Pameran seni rupa yang diinisasi IKA SRD UNESA ini mengambil tajuk pameran "Lalu Kini" diselenggarakan di Galeri Merah Putih Alun-alun Surabaya dibuka oleh Profesor seni rupa Djuli Djatiprambudi berlangsung 20 hingga 24 November 2024.
Dibuka secara simbolis dengan memecahkan tujuh kendi oleh para senior dan pengajar yaitu Djuli Djatiprambudi, Wayan Setyadarma,Vera, Chrisyanti Angge, dan ketua IKA SRD Ubaydillah Effendi dan sekretaris Anang Prasetyo.
Peserta pameran terdiri dari alumni beberapa angkatan. Mereka adalah Salamun Kaulam, Wayan Setyadarma, Djuli Djatiprambudi, Chrisyanti Angge, Vera, Khusnul Bahri, Huri, Ahmad Dzawil, Hendri R. Sidik, Abah Roni, Anang Prasetyo, Andiy Qutuz, Bagas KP, Anang Prahara, Erlia, Novi Rosandi, Aris Daboel S, Sugihartono, Subeki , Rahmat Widadi, Achmad Feri, Widodo Sulak, Agung gondrong Cak Dhar, Rocky, Suwarni, Ahmad Mahzumi, Cipto Lukman Hakim, Eko Sumilir, Pramudya, Machfoed Gembong, Simpen Prayitno, Mbah Slamet, Basuki Ratna, Achmad Safi'i, Dadok, Anwar Sanusi, Arik S Wartono, M. Arifin, Arif Fajar, Ubedillah, Cak Yak, M Ibrar, Fahril Alvin B.
Pameran Lalu Kini mengisyaratkan pertautan antar-generasi. Ada 4 dekade. Mulai dari angkatan 1979 hingga generasi 2014. Ini mengisyaratkan simbol estafet perjuangan dan pergerakan yang dimiliki oleh seni rupa dan desain UNESA.
Sehingga tak pelak, inilah simbol kebangkitan Seni Rupa Desain Unesa dalam mencapai kejayaan dalam konstelasi kesenirupaan di tanah air.
Hal ini ditandai bahwa UNESA sebagai institusi telah melahirkan seniman dengan talenta kesenirupaan yang mumpuni. Ditambah dengan keberadaan guru besar seni rupa Unesa yakni Profesor Dr Drs Djuli Djatiprambudi, sebagai Profesor di bidang ilmu seni rupa. Artinya bahwa seni menjadi sebuah ilmu secara mandiri dan independen.
Jika dilihat dalam perspektif siklus 100 tahunan, ini merupakan puncak kesenirupaan Indonesia. Khususnya di Surabaya provinsi Jawa Timur.Walhasil pameran ASF Art Surabaya Forum ini, menjadi penanda kebangkitan seni rupa Unesa. Sehingga seni rupa Unesa menjadi pilar penting kesenirupaan Indonesia.
Harapannya adalah, pameran ini harus terus berkesinambungan. Dengan adikarya kesenirupaan yang lrbih mumpuni. Kemunculan karya dengan ragam media maupun digitalisasi seni rupa tak kan terelakkan. Sebab, teknologi di masa lalu dan masa kini masing-masing hidup dengan tantangannya masing-masing.
Demikian pula generasi era 1970 dengan era 2020an tidak bisa disamakan. Ada dinamika kesenirupaan yang terus berjalin dan berkeindan. Sehingga diharapkan muncul seniman baru yang bisa mewakili jaman nya masing-masing.
Semoga
*Penulis adalah sekretaris IKA SRD UNESA, guru seni budaya di SMKN 1 Boyolangu. Pembina KOMPAN Komunitas Padhang Njingglang dan penulis buku Menggambar dengan Memori Bahagia*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Dibuka secara simbolis dengan memecahkan tujuh kendi oleh para senior dan pengajar yaitu Djuli Djatiprambudi, Wayan Setyadarma,Vera, Chrisyanti Angge, dan ketua IKA SRD Ubaydillah Effendi dan sekretaris Anang Prasetyo.
Peserta pameran terdiri dari alumni beberapa angkatan. Mereka adalah Salamun Kaulam, Wayan Setyadarma, Djuli Djatiprambudi, Chrisyanti Angge, Vera, Khusnul Bahri, Huri, Ahmad Dzawil, Hendri R. Sidik, Abah Roni, Anang Prasetyo, Andiy Qutuz, Bagas KP, Anang Prahara, Erlia, Novi Rosandi, Aris Daboel S, Sugihartono, Subeki , Rahmat Widadi, Achmad Feri, Widodo Sulak, Agung gondrong Cak Dhar, Rocky, Suwarni, Ahmad Mahzumi, Cipto Lukman Hakim, Eko Sumilir, Pramudya, Machfoed Gembong, Simpen Prayitno, Mbah Slamet, Basuki Ratna, Achmad Safi'i, Dadok, Anwar Sanusi, Arik S Wartono, M. Arifin, Arif Fajar, Ubedillah, Cak Yak, M Ibrar, Fahril Alvin B.
Pameran Lalu Kini mengisyaratkan pertautan antar-generasi. Ada 4 dekade. Mulai dari angkatan 1979 hingga generasi 2014. Ini mengisyaratkan simbol estafet perjuangan dan pergerakan yang dimiliki oleh seni rupa dan desain UNESA.
Sehingga tak pelak, inilah simbol kebangkitan Seni Rupa Desain Unesa dalam mencapai kejayaan dalam konstelasi kesenirupaan di tanah air.
Hal ini ditandai bahwa UNESA sebagai institusi telah melahirkan seniman dengan talenta kesenirupaan yang mumpuni. Ditambah dengan keberadaan guru besar seni rupa Unesa yakni Profesor Dr Drs Djuli Djatiprambudi, sebagai Profesor di bidang ilmu seni rupa. Artinya bahwa seni menjadi sebuah ilmu secara mandiri dan independen.
Jika dilihat dalam perspektif siklus 100 tahunan, ini merupakan puncak kesenirupaan Indonesia. Khususnya di Surabaya provinsi Jawa Timur.Walhasil pameran ASF Art Surabaya Forum ini, menjadi penanda kebangkitan seni rupa Unesa. Sehingga seni rupa Unesa menjadi pilar penting kesenirupaan Indonesia.
Harapannya adalah, pameran ini harus terus berkesinambungan. Dengan adikarya kesenirupaan yang lrbih mumpuni. Kemunculan karya dengan ragam media maupun digitalisasi seni rupa tak kan terelakkan. Sebab, teknologi di masa lalu dan masa kini masing-masing hidup dengan tantangannya masing-masing.
Demikian pula generasi era 1970 dengan era 2020an tidak bisa disamakan. Ada dinamika kesenirupaan yang terus berjalin dan berkeindan. Sehingga diharapkan muncul seniman baru yang bisa mewakili jaman nya masing-masing.
Semoga
*Penulis adalah sekretaris IKA SRD UNESA, guru seni budaya di SMKN 1 Boyolangu. Pembina KOMPAN Komunitas Padhang Njingglang dan penulis buku Menggambar dengan Memori Bahagia*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024