Taman Nasional Meru Betiri memasang sebanyak 32 kamera pengintai (kamera trap) untuk memantau keberadaan sejumlah satwa langka yang dilindungi yang berada di kawasan taman nasional tersebut, salah satunya macan tutul.

"Kami memiliki program inventarisasi dan verifikasi baik tumbuhan maupun satwa. Khusus untuk satwa, kami memasang kamera trap karena tidak semua satwa bisa diamati dengan mata telanjang," kata Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) TN Meru Betiri, Nur Kholiq di Jember, Jumat.

Menurutnya ada beberapa spesies satwa yang jarang muncul atau terlihat oleh petugas dan masyarakat yang masuk di kawasan hutan, sehingga pemasangan kamera trap bisa memotret satwa elusif (tidak suka menampakkan diri), bersifat kriptif seperti mamalia besar yang sulit diamati secara langsung, dan nocturnal yakni satwa yang keluar pada malam hari.

"Pemasangan kamera trap itu mulai dilakukan sejak 2017 hingga sekarang dengan zona kawasan yang bergantian agar nantinya seluruh kawasan bisa termonitor satwa yang berada di kawasan TN Meru Betiri," tuturnya.

Ia menjelaskan, pemasangan kamera trap sebanyak 32 unit di 32 lokasi dilakukan pada pekan ini dengan meliputi kawasan Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Ambulu di antaranya di Resort Bandealit dan Resort Wonoasri.

"Kamera trap tersebut dipasang di zona rimba dan zona inti, sehingga dharapkan kegiatan itu bisa menginventarisasi satwa yang berada di kawasan TN Meru Betiri, namun tidak menutup kemungkinan dapat memotret spesies satwa baru yang belum masuk database kami," katanya.

Nur Kholiq menjelaskan bahwa tercatat kurang lebih ada 40 spesies yang terekam dari pemasangan kamera trap sejak 2017 hingga 2023 dengan jenis satwa terbanyak ter-potret adalah burung, termasuk burung elang Jawa.

"Burung elang Jawa pernah ter-potret turun ke tanah dan macan tutul melintas hasil rekaman kamera trap sebelumnya, sehingga diharapkan pemasangan kamera trap tahun ini juga bisa memotret lebih banyak satwa dilindungi," ujarnya.

Pemasangan kamera trap di kawasan TN Meru Betiri tersebut biasanya dilakukan selama dua bulan untuk mendapatkan hasil maksimal dan pengaruh cuaca seperti musim hujan tidak berpengaruh signifikan terhadap kerja kamera trap dalam memotret satwa langka di kawasan tersebut.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024