Surabaya - Indonesia berpeluang menjadi produsen pulp pasar internasional karena dominasi pasar pulp oleh dua negara produsen utama yakni Amerika Utara dan Skandinavia semakin berkurang produksinya. "Ke depan terjadi pergeseran ke Asia terutama Indonesia dan negara Amerika Latin seperti Chili, Brazil, dan Uruguay," kata Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian, Benny Wahyudi, ditemui usai Kongres Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), di Surabaya, Kamis. Menurut dia, peluang tersebut bisa diambil Indonesia mengingat posisi produksi pulp dan kertas nasional mencatatkan peringkat kesembilan pada saat ini. "Tahun 2010, volume ekspor pulp mendominasi 50 persen dari total nilai ekspor sebesar 8 miliar dolar Amerika Serikat sedangkan 40 persennya dari ekspor kertas, dan sisanya lain-lain," ujarnya. Di sisi lain, ia optimistis dengan mengoptimalkan investasi berupa pabrik baru maka posisi produksi pulp dan kertas Indonesia bisa menempati peringkat keempat dunia. "Apalagi luasan lahan untuk pulp di Tanah Air memiliki potensi besar mengingat areanya mencapai sekitar 7 juta hektare," katanya. Meski memasuki era pengurangan pemakaian kertas, kata dia, industri pulp dan kertas nasional menunjukkan perkembangan signifikan. "Per tahun 2011 di penjuru Nusantara terdapat 14 industri pulp dengan kapasitas 7,9 juta ton per tahun dan 79 industri kertas dengan kapasitas 12,17 juta ton per tahun," katanya. Pada tahun 1970-an Indonesia hanya mempunyai tujuh pabrik kertas dan semuanya milik pemerintah. Pabrik itu hanya memproduksi kertas tulis-cetak dengan total kapasitas 50.000 ton per tahun. "Estimasi produksi pulp tahun ini mencapai 7,3 juta ton sedangkan kertas bisa diproduksi sebanyak 10,7 juta ton. Kalau tahun 2012 pertumbuhan industri di Indonesia bisa mencapai 2,1 persen," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011