan.
Para ibu di zaman sekarang harus memahami tugas besar ini. Sebagai subjek, ibu berhadapan dengan anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya.
Peringatan Hari Ibu bukan saja peringatan untuk mengucapkan terima kasih atas jasa para ibu yang begitu istimewa bagi seluruh masyarakat Indonesia, tetapi lebih dari itu.
Peringatan Hari Ibu bertujuan mendorong semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas untuk memberikan perhatian dan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan.
Hari ibu seharusnya tidak hanya diperingati pada 22 Desember saja, tapi diperingati setiap hari, agar sebagai seorang anak kita sadar betapa ibu kita telah memperjuangkan dan menyayangi kita lebih dari apapun di dunia.
Ibu adalah sesosok figur yang memperlihatkan keanggunan dan kasih sayang yang tidak bisa diukur dengan apapun dan sudah sepantasnya kita selalu menanamkan kepada diri untuk berbakti kepada ibu.
Surga ada di telapak kaki ibu, doa seorang ibu sangat makrifat bagi anak-anaknya.
Dalam Islam, banyak ajaran yang memerintahkan umatnya untuk mencintai dan menghormati sosok ibu.
Dalam hadis Rasulullah SAW mengisyaratkan agar berbakti kepada ibu tiga kali lebih besar daripada berbakti kepada ayah.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Abi Hurairah yang menceritakan bahwa suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW untuk menanyakan terkait seorang ibu.
"Siapakah di antara manusia yang paling berhak kami sikapi dengan baik?"
Nabi menjawab, "Ibumu."
Orang itu bertanya lagi, "Siapa lagi setelah itu?"
Nabi menjawab, "Ibumu."
Orang itu bertanya lagi, "Siapa lagi setelah itu?"
Nabi menjawab, "Ibumu."
Orang itu bertanya lagi, "Siapa lagi setelah itu?"
Nabi kemudian menjawab, "Ayahmu."
Tidak sampai di sana, kemuliaan seorang ibu pernah disinggung dalam hadis lain. Rasulullah SAW juga bersabda bahwa seorang ibu diakui sangat mulia sebagaimana ditegaskan dalam hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik RA.
"Surga itu di bawah telapak kaki ibu."
Berbagai hadis dan dalil-dalil menjadi landasan kuat bahwa doa orang tua untuk anaknya akan dikabulkan Allah SWT alias tidak tertolak. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita harus berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu.
Namun masih ada seorang ibu yang menjadi korban mendapat kekerasan dan perlakuan yang tidak baik dari seorang suami dalam rumah tangganya dan ketika anak-anak telah tumbuh dewasa dan telah diantarkan ibundanya ke gerbang kesuksesan.
Tidak sedikit juga seorang ibu yang mendapatkan perlakuan yang tidak layak dari anak-anaknya, yang berujung sang ibu dititipkan ke panti jompo.
Sayyid Muhammad melanjutkan dalam karyanya bahwa ungkapan Nabi SAW seperti surga di bawah telapak kaki ibu menjadikan kita umatnya yang ingin menggapai surga bisa tersampaikan jika mereka menempuh jalan birrul walidain atau berbakti orangtua, berkhidmah kepada mereka, terkhusus kepada ibu.
Dengan menempuh jalan birrul walidain secara absolut dan tanpa kita sadari sebagai umat kita sudah menjalankan perintah Nabi dengan taat, cinta, dan kasih sayang.
Jadi, Peringatan Hari Ibu bukan sekadar hari untuk mengucapkan “terima kasih” kepada ibu kita. Hari Ibu merupakan suatu bentuk apresiasi kepada para perempuan Indonesia yang sudah memperjuangkan hak-haknya sampai detik ini.
*) Penulis adalah Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jawa Timur dan Dosen Pascasarjana Universitas Airlangga
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024