Surabaya - Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) menilai rencana pemerintah melakukan "holding" badan usaha milik negara sektor perkebunan khususnya yang berbasis gula, belum terlalu mendesak dilakukan.
"Dalam pandangan dan analisis saya, holding itu belum begitu mendesak. Masih ada pekerjaan besar yang perlu dilakukan pemerintah, yaitu merevitalisasi pabrik gula," kata Ketua Badan Eksekutif Gapperindo Agus Pakpahan di Surabaya, Rabu.
Ditemui di sela-sela lokakarya industri pergulaan nasional bertema "BUMN Gula: Hidup atau Mati?", Agus Pakpahan mengemukakan hal itu menanggapi holding BUMN perkebunan yang rencananya dilakukan pemerintah pada 2012.
"Sebelum memutuskan itu, pemerintah harus melihat dulu fakta di lapangan. Holding bertujuan membuat kinerja perusahaan lebih baik, tapi kalau hasilnya sama seperti sebelumnya, sebaiknya ditunda dulu," ujarnya.
Dalam pandangan mantan Deputi Menteri Negara BUMN itu, masalah mendesak yang perlu dilakukan pemerintah pada BUMN perkebunan khususnya yang berbasis gula adalah revitalisasi pabrik gula agar target swasembada gula tahun 2014 bisa terealisasi.
"Kalau pabrik gula sudah dibenahi dan produktivitasnya tinggi, baru kemudian dikelola melalui holding," tambah Agus Pakpahan.
Saat ini, dari 62 pabrik gula yang beroperasi di Indonesia, sebanyak 52 unit dikelola BUMN dengan kapasitas produksi mencapai 130.000 ton tebu per hari (TCD) atau 1,8 juta ton gula per tahun.
Namun, produktivitas pabrik gula milik BUMN terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, karena terjadinya inefisiensi akibat mesin produksi yang usianya sudah tua.
"Revitalisasi pabrik gula menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas dalam upaya mencapai swasembada gula tahun 2014," kata Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) HM Arum Sabil.
Selain itu, perlu juga dilakukan revitalisasi pada tanaman tebu melalui penataan budi daya tanam yang lebih baik, pemilihan varitas unggul, pemupukan, dan manajemen tebang angkut.
Ia menjelaskan, kemampuan produksi 52 pabrik gula yang dikelola BUMN dan ditambah 10 pabrik gula milik swasta sebenarnya mencapai 3,5 juta per tahun.
"Akan tetapi, produksi itu tidak pernah tercapai. Produksi tertinggi yang pernah dicapai hanya sekitar 2,7 juta pada tahun 2008. Justru produksi tahun 2011 merosot hanya maksimal 2,2 juta ton," ujarnya.
Arum Sabil menambahkan, menurunnya produksi gula diakibatkan berbagai faktor, seperti anomali iklim dan kurangnya keberpihakan pemerintah terhadap petani tebu maupun industri gula.
"Sekarang ini gairah petani untuk menanam tebu sudah semakin menurun, karena kondisinya tidak cukup menguntungkan buat mereka. Pemerintah harus memberi perlindungan melalui kebijakan yang berpihak kepada petani," ucapnya, menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011