Madiun - Sejumlah peternak ayam di wilayah Kabupaten Madiun mengeluhkan cuaca ekstrem yang terjadi selama beberapa pekan terakhir hingga membuat ayam ternak mereka banyak yang mati. Hal ini seperti dialami oleh Brinda, pemilik peternakan ayam petelur di Desa Banjarsari, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun. Puluhan ayam ternaknya mati mendadak akibat cuaca ekstrem yang cenderung banyak hujan. "Setiap hari selalu ada tiga hingga lima ekor ayam yang mati mendadak di kandang. Hal ini terjadi sejak sebulan terakhir seiring tingginya curah hujan di wilayah Madiun dan sekitarnya," ujar pemilik peternakan ayam petelur setempat, Brinda, Senin. Menurut dia, pihaknya telah rutin melakukan penyemprotan disinfektan dan penyuntikan vaksin, namun tetap saja masih ada sejumlah ayamnya yang mati mendadak. Diduga, ayam-ayam petelur ini tak kuat dengan udara dingin akibat cuaca ekstrem yang melanda. Banyaknya ayam yang mati mendadak juga berdampak pada produktivitas telur setiap harinya. Selain itu, cuaca yang dingin juga berpengaruh pada kondisi ayam yang masih bertahan untuk bertelur. "Ayam jadi tidak mau bertelur kalau cuaca dingin dan tidak banyak sinar matahari. Keadaan ini membuat kami merugi karena produksi telur menurun setiap harinya," kata dia. Ia menjelaskan, penurunan produksi telur diperkirakan bisa mencapai hingga 50 persen dari kondisi normal. Normalnya, dari 1.500 ekor ayam petelurnya bisa menghasilkan 50 kilogram hingga 60 kilogram telur setiap harinya. Namun saat ini, produksi telur menurun hingga 30 kilogram sampai 40 kilogram setiap harinya. Hal yang sama diungkapkan oleh peternak ayam pedaging di Desa Candimulyo, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Salah satu peternak ayam pedaging di desa setempat, Wasis, mengaku, hingga saat ini telah ada ratusan ayam ternaknya mati mendadak akibat terserang penyakit tetelo. "Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Madiun selama musim hujan mengakibatkan ribuan ekor ayam diserang penyakit influenza dan stres akibat kedinginan. Hal ini masih diperparah dengan serangan penyakit tetelo yang sepintas gejalanya mirip flu burung hingga ayam mati mendadak," ujar Wasis. Selain membuat ayam stres dan terserang penyakit, cuaca ekstrem juga membuat pertumbuhan ayam tidak normal. Para peternak terpaksa memanen ayam-ayamnya lebih dini untuk menekan kerugian. "Idealnya ayam pedaging dipanen pada usia 37 sampai 40 hari. Karena takut mati, terpaksa dipanen pada usia 29-30 hari. Selain itu, berat ayam yang idealnya sekitar 2,5 kilogram per ekor saat panen, kini beratnya yang masih sekitar 1,8 kilogram per ekor, sudah dipanen," jelas Wasis. Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun Santoso, membenarkan, cuaca ekstrem yang terjadi selama sebulan terakhir telah berdampak pada industri peternakan. Minimnya sinar matahari membuat ayam stres dan kandang menjadi lembab sehingga lebih mudah terserang penyakit. "Meski terdapat kasus ayam mati mendadak, namun itu bukan karena terserang flu burung, hanya penyakit tetelo. Guna mencegah penyebaran virus flu burung dan penyakit lainnya pada unggas, kami terus melakukan sosialisasi kepada peternak dan rumah tangga yang memiliki ternak ayam untuk rajin menjaga kebersihan kandang unggas dan melakukan penyemprotan disinfektan secara teratur. Dinas juga menyediakan stok vaksin dan desinfektan gratis," kata Santoso. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012