Surabaya - Mendikbud Mohammad Nuh meluncurkan buku bertajuk "Dermaga Impian" yang merupakan karya bersama dari 22 mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya penerima beasiswa Bidik Misi 2010.
"Ini merupakan karya 22 dari 500 mahasiswa Unair penerima Bidik Misi," kata koordinator penulis, Hudha Abdul Rohman, dalam peluncuran buku yang dilakukan Mendikbud itu di Rektorat ITS Surabaya, Sabtu.
Dalam peluncuran buku yang dihadiri Rektor Unair Prof Dr H Fasich Apt dan Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono itu, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia FIB Unair itu mengaku pihaknya ingin melengkapi tradisi lisan dengan tulis.
"Hal itu agar apa yang kami alami dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Dengan Bidik Misi, kami merasakan bahwa kuliah tanpa biaya itu ada," kata penulis kelahiran Sukoharjo pada 27 Oktober 1991 itu.
Awalnya, kata alumni SMA MTA Surakarta itu, dirinya mengumumkan rencananya lewat facebook kepada sesama penerima Bidik Misi angkatan 2010 dengan sedikit aturan dan meminta peminat untuk kirim tulisan lewat email.
"Saat tulisan teman-teman terkumpul hingga 22 tulisan, saya bingung, karena saya tidak punya laptop, tapi akhirnya saya pinjam laptop teman kos bila tidak dipakai hingga tulisan selesai," katanya.
Setelah itu, dirinya menawarkan kepada penerbit Indie-Publishing di Depok, Jawa Barat. "Biaya penerbitan juga dari iuran teman-teman, karena kami juga menyisakan uang Bidik Misi dalam bentuk zakat," katanya.
Dalam sambutannya, Mendikbud Mohammad Nuh menyampaikan penghargaan atas karya 22 mahasiswa penerima Bidik Misi dalam bentuk cerita pengalaman untuk menginspirasi orang lain.
"Cerita Bidik Misi itu mengandung banyak misteri yang belum terungkap. Awalnya, kami memberikan beasiswa kepada 50 ribu mahasiswi dari keluarga kurang mampu, lalu kami tingkatkan menjadi 80 ribu dan kini 100 ribu. Ke depan, kami ingin tiap tahun ada 100 ribu penerima Bidik Misi," katanya.
Menteri yang juga Guru Besar ITS Surabaya itu menegaskan bahwa program Bidik Misi itu merupakan penyiapan sumber daya manusia Indonesia di masa depan, terutama tahun 2045 atau 100 tahun Indonesia.
"Yang jelas, kita ditakdirkan menjadi Bangsa Indonesia tentu bukan tanpa maksud. Bidik Misi adalah satu dari banyak alasan untuk bangga menjadi orang Indonesia," katanya.
Sementara itu, Rektor Unair Prof Dr H Fasich Apt menilai buku karya 22 mahasiswa Unair penerima Bidik Misi itu sangat bagus dan inspiratif.
"Apa yang kalian ungkapkan tentang cara bagaimana meraih Bidik Misi begitu mengalir. Itu berarti pikiran dan rasa kalian cukup jernih. Kalian katakan apa yang kalian capai tak lepas dari restu dan doa orang tua," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011