Kairo - Rektor Universitas Al Ahqaf, Hadramaut, Yaman, Prof Habib Abdullah Baharun, menyatakan pihaknya menjamin keamanan mahasiswa Indonesia yang kuliah di wilayah bagian timur negara itu. Habib Baharun menyampaikan protes atas berita di Indonesia yang menyebutkan bahwa Warga Negara Indonesia (WNI), khususnya di Hadramaut, terancam keamanannya akibat krisis politik melanda negara negara itu sepanjang tahun ini. "Hadramaut aman dan perhatian terhadap mahasiswa-mahasiswi dan santri Indonesia sangat besar oleh pimpinan universitas dan ma'had (pesantren) yang ada di Mukalla, Rayyan, dan Tarim, yang semuanya berada di provinsi Hadramaut," kata Habib Baharun lewat Duta Besar RI untuk Yaman, Nurul Aulia, kepada ANTARA Kairo, Kamis (22/12) malam (Jumat dini hari WIB). Menurut Dubes Nurul Aulia, Prof Baharun menyampaikan protes terhadap berita ANTARA Kairo pada 12 Desember 2011 yang menyebutkan bahwa pihak KBRI Sanaa dalam upaya evakuasi WNI belum bisa mengunjungi Hadramaut terkait masalah keamanan. "Saya diprotes keras oleh Rektor Universitas al-Ahqaf Hadramaut, Prof Habib Abdullah Baharun, karena di situ disebut mengutip Dubes RI Sana'a yang menyatakan KBRI belum dapat ke Hadramaut karena situasi keamanan di sana," katanya. Disebutkan, Habib Baharun meminta berita itu diralat karena seolah-olah di Hadramaut terjadi perang dan tidak aman, sehingga membuat resah mahasiswa serta orang tua mereka di Indonesia. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Marty Netalegawa pada bulan lalu mengatakan, pemerintah Indonesia menyiapkan evakuasi WNI menyusul tewasnya dua mahasiswa Indonesia akibat serangan gerilyawan Syiah, Houthi, terhadap kampus mereka di Saada, provinsi paling utara Yaman yang berbatasan dengan Arab Saudi. Korban meninggal tersebut masing-masing bernama Muhammad Soleh Bin Syamsul Bahri asal Batubara, Medan, Sumut, dan Jamiri Abdullah asal Kuala Simpang, Nangroe Aceh Darussalam. Dua mahasiswa lagi, Abdul Hadi asal Medan dan Abu Yusuf dari Ambon, Maluku, menderita luka-luka dan kini dirawat di klinik perguruan Darul Hadits Sanaa, kata Dubes Nurul Aulia. Sebelumnya, pemerintah Indonesia lewat KBRI Sanaa telah memulangkan ratusan WNI ke Indonesia akibat aksi kekerasan di negara paling selatan Jazirah Arab itu. Bahkan, pada Juni lalu KBRI Sanaa telah mendesak semua WNI untuk meninggalkan Yaman akibat gawatnya situasi keamanan menyusul serangan bom terhadap Istana Presiden yang melukai Presiden Ali Abdullah Saleh dan beberapa petinggi negara itu. Saat ini WNI yang masih bertahan di negara bergolak tersebut berkisar 2.300 orang lagi, umumnya mahasiswa yang bermukim di Hadramaut, wilayah bagian timur Yaman yang relatif lebih aman. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011