Pamekasan - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan, Madura, Ismail Bey menyarankan agar masyarakat sebaiknya tidak mengonsumsi ikan yang ditangkap nelayan menggunakan bahan peledak atau bom ikan karena tidak menutup kemungkinan ikan tersebut mengandung zat berbahaya untuk tubuh. "Ini sangat penting, mengingat salah satu campuran bahan peledak yang digunakan adanya jenis potasium sianida, yakni sejanis racun yang berbahaya pada tubuh," katanya, Sabtu. Ismail mengemukakan hal ini menanggapi adanya praktik penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak oleh sebagian oknum nelayan di Pamekasan akhir-akhir ini. Potasium sianida atau yang disebut juga kalium sianida merupakan salah satu campuran bahan peledak yang digunakan sebagian oknum nelayan di wilayah itu untuk menangkap ikan, selain blerang dan arang aktif. Sianida ini merupakan senyawa kimia yang mengandung kelompok siano (C=N) dengan atom karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair. Beberapa seperti garam, kovalen, molekular, ionik, dan juga polimerik. "Yang jelas sianida ini adalah bahan beracun yang bisa menyebabkan kematian, apabila masuk ke dalam tubuh dalam dosis berlebih," kata Ismail Bey. Sianida dalam jumlah banyak bisa menyebabkan kematian dengan waktu reaksi antara 3-4 jam. Racun ini menyerang pembuluh darah, jantung, menutup aliran darah sehingga korban kolaps dan mati. Dosis mematikan potasium sianida dalam tubuh manusia menurut Ismail Bey, antara 200 hingga 300 miligram, sehingga apabila kandungan mencapai batas maksimal, maka bisa menyebabkan kematian. "Akan tetapi, ini juga bergantung pada tingkat keasaman lambung. Karena harus berinteraksi dengan asam lambung tubuh manusia untuk menjadi hetrogen sianida," katanya menjelaskan. Ismail lebih lanjut menguraikan, manusia yang mengkonsumsi ikan yang ditangkap melalui aksi pengeboman yang salah satu bahan campurannya menggunakan potasium sianida, bisa meracuni tubuh, apabila melebihi dosis maksimal. "Kami di Dinkes Pamekasan ini memang belum pernah melakukan penelitian seberapa banyak kandungan potasiun sianida pada ikan yang ditangkap dengan cara dibom itu. Tapi jelas, ketika sistem penangkapan bom ikan, di tubuh ikan itu sendiri akan terkandung pula racun sianida itu," terang Ismail. Akan tetapi, sambung Ismail, kendatipun volume kandungan potasium sianida di dalam ikan tersebut kecil, namun apabila dikomsumsi secara terus menerus, pada akhirnya juga bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia, bahkan bisa menyebabkan keracunan. Demikian juga dengan kondisi air laut. Jika dilakukan pengeboman secara terus menerus, maka volume potasium sianida di laut setiap hari akan terus bertambah, dan hal itu akan membuat semua jenis ikan yang ada di laut juga akan teracuni. Selain potasium, yang juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah kandungan belerang pada campuran bahan peledak. Menurut Ismail Bey, gas belerang oksida bisa menyebabkan iritasi pada kulit dan mengganggu sistem pernapasan, dan pada waktu singkat bisa mempengaruhi fungsi paru-paru. "Jadi dampak negatifnya sebenarnya sangat besar. Makanya saya kira perlu ada kampanye yang lebih inten lagi akan bahaya mengkonsumsi ikan dari pola penangkapan yang tidak alami ini," kata Ismail. Secara kelembagaan, kata dia, pihaknya telah menyampaikan sosialisasi berupa imbauan kepada masyarakat melalui paramedis yang bertugas di berbagai kecamatan dan desa akan bahaya mengkonsumsi ikan yang ditangkap dengan cara mengebom tersebut. "Tapi yang lebih penting lagi menurut hemat saya adalah pencegahannya, yaitu tidak membiarkan para nelayan menangkap ikan dengan cara yang salah itu," katanya menambahkan. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012