Surabaya - Indonesia menjadi salah satu pasar terbesar di dunia untuk peralatan kontruksi dan bangunan, seiring meningkatnya permintaan untuk mendukung pertumbuhan sektor infrastruktur dalam beberapa tahun ke depan. Kepala Bidang Material dan Peralatan Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi Kementerian Pekerjaan Umum, Yaya Supriyatna, di Surabaya, Selasa, mengemukakan, saat ini sejumlah industri peralatan konstruksi dan bangunan dari berbagai negara sudah masuk ke Indonesia. "Kebutuhan peralatan berat untuk sektor konstruksi dan bangunan hingga beberapa tahun ke depan masih akan cukup tinggi, karena sektor infrastruktur juga terus tumbuh pesat," katanya saat sosialisasi pameran niaga bidang kontruksi, bangunan dan pertambangan "ConBuild Mining & Renewables Indonesia 2012". Menurut Supriyatna, dibanding beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam, pertumbuhan sektor infrastruktur Indonesia sebenarnya masih lebih rendah, yakni kurang dari 5 persen per tahun. Namun, pertumbuhan infrastruktur diyakini akan terus meningkat setiap tahunnya, seiring terus membaiknya kondisi perekonomian nasional dan menggeliatnya pembangunan di berbagai daerah. "Diharapkan hingga tahun 2025, pertumbuhan sektor infrastruktur bisa mencapai angka rata-rata 14 persen per tahun," tambahnya. Kepala Bidang Teknik Kontruksi Berkelanjutan Pusat Pembinaan Penyelenggara Konstruksi Kementerian PU, Dewi Chomistriana, menambahkan, pemerintah telah menetapkan program Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) guna percepatan pembangunan infrastruktur. Kebutuhan dana pembangunan infrastruktur untuk mendukung MP3EI mencapai Rp1.786 triliun, dengan asumsi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari 5,5 persen pada 2010 menjadi sekitar 7 hingga 7,7 persen pada 2014. "Alokasi dana pembangunan infrastruktur melalui Kementerian PU juga meningkat dari tahun ke tahun. Tahun ini sekitar Rp62,52 triliun atau naik 7,87 persen dari anggaran 2011 sebesar Rp57,96 triliun," katanya. Bahkan, hampir sekitar 50 persen dari anggaran infrastruktur tersebut dialokasikan untuk pembangunan di wilayah Indonesia timur. Menurut Dewi, kenaikan anggaran infrastruktur juga membutuhkan dukungan sumber daya kontruksi, baik material maupun peralatan yang berasal dari produksi lokal atau impor. Managing Director & CEO Asia Pacific Messe Munchen International (MMI) Asia Pte Ltd, Ronald Unterburger, selaku penyelenggara pameran ConBuild Mining, juga mengakui bahwa Indonesia merupakan salah satu pasar cukup potensial untuk industri peralatan kontruksi dan bangunan. "Indonesia salah satu negara berkembang yang infrastrukturnya terus tumbuh signifikan dan itu memerlukan dukungan peralatan konstruksi dan bangunan," katanya. Terkait kegiatan "ConBuild Mining dan Renewables" ke-2 di Jakarta pada 2-5 Mei 2012, ia menjelaskan, sejumlah perusahaan terkemuka seperti dari China, Jerman, Korea, Singapura, Jepang, Belgia, dan juga Indonesia siap berpartisipasi dalam pameran niaga internasional itu. Pada pameran perdana tahun lalu, sebanyak 200 peserta dari 22 negara ikut berpastisipasi dan dihadiri lebih kurang 5.500 orang pengunjung dari kalangan profesional. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012