"Kepercayaan atau 'trust' merupakan kata-kata yang sering kita dengar, tapi maknanya apa tidak jelas dan akhirnya hilang begitu saja," ucap mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Dr Fahmi Idris. Padahal, kepercayaan itu sesungguhnya dapat menjadi modal seseorang, tuturnya saat berbicara dalam wisuda ke-12 untuk 210 lulusan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) kampus Surabaya (4/1). "Buktinya, kenapa ada X yang lebih dipercaya dan lebih dianggap baik daripada yang lain," tuturnya dalam acara yang juga dihadiri Duta LP3I Hj Marissa Haque dan suaminya Ikang Fawzi. Fahmi Idris yang juga Pembina LP3I itu menyebut lima kiat membuat lebih dipercaya orang, yakni kemampuan (skill), komitmen (tepat janji), mampu berkomunikasi, berperilaku baik, dan mau belajar. "Kalau orang memiliki kemampuan, skill, kesanggupan, keahlian, atau kompetensi, maka dia akan lebih dipercaya daripada orang yang nggak memilikinya," paparnya. Ia mencontohkan seorang mahasiswa di Bandung dari akademi pariwisata yang mengelola sebuah makanan tradisional yakni serabi, tapi dia memiliki kemampuan mengelola rasa. "Ada rasa nenas, jeruk, durian, dan sebagainya, sehingga akibat keahlian atau kompetensi yang dimiliki itu, maka orang pun datang berduyun-duyun untuk membeli, meski penjual serabi cukup banyak," ungkapnya. Dengan kemampuan memasak, kemampuan menjual, dan kemampuan menjaga kualitas, maka hal itu menjadi awal dari kepercayaan. "Itu merupakan langkah awal mendapat kepercayaan dari masyarakat. Kemampuan seperti itu tidak ada sekolahnya, tapi bisa ditingkatkan melalui latihan," timpalnya. Misalnya, seorang anak SMP yang mengelola bengkel. "Ia sadar ketrampilannya belum memadai, sehingga dia mengikuti latihan dan akhirnya menjadi lebih baik," tegasnya. Kiat kedua untuk dipercaya orang adalah komitmen dengan waktu, komitmen dengan tugas, tepat kualitas, atau tepat janji. "Jangan bilang insya-Allah, tapi justru untuk datang secara tidak tepat waktu atau justru tidak datang," tandas anggota Dewan Penasihat DPP Partai Golkar itu. Kiat ketiga adalah mampu berkomunikasi. "Orang yang memiliki kemampuan berkomunikasi itu tahu membedakan, bagaimana komunikasi dengan ortu/guru, bagaimana berkomunikasi dengan atasan/bawahan, bagaimana berkomunikasi dengan teman, dan seterusnya," urainya. Saat ini, katanya, cara berkomunikasi itu sudah ada ilmunya. "Sekarang (berkomunikasi) bisa langsung dengan telepon, internet, dan sebagainya, tapi yang penting mampu berkomunikasi dengan segala lapisan," ulasnya. Orang yang mampu berkomunikasi dengan segala lapisan yang berbeda-beda, ujarnya, akan selalu ingin berkomunikasi dengannya, karena orang percaya akan mendapatkan hasil yang positif dari orang yang dipercayai itu. "Berkomunikasi yang baik itu tidak terkesan mengajari, membantah, menolak, dan sebagainya, tapi komunikasi dilakukan dengan rendah hati dan tahu diri," timpalnya. Kiat keempat adalah berperilaku baik. "Orang yang berperilaku baik itu tidak membahayakan orang, tidak tercela, tidak memberi contoh jelek, sehingga dia dipercaya," ungkapnya. Orang yang berperilaku baik itu akan terhindar dari korupsi bila memegang jabatan. "Perilaku baik yang dilakukan terus menerus dan tidak hanya sewaktu-waktu akan membuat orang percaya bahwa dia tidak akan tertipu," ucapnya. Menurut dia, orang yang berperilaku baik itu selalu instrospeksi, mampu mengakui apa yang baik dan tidak baik, dan mampu melakukan perubahan. "Orang yang baik itu mau mengaku salah, padahal mengakui kesalahan itu sulit, tapi kalau bisa akan luar biasa," paparnya. Kiat kelima untuk dipercaya adalah mau belajar. Orang yang dipercaya itu mau meningkatkan diri untuk mengikuti perkembangan, sehingga orang akan semakin percaya, karena kualitas pengetahuan dan perilaku semakin meningkat. "Kelima kiat itulah yang menjadi faktor munculnya kepercayaan kepada diri seseorang dan bila kepercayaan itu muncul, maka peluang akan diberikan kepada orang itu tanpa melihat pendidikan. Buktinya, ada dokter gigi yang menjadi banker yang dipercaya," katanya. Jadi, kepercayaan adalah modal seseorang untuk bekerja, berkarya, dan berbisnis, bahkan basis bisnis adalah kepercayaan itu sendiri. "Semakin tinggi kepercayaan, maka semakin tinggi keuntungan (material dan non-material) yang diraih. Sekali tidak dipercaya, maka akan sulit berkembang untuk selamanya," katanya. (*) ------------ ((Ditulis ulang oleh Edy M Ya'kub sebagaimana disampaikan Fahmi Idris dalam wisuda ke-12 untuk 210 lulusan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia atau LP3I kampus Surabaya, 4 Januari 2012))

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012