Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr. Detrianae, Sp.JP(K) merekomendasikan pelari untuk melakukan tes kesehatan (medical check up/MCU) khusus setidaknya dua bulan sebelum mengikuti event marathon untuk mencegah risiko-risiko termasuk henti jantung mendadak.
Ia mengingatkan, pelari mungkin saja tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki faktor risiko tertentu atau merasakan gejala tertentu. Oleh sebab itu, MCU tidak boleh untuk dilewatkan bagi para pelari khususnya pelari rekreasional dengan intensitas latihan kurang dari 4 jam per minggu.
“Jangan langsung minggu depan mau olahraga, saya MCU dulu, tidak begitu. Takutnya nanti ada hal-hal yang kita dapatkan, kita butuh waktu untuk ada pemeriksaan tambahan yang tidak hanya standar. Sebulan atau dua bulan sebelumnya, itu lebih baik,” kata Detrianae dalam siaran sehat Kemenkes secara daring di Jakarta, Senin.
Berbeda dengan MCU biasa, Detrianae menjelaskan bahwa pemeriksaan kesehatan untuk pelari marathon tidak hanya sebatas pemeriksaan dasar seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes darah, melainkan juga mencakup pemeriksaan penunjang seperti tes elektrokardiogram (EKG) dan cardiopulmonary exercise testing (CPET).
“CPET itu lebih advance dibandingkan treadmill biasa. Karena kalau treadmill biasa, para atlet marathon sudah jago. Dia sudah biasa dengan kecepatan, dengan protokol itu sudah biasa. Ini kita menggunakan yang lebih advance lagi, yang lebih golden standard,” kata Detrianae yang kini berpraktik di RS Fatmawati itu.
Ia mengatakan, MCU khusus pelari marathon dapat dilakukan di RS Fatmawati dengan melibatkan beberapa dokter spesialis konsultan seperti spesialis jantung dan ortopedi yang saling bekerja sama untuk memeriksa pulsasi kaki, kekuatan otot, dan seterusnya.
Pada aspek pemeriksaan dasar, dokter akan memastikan apakah denyut nadi atau denyut jantung pada pelari termasuk teratur atau tidak teratur. Menurutnya, denyut nadi atlet rata-rata kurang dari 60 detak per menit dan bukan merupakan kelainan. Pemeriksaan ini dilakukan dalam kondisi relaks atau istirahat.
Detrianae mengingatkan tekanan darah yang ideal untuk pelari marathon tidak boleh lebih dari 140/90 mmHg. Kadar gula darah juga harus dipastikan dalam kondisi normal dengan indikator HbA1c di bawah 5,7 persen atau kadar gula darah puasa kurang dari 126 mg/dL dan kadar gula darah setelah makan kurang dari 140 mg/dL.
Apabila ditemukan tekanan darah tinggi ataupun gula darah tinggi, Detrianae mendorong pasien untuk melakukan konsultasi lebih lanjut. Selama tekanan darah tinggi ataupun gula darah tinggi tetap terkontrol, pasien masih diperbolehkan untuk berolahraga sesuai dengan rekomendasi dokter.
Tes darah juga mencakup pemeriksaan kadar vitamin D untuk memastikan kekuatan tulang dan lainnya, serta pemeriksaan kadar kalsium untuk mendeteksi risiko gangguan irama jantung. Tes tambahan seperti pemeriksaan tiroid mungkin diperlukan jika dokter mencurigai adanya indikasi gangguan irama jantung yang disebabkan hipertiroid atau hipotiroid.
Detrianae mengatakan, MCU memang tidak sepenuhnya menjamin 100 persen mencegah risiko-risiko pada saat pelari mengikuti event marathon. Namun dengan MCU, pelari dapat mengetahui kondisi fisiknya sehingga dapat mengatur dan menyesuaikan latihannya sebelum berpartisipasi dalam event lari.
“Saya rasa aman (dua bulan MCU sebelum marathon). Tidak ada rekomendasi di dalam guideline kami bahwa setelah MCU, kemudian dia harus medical check-up lagi dalam jarak dekat. Biasanya, sih, 6 bulan sampai 1 tahun untuk jarak pengulangan medical check-up. Rekomendasinya demikian,” kata Detrianae.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024