Rumor atau gosip tidak hanya terjadi di kalangan pesohor dunia hiburan, seperti aktor atau aktris, bahkan juga selalu berkembang di sepak bola, saat memasuki akhir kompetisi, sebelum memasuki musim selanjutnya.
Pada dasarnya, rumor itu hampir sama seperti propaganda. Rumor merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dalam komunikasi.
Seringkali rumor juga menjadi alat pembentuk opini publik. Bahkan, tidak jarang digunakan bersama propaganda untuk mengarahkan pembentukan opini di masyarakat mengenai satu isu.
Kabar burung transfer pemain yang sumber informasinya belum diketahui secara jelas, akan selalu berseliweran di "feed" atau "reels" Instagram, Video TikTok (VT), unggahan FaceBook, X (Twitter), hingga short YouTube. Hebatnya, informasi tersebut bisa mempengaruhi perilaku sosial pembacanya.
Rumor itulah yang membuat para suporter sepak bola semakin semangat mengikuti perkembangan klub yang dicintainya dan mengikuti drama-drama yang terjadi saat perekrutan pemain.
Bahkan, membuat para warganet berdebat di kolom komentar akun-akun pecinta bola, hingga akun resmi klub. Jari-jemari para warganet akan berkomentar apapun, opini, hingga faktanya.
Rumor-rumor perekrutan pemain bisa dilihat pada akun-akun media sosial (medsos) yang perhatian pada dunia kulit bundar tersebut.
Banyak akun-akun medsos menebar rumor yang membuat para suporter "deg-deg ser". Akankah pemain yang diharapkan, bisa masuk atau malah bisa "ditikung" klub lainnya?.
Bisa jadi, agen-agen pesepak bola akan memantau rumor yang berkembang untuk mencoba peruntungan dengan menawarkan pemainnya ke klub-klub, jikalau pemain incaran tim tersebut tidak bisa digapai.
Bahkan, rumor yang dikemukakan akun-akun pengamat sepak bola bisa dijadikan alat untuk mendongkrak engagement medsosnya.
Cemooh atau hujatan antarwarganet juga tidak lepas mewarnai kolom komentar medsos tersebut. Tak ayal, suasananya mirip warung kopi yang sedang membahas seputar bursa transfer klub sepak bola.
Sesekali akan muncul komentar yang memang terlihat masuk akal dengan metode "cocokologi" ala warganet, termasuk menggunakan data-data dari laman yang menyediakan informasi tentang sepak bola, seperti skor, hasil, statistik, berita transfer, jadwal pertandingan, hingga market value pesepak bola.
Selain itu, untuk mewarnai bursa perekrutan pemain, para "admin-admin" pengamat sepak bola juga memberikan potongan-potongan petunjuk atau "clue" yang terkadang mudah, bahkan sulit untuk diterjemahkan warganet.
Semua hal itu, selalu tersaji menjelang bergulirnya musim sepak bola berikutnya atau jendela transfer pemain dibuka.
Perekrutan pemain
Banyak proses yang harus dilalui jika seorang pesepak bola ingin hijrah dari klub lama ke tim barunya. Dibukanya jendela transfer dimanfaatkan banyak klub untuk mendatangkan pemain.
Sebelum mendatangkan pemain, klub-klub yang berminat biasanya akan menimbang banyak hal, sekali pun pertimbangan mereka bisa saja keliru saat pemain tersebut sudah berada di skuad.
Hal pertama yang dilakukan klub ialah pemantauan (scouting). Hal itu prosesnya panjang yang biasanya membutuhkan waktu berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan sampai tahunan.
Mengutip penulis buku "The Nowhere Men", Michael Calvin, keberhasilan seorang pelatih atau manajer dapat bergantung pada pencari bakat (scout) dan pekerjaan "scouting" tidak bisa dianggap enteng karena harus menganalisis pemain incaran untuk kemudian diteruskan kepada pengambil kebijakan di klub.
Pemantauan bisa dilakukan oleh orang lain atau pelatih itu sendiri yang mengajukan ke manajemen klub, berdasarkan informasi pemain yang telah dia tangani.
Setelah itu, biasanya akan terjadi penawaran dan dilakukan pembahasan "personal terms", yang lebih dari sekadar gaji. Ketidakcocokan sekecil apa pun dapat membuat perekrutan itu batal.
Bahkan, kegagalan perekrutan bisa juga terjadi akibat pihak eksternal yang sama-sama mendekati salah seorang pesepak bola itu.
Kemudian, pembahasannya akan masuk ke klausa kontrak, tes medis, hingga konfirmasi perekrutan pemain.
Nikmati rumornya
Tentu, sebagai pecinta sepak bola, desas-desus perekrutan pemain harus disikapi dengan baik, bahkan bisa juga dinikmati.
Menikmati rumor juga merupakan salah satu sikap yang baik untuk menghadapi kenyataan "pahit manisnya" perekrutan pemain.
Artinya, pikiran dan tindakan kita dapat meningkatkan intensitas, durasi, dan apresiasi pengalaman.
Bahkan bisa juga menjadi pembelajaran untuk mengelola emosi dengan positif. Intinya bersyukur atas rumor dan fakta yang akan didapat.
Dalam teori psikologi positif yang dikemukakan oleh Martin Seligman, syukur adalah perasaan bahagia atas pencapaian hidup dan emosi positif dalam mengungkapkan kebahagiaan atas segala bentuk kebaikan yang diterima.
Bersyukur juga dapat membantu manusia merasa lebih positif dan puas untuk mencapai pikiran yang baik dan meningkatkan aktualisasi diri, tekad, motivasi, serta kesenangan.
