Surabaya - Beberapa ruas jalanan yang biasanya macet di Kota Surabaya, Senin, tampak lengang, saat ada sejumlah aksi massa menolak penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di kota itu. "Lancar, saya mengendarai mobil mulai dari Bundaran Waru lewat Jalan Ahmad Yani, Jalan Raya Darmo, hingga Jalan Basuki Rahmat, tidak macet," kata warga Surabaya, Jono. Aksi massa menolak penaikan BBM terjadi di sejumlah titik, di antaranya DPRD Kota Surabaya, Balai Kota Surabaya, Gedung Negara Grahadi, dan Stasiun KA Gubeng, Surabaya. Namun, arus lalu lintas di jalur utama yang biasanya macet, seperti Jalan Ahmad Yani, tampak sepi, kecuali mahasiswa dan aktivis PDIP yang memenuhi jalanan. Di Bundaran Waru yang merupakan "pintu masuk" dari Mojokerto, Sidoarjo, Malang, dan Pasuruan, puluhan aparat kepolisian tampak siaga. Puluhan aparat kepolisian itu dibantu aparat TNI yang berjaga-jaga dari jauh dan sebagian di balik pepohonan di kawasan itu. Sejumlah aktivis PDIP dari berbagai kelurahan yang turun ke jalanan untuk beraksi tampak dikawal aparat kepolisian, seperti terlihat di kawasan Kebonsari dan Gayungan serta Tegalsari. Sementara itu, puluhan aktivis Keluarga Mahasiswa (KM) ITS Surabaya terlihat "menutup" Jalan Basuki Rahmat dengan menuntun sepeda motornya. Setelah itu, puluhan mahasiswa ITS Surabaya yang dikawal polisi mulai dari persimpangan Patung Kerapan Sapi itu, akhirnya memblokade jalan di depan Tunjungan Plasa (TP) Surabaya. Secara terpisah, Rektor ITS Surabaya Prof Ir Triyogi Yuwono DEA mengatakan, pemerintah tidak melarang aksi mahasiswa untuk menolak penaikan harga BBM, karena larangan itu memang tidak demokratis. "Saat bertemu Presiden, kami menerima penjelasan tentang alasan yang dijadikan dasar pemerintah untuk menaikkan harga BBM, lalu pemerintah juga tidak menyoal aksi mahasiswa untuk menolak itu. Jadi, nggak masalah mahasiswa ITS berdemo, asalkan tidak anarkis," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012