Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan mengonfirmasi bahwa fenomena tanah gerak yang menyebabkan kerusakan pada delapan rumah warga di Dusun Salam, Desa Karanganyar, Kecamatan Kebonagung, sudah berlangsung sejak 2019.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan, Radite Suryo Anggono, Rabu menjelaskan bahwa peristiwa ini berawal dari tiga rumah yang rusak akibat tanah gerak pada 2019 dan bertambah parah pada Selasa malam, 10 Desember 2024, setelah hujan deras mengguyur lokasi.
"Tanah ini sudah bergerak sejak 2019, namun kerusakannya semakin meluas," kata Radite.
Menurut data BPBD Pacitan, hingga saat ini, delapan rumah warga terdampak tanah gerak. Rumah-rumah tersebut meliputi milik Sujito, Suryadi, Debi Maryanto, Sandiman, Tukiyat, Surani, Sugito, dan Susanto. Tanah gerak menyebabkan amblesnya bagian lantai rumah dan retaknya dinding bangunan.
Pemerintah setempat telah memberikan bantuan darurat, namun warga terpaksa mengungsi karena ancaman kerusakan yang lebih parah, apalagi dengan musim hujan yang masih berlangsung.
Fenomena ini sudah mendapatkan perhatian dari berbagai instansi terkait.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bahkan telah melakukan pengecekan lokasi dan menganalisis bahwa pergerakan tanah di daerah tersebut berlanjut sejak 2018.
Menurut analisa PVMBG, tanah yang terus bergerak membutuhkan penanganan lebih lanjut untuk mencegah kerusakan lebih besar.
"PVMBG merekomendasikan relokasi sebagai langkah terbaik agar warga dapat terhindar dari ancaman tanah gerak yang terus berlanjut," ujar Radite.
Dampak dari fenomena ini cukup signifikan bagi warga setempat. Berdasarkan data dari BPBD Pacitan, kerusakan pada rumah warga semakin parah setelah hujan deras yang berlangsung selama berjam-jam pada Selasa malam.
Berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan di kawasan tersebut tercatat mencapai 150 mm dalam 24 jam terakhir, yang memperburuk kondisi tanah yang sudah mulai bergerak sejak 2019.
Hujan dengan intensitas tinggi berpotensi memicu pergerakan tanah yang lebih besar, memperburuk risiko bagi warga yang tinggal di daerah tersebut.
Warga yang terdampak berharap segera ada langkah konkret dari pemerintah untuk merelokasi mereka.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024