Bojonegoro - Seratus siswa di Bojonegoro, Jatim, mengikuti "casting" (proses pemilihan pemain/pemeran) untuk film layar lebar berjudul "Hasduk Berpola" yang disutradarai, Harris Nizam (28), di Gedung SMT, Desa Kalianyar, Kecamatan Kapas, Bojonegoro, Sabtu. "Rencananya, casting berlangsung dua hari mulai Sabtu sampai Minggu (8/4), untuk memilih enam pemain laki-laki dan dua pemain perempuan yang usianya berkisar 10-12 tahun," kata Sutradara Film 'Hasduk Berpola', Harris Nizam, di lokasi 'casting' di Bojonegoro, Sabtu. Sebelum ini, "casting" film yang ceriteranya ditulis warga asal Bojonegoro, Bagas Dwi Bawono, yang kini menetap di Jakarta itu, juga digelar di Surabaya, yang diikuti sekitar 300 pelajar. Rencananya, peserta "casting" di Surabaya itu hanya diambil dua pemain laki-laki yang warga asli Surabaya. "Pengambilan 10 pemain yang dibutuhkan tersebut, menyesuaikan dengan kisah yang ada di dalam film Hasduk Berpola," katanya, mengungkapkan. Ia menjelaskan, syuting film "Hasduk Berpola" dengan skenario, Bagas Dwi Bawono dan novelis, Kirana Kejora itu, akan dimulai pada Mei mendatang dengan mengambil lokasi 90 persen di Bojonegoro dan 10 persen di Surabaya. Di Bojonegoro, di antaranya lokasinya di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, di dekat Jembatan Kaliketek yang melintas di perairan Bengawan Solo. "Di Surabaya, lokasi syuting, di antaranya di sebuah hotel di Surabaya," ucapnya, menambahkan. Menurut dia, setelah pembuatan film rampung, maka penayangannya akan dilakukan secara serentak di seluruh bioskop di Indonesia pada November. Produser film tersebut, yaitu 'Aleta Pictures" bekerja sama dengan "Square Apple". "Kalau sebelum ini, film yang pernah saya buat dengan judul, 'Surat Kecil Untuk Tuhan' itu, penayangannya di 75 gedung bioskop di Indonesia," kata Harris, alumnus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu. Secara terpisah, penulis ceritera film "Hasduk Berpola", Bagas Dwi Bawono, menjelaskan, pengambilan delapan pemain asal Bojonegoro dan dua pemain asal Surabaya tersebut, untuk menyesuaikan dengan dialek bahasa dari pemain sesuai ceritera di dalam film. Alasannya, lanjutnya, film itu mengambarkan kehidupan pejuang kemerdekaan yang terlunta-lunta di Surabaya, kemudian pulang ke kampungnya di Bojonegoro. "Kalau 10 pemain anak-anak diambilkan dari daerah lain di Jatim, saya kira kurang pas," katanya, menegaskan. Yang jelas, baik Harris dan Bagas, menyatakan, pemeran utama film "Hasduk Berpola" yaitu maestro biola Idris Sardi dan penyanyi Iga Mawarni. Bagas menjelaskan, film "Hasduk Berpola" berawal dari cerpen yang dibuat di facebook. Ringkas ceritera dalam cerpen itu, Masnun, sebagai pejuang kemerdekaan yang merasa penakut, dari Surabaya pindah ke Bojonegoro, hidup bersama dengan anaknya, Rahayu, yang menjanda dengan dua anaknya, Budi dan Bening. Dalam film itu, berakhir dengan nekadnya Budi yang mengibarkan bendera merah putih di atas hotel Majapahit, yang dulu bernama Hotel Yamato, sebagai rasa cintanya kepada kakeknya, Masnun. Ia melakukan hal itu, karena tahu, kakeknya, ikut bersama-sama pejuang ketika terjadi perobekan bendara Belanda di hotel itu. Karena itu, lanjutnya, ketika Budi sudah berhasil mengibarkan bendara merah putih di atas Hotel Majapahit, film ditutup dengan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan secara bersama oleh berbagai lapisan masyarakat. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012