Barcelona (ANTARA/AFP) - Penyerang AC Milan, Zlatan Ibrahimovic, memicu kontroversi setelah timnya disingkirkan oleh Barcelona dari Liga Champions, dengan menyebut bahwa sang juara bertahan mendapat bantuan wasit di Camp Nou. Bagaimanapun, pelatih Barcelona Pep Guardiola, meresponnya dengan mengatakan bahwa pencapaian semifinal kompetisi tersebut untuk kelima kalinya secara berturut-turut - menyamai yang dilakukan Real Madrid pada akhir era 1950-an, telah menjadi bukti kemampuan timnya. Pelatih Real, Jose Mourinho, pernah berkata bahwa mustahil mengalahkan Barca di Camp Nou, dan Ibrahimovic yang marah, yang pernah menjalani semusim mengecewakan dengan Barca pada kampanye 2009/2010, mengklaim hal yang sama setelah timnya kalah 1-3 pada Selasa (Rabi dini hari WIB), menyusul hasil imbang 0-0 pada pertandingan pertama di San Siro. "Kami mampu menyamakan kedudukan, dan kemudian penalti kembali diberikan bahkan ketika bola tidak sedang dimainkan," kata Ibrahimovic. "Itu merupakan keputusan yang sangat aneh dan menghancurkan permainan. Mungkin terdapat dorongan (penalti diberikan wasit asal Belanda, Bjorn Kuipers, karena Alessandro Nesta menarik kaus Sergio Busquets), namun jika bola tidak dimainkan, maka anda tidak dapat meniup peluit." "Barca tidak memerlukan keputusan seperti ini, ketika kita berbicara mengenai tim terbaik di dunia." "Saya mulai mengerti apa yang dimaksud Mourinho ketika ia berbicara mengenai datang ke sini untuk bermain melawan mereka. Saya melihatnya langsung sekarang." Guardiola menyerang balik Ibrahimovic, dengan mengatakan bahwa pencapaian timnya tidak dapat diragukan. "Saya akan membiarkan pelatih Ibrahimovic mempertimbangkan komentar-komentarnya, namun sekarang terlihat sepertinya ia telah menjadi teman Mourinho," kata Guardiola dengan wajah asam. "Jika ia berkata bahwa ini adalah berkat wasit maka boleh-boleh saja, namun lima kali di semifinal adalah respon. Kami melakukan omongan kami di lapangan." "Kami benar-benar layak untuk melaju, ketika mereka membukukan tiga tembakan dan kami 21 (tembakan), dan catatan tersebut adalah saat melawan tim Italia. Jika orang-orang mengharapkan enam atau tujuh gol, maka kali ini tidak seperti itu." "Saya merasakan hal yang sama mengenai pemain-pemainku, apakah mereka lolos ke putaran berikutnya atau tidak, mereka telah mencapai sedemikian banyak, sehingga mereka tidak perlu membuktikan lebih banyak untukku." Itu bukanlah malam digelarnya sepak bola spektakuler seperti saat Barca menghancurkan Bayer Leverkusen dengan skor 7-1 pada putaran sebelumnya, di mana Lionel Messi mencetak lima gol. Pertandingan perempat final ini secara efektif ditentukan pada dua penalti yang dicetak Messi, yang membuat dirinya total telah mencetak 51 gol di Liga Champions dan saat masih berusia 24 tahun, untuk memecahkan rekor 50 gol yang telah bertahan lama. Messi juga memecahkan rekor untuk gol-gol yang dicetaknya di Liga Champions musim ini, dengan dua golnya pada pertandingan semalam membuat pemain Argentina ini total telah mencetak 14 gol, dan memecahkan rekor sebelumnya yang dibukukan atas namanya sendiri dan Ruud van Nistelrooy, yakni 12 gol. Messi memang sangat tajam, namun kesuksesan tim secara keseluruhan di bawah asuhan Guardiola, tidak pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga Barca asuhan Guardiola pun kini kerap dibanding-bandingkan dengan tim-tim hebat di masa lalu, seperti Ajax yang dilatih Rinus Michel atau AC Milan di bawah pimpinan Arrigo Sacchi. Bukan hanya karena mereka lima kali mampu menembus semifinal Liga Champions secara berturut-turut, namun mereka memenangi dua dari tiga kompetisi terakhir, serta memenangi tiga gelar Liga Spanyol terakhir, meski akan sulit bagi mereka untuk mempertahankan trofi tersebut tahun ini, setelah tertinggal enam poin dari Real Madrid. Barca menguasai menit-menit awal permainan, dan unggul setelah serangkaian kesalahan kubu Milan. Bola yang dikuasai Massimo Ambrosini di lini tengah, berhasil dicuri oleh Messi, yang kemudian merangsek ke area pertahanan Milan, dan kemudian terlihat membuat keputusan keliru dengan mengoperkannya kembali pada Xavi. Bola yang dikuasai Luca Antonini berhasil direbut oleh pemain internasional Spanyol tersebut, namun ia kemudian melanggar Messi, dan membuat wasit menghadiahi penalti, yang kemudian dieksekusi Messi dengan sempurna. Milan menyamakan kedudukan melalui Antonio Nocerino, namun kemudian terjadi keputusan penalti kontroversial, di mana Nesta menarik kaus Busquets, saat sedang dilakukan tendangan sudut. Messi kembali mampu mengecoh Abbiati dari titik putih, dan kemudian pada awal babak kedua, Andres Iniesta, melengkapi duka Milan melalui golnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012