Kerja sama antara media massa termasuk kolaborasi Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA dan kantor berita milik pemerintah China, Xinhua, menunjukkan kedekatan hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok.
"Relasi media China dan Indonesia sudah lama terjalin, karena koran maupun siaran televisi berbahasa Mandarin juga ada di Indonesia," kata Direktur Pemberitaan Perum LKBN ANTARA Irfan Junaidi di Beijing, Senin.
Namun, secara khusus ANTARA bekerja sama erat dengan Xinhua selama bertahun-tahun untuk menyiarkan perkembangan kondisi di negara masing-masing, katanya.
Irfan menyampaikan hal tersebut dalam Forum Media China-Indonesia 2024 yang digelar oleh Kedutaan Besar China untuk Indonesia bersama Asosiasi Diplomasi Publik China dan Forum Pemimpin Redaksi Indonesia.
Forum tersebut dihadiri pemimpin redaksi dari Kumparan, Perum LKBN ANTARA, Harian Kompas, The Jakarta Post, RCTI, Net TV, merdeka.com, Republika, dan Katadata serta sejumlah jurnalis dari media di Indonesia maupun China.
"Kemarin saya baru tahu ada lagu yang populer di TikTok di China dan bercerita tentang Indonesia," kata Irfan menambahkan.
Berita-berita mengenai China yang ditampilkan di ANTARA, menurut Irfan, mulai dari perkembangan sosial budaya di China hingga sikap politik luar negeri China di dunia internasional.
"Topik mengenai teknologi dari China cukup diminati oleh masyarakat Indonesia, dan kerja sama ini juga dapat membantu untuk meluruskan persepsi-persepsi yang tidak benar soal China di Indonesia karena memang harus diakui sampai hari ini tidak semua masyarakat di Indonesia punya persepsi positif tentang China," ungkap Irfan.
Sebagai tindak lanjut kerja sama, Irfan menawarkan kolaborasi konten di media sosial maupun pelatihan untuk peningkatan kapasitas jurnalis.
Dalam acara tersebut, Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun juga menjadi salah satu pembicara kunci. Dubes Djauhari megnatakan media penting untuk menjaga pilar pertama yaitu politik dan pilar kedua yaitu ekonomi dalam relasi kedua negara.
"Media penting untuk menjaga pilar pertama bidang politik dan mendorong pilar kedua bidang ekonomi karena pertukaran masyarakat dapat membuka wacana lebih besar bagi rakyat untuk dapat saling memahami dan bahkan menjadikan kedua pilar semakin kokoh," kata Dubes Djauhari.
Apalagi dibanding 10-20 tahun lalu, kondisi dunia internasional sudah banyak berubah, Indonesia dan China sebagai bagian dari perubahan itu perlu mengadaptasi strategi baru juga.
"Dalam konteks itulah saya juga menawarkan influecer society community baik antara ASEAN-China maupun Indonesia-China," kata Dubes Djauhari.
Forum Media China-Indonesia bertujuan untuk meningkatkan promosi kerja sama kedua negara dan upaya saling belajar terkait penggunaan teknologi di industri media.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Relasi media China dan Indonesia sudah lama terjalin, karena koran maupun siaran televisi berbahasa Mandarin juga ada di Indonesia," kata Direktur Pemberitaan Perum LKBN ANTARA Irfan Junaidi di Beijing, Senin.
Namun, secara khusus ANTARA bekerja sama erat dengan Xinhua selama bertahun-tahun untuk menyiarkan perkembangan kondisi di negara masing-masing, katanya.
Irfan menyampaikan hal tersebut dalam Forum Media China-Indonesia 2024 yang digelar oleh Kedutaan Besar China untuk Indonesia bersama Asosiasi Diplomasi Publik China dan Forum Pemimpin Redaksi Indonesia.
Forum tersebut dihadiri pemimpin redaksi dari Kumparan, Perum LKBN ANTARA, Harian Kompas, The Jakarta Post, RCTI, Net TV, merdeka.com, Republika, dan Katadata serta sejumlah jurnalis dari media di Indonesia maupun China.
"Kemarin saya baru tahu ada lagu yang populer di TikTok di China dan bercerita tentang Indonesia," kata Irfan menambahkan.
Berita-berita mengenai China yang ditampilkan di ANTARA, menurut Irfan, mulai dari perkembangan sosial budaya di China hingga sikap politik luar negeri China di dunia internasional.
"Topik mengenai teknologi dari China cukup diminati oleh masyarakat Indonesia, dan kerja sama ini juga dapat membantu untuk meluruskan persepsi-persepsi yang tidak benar soal China di Indonesia karena memang harus diakui sampai hari ini tidak semua masyarakat di Indonesia punya persepsi positif tentang China," ungkap Irfan.
Sebagai tindak lanjut kerja sama, Irfan menawarkan kolaborasi konten di media sosial maupun pelatihan untuk peningkatan kapasitas jurnalis.
Dalam acara tersebut, Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun juga menjadi salah satu pembicara kunci. Dubes Djauhari megnatakan media penting untuk menjaga pilar pertama yaitu politik dan pilar kedua yaitu ekonomi dalam relasi kedua negara.
"Media penting untuk menjaga pilar pertama bidang politik dan mendorong pilar kedua bidang ekonomi karena pertukaran masyarakat dapat membuka wacana lebih besar bagi rakyat untuk dapat saling memahami dan bahkan menjadikan kedua pilar semakin kokoh," kata Dubes Djauhari.
Apalagi dibanding 10-20 tahun lalu, kondisi dunia internasional sudah banyak berubah, Indonesia dan China sebagai bagian dari perubahan itu perlu mengadaptasi strategi baru juga.
"Dalam konteks itulah saya juga menawarkan influecer society community baik antara ASEAN-China maupun Indonesia-China," kata Dubes Djauhari.
Forum Media China-Indonesia bertujuan untuk meningkatkan promosi kerja sama kedua negara dan upaya saling belajar terkait penggunaan teknologi di industri media.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024