Oleh karena itu, baiknya, nikmati rumor dan drama transfer atau perekrutan pemain dengan positif, hingga ada pengumuman resmi dari klub kebanggaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Pada dasarnya, rumor itu hampir sama seperti propaganda. Rumor merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dalam komunikasi.
Seringkali rumor juga menjadi alat pembentuk opini publik. Bahkan, tidak jarang digunakan bersama propaganda untuk mengarahkan pembentukan opini di masyarakat mengenai satu isu.
Kabar burung transfer pemain yang sumber informasinya belum diketahui secara jelas, akan selalu berseliweran di "feed" atau "reels" Instagram, Video TikTok (VT), unggahan FaceBook, X (Twitter), hingga short YouTube. Hebatnya, informasi tersebut bisa mempengaruhi perilaku sosial pembacanya.
Rumor itulah yang membuat para suporter sepak bola semakin semangat mengikuti perkembangan klub yang dicintainya dan mengikuti drama-drama yang terjadi saat perekrutan pemain.
Bahkan, membuat para warganet berdebat di kolom komentar akun-akun pecinta bola, hingga akun resmi klub. Jari-jemari para warganet akan berkomentar apapun, opini, hingga faktanya.
Rumor-rumor perekrutan pemain bisa dilihat pada akun-akun media sosial (medsos) yang perhatian pada dunia kulit bundar tersebut.
Banyak akun-akun medsos menebar rumor yang membuat para suporter "deg-deg ser". Akankah pemain yang diharapkan, bisa masuk atau malah bisa "ditikung" klub lainnya?.
Bisa jadi, agen-agen pesepak bola akan memantau rumor yang berkembang untuk mencoba peruntungan dengan menawarkan pemainnya ke klub-klub, jikalau pemain incaran tim tersebut tidak bisa digapai.
Bahkan, rumor yang dikemukakan akun-akun pengamat sepak bola bisa dijadikan alat untuk mendongkrak engagement medsosnya.
Cemooh atau hujatan antarwarganet juga tidak lepas mewarnai kolom komentar medsos tersebut. Tak ayal, suasananya mirip warung kopi yang sedang membahas seputar bursa transfer klub sepak bola.
Sesekali akan muncul komentar yang memang terlihat masuk akal dengan metode "cocokologi" ala warganet, termasuk menggunakan data-data dari laman yang menyediakan informasi tentang sepak bola, seperti skor, hasil, statistik, berita transfer, jadwal pertandingan, hingga market value pesepak bola.
Selain itu, untuk mewarnai bursa perekrutan pemain, para "admin-admin" pengamat sepak bola juga memberikan potongan-potongan petunjuk atau "clue" yang terkadang mudah, bahkan sulit untuk diterjemahkan warganet.
Semua hal itu, selalu tersaji menjelang bergulirnya musim sepak bola berikutnya atau jendela transfer pemain dibuka.
Perekrutan pemain
Banyak proses yang harus dilalui jika seorang pesepak bola ingin hijrah dari klub lama ke tim barunya. Dibukanya jendela transfer dimanfaatkan banyak klub untuk mendatangkan pemain.
Sebelum mendatangkan pemain, klub-klub yang berminat biasanya akan menimbang banyak hal, sekali pun pertimbangan mereka bisa saja keliru saat pemain tersebut sudah berada di skuad.
Hal pertama yang dilakukan klub ialah pemantauan (scouting). Hal itu prosesnya panjang yang biasanya membutuhkan waktu berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan sampai tahunan.
Mengutip penulis buku "The Nowhere Men", Michael Calvin, keberhasilan seorang pelatih atau manajer dapat bergantung pada pencari bakat (scout) dan pekerjaan "scouting" tidak bisa dianggap enteng karena harus menganalisis pemain incaran untuk kemudian diteruskan kepada pengambil kebijakan di klub.
Pemantauan bisa dilakukan oleh orang lain atau pelatih itu sendiri yang mengajukan ke manajemen klub, berdasarkan informasi pemain yang telah dia tangani.
Setelah itu, biasanya akan terjadi penawaran dan dilakukan pembahasan "personal terms", yang lebih dari sekadar gaji. Ketidakcocokan sekecil apa pun dapat membuat perekrutan itu batal.
Bahkan, kegagalan perekrutan bisa juga terjadi akibat pihak eksternal yang sama-sama mendekati salah seorang pesepak bola itu.
Kemudian, pembahasannya akan masuk ke klausa kontrak, tes medis, hingga konfirmasi perekrutan pemain.
Nikmati rumornya
Tentu, sebagai pecinta sepak bola, desas-desus perekrutan pemain harus disikapi dengan baik, bahkan bisa juga dinikmati.
Menikmati rumor juga merupakan salah satu sikap yang baik untuk menghadapi kenyataan "pahit manisnya" perekrutan pemain.
Artinya, pikiran dan tindakan kita dapat meningkatkan intensitas, durasi, dan apresiasi pengalaman.
Bahkan bisa juga menjadi pembelajaran untuk mengelola emosi dengan positif. Intinya bersyukur atas rumor dan fakta yang akan didapat.
Dalam teori psikologi positif yang dikemukakan oleh Martin Seligman, syukur adalah perasaan bahagia atas pencapaian hidup dan emosi positif dalam mengungkapkan kebahagiaan atas segala bentuk kebaikan yang diterima.
Bersyukur juga dapat membantu manusia merasa lebih positif dan puas untuk mencapai pikiran yang baik dan meningkatkan aktualisasi diri, tekad, motivasi, serta kesenangan.
Oleh karena itu, baiknya, nikmati rumor dan drama transfer atau perekrutan pemain dengan positif, hingga ada pengumuman resmi dari klub kebanggaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024