Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur Riadi Ngasiran mendorong para pemuda agar mempelajari sejarah perjuangan sehingga bisa memperkuat jati diri bangsa Indonesia.

"Kaum muda dan generasi terkini perlu memahami fakta-fakta sejarah untuk mengenal kepribadian dan identitas bangsa," kata Riadi di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa.

Sebagai contoh, kata Riadi, belajar tentang sejarah bisa dilakukan dengan cara sederhana, misalnya berkunjung ke masjid kuno yang mempunyai rekam jejak sebagai tempat perkembangan agama Islam di Jawa Timur.

Dengan begitu, kalangan pemuda di era masa kini akan menyadari jati dirinya. Selain itu juga bahwa keberadaan pemuda tak bisa dilepaskan dari usaha tokoh pejuang yang rela berkorban merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. 

"Memahami arti penting situs dan bukti sejarah merupakan jalan berharga bagi penguatan identitas masyarakat dan jati diri bangsa dalam menghadapi perubahan zaman," ucap dia.

Menurut penulis buku "Djohan Sjahroezah, Pejuang Kemerdekaan Bawah Tanah" dan "Resolusi Jihad NU, Perang Sabil di Surabaya Tahun 1945", pesatnya kemajuan teknologi informasi juga harus dimanfaatkan sebagai medium memperoleh ilmu pengetahuan tentang sejarah.

"Pengetahuan menjadi kebutuhan bagi pemahaman kesadaran cinta bangsa dan Tanah Air, tanpa harus bersikap picik dalam tata pergaulan global," ujarnya.

Semakin tinggi pengetahuan sejarah para pemuda di Indonesia, maka akan memperkuat proteksi masuknya potensi ancaman dari dalam maupun luar.

"Terdapat tiga cara melemahkan dan menjajah suatu negeri, yakni mengaburkan sejarah, menghancurkan bukti sejarah bangsa hingga tidak bisa diteliti dan dibuktikan kebenarannya, serta memutuskan hubungan dengan para leluhur," ucapnya.

Tak hanya itu, dia menyebut pentingnya memahami sejarah menjadi bentuk merawat keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan dasar toleransi.

"Kehidupan masyarakat dari zaman Sriwijaya, Mojopahit, terdapat ketersambungan sejarah. Masyarakat kita penuh toleransi, menghargai perbedaan, meski dengan latar belakang kultural yang berbeda," kata dia.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024