Oleh Edy M Ya'kub dan Abdul Hakim Surabaya - Andai sejarah bisa diputar maka orang akan tahu bahwa tokoh PDIP Ir Sutjipto yang meninggal dunia pada 24 November 2011 adalah seorang pejuang yang berani melawan penguasa yang menzalimi rakyat atau kaum marhaen. Jejak sejarah Pak Tjip (sapaan akrab Ir H Soetjipto) itu diungkap Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo di rumah duka, Jln. Pakis Tirtosari Nomor 18, Surabaya, Jumat dini hari. "Bagi partai, Pak Tjip tidak sekadar seorang pejuang, namun bersama Megawati Soekarnoputri, beliau merupakan sosok kharismatik yang berhasil meletakkan dasar-dasar perjuangan partai yang bermartabat melawan pemerintahan otoriter ketika itu (Orde Baru)," ucapnya. Pak Tjip secara konsisten melakukan perlawanan tatkala SK DPP Nomor 034 yang menetapkan dirinya sebagai Ketua DPD PDIP Jatim tidak diakui penguasa saat itu. Tekanan dari penguasa justru dijadikan momentum untuk mengkristalisasi semangat juang. "Karena itu, PDIP sungguh berduka atas perginya seorang pejuang partai seperti Pak Tjip. Semangat juang yang diberikan harus menjadi suri tauladan bagi generasi penerus PDIP," paparnya. Untuk itu, DPP PDIP menginstruksikan kepada seluruh jajaran untuk merenungkan kembali perjuangan yang sudah dilakukan mantan Wakil Ketua MPR tersebut. "Agar menjadi spirit untuk mewujudkan impian beliau, yakni PDIP yang semakin menyatu dengan rakyat, khususnya rakyat miskin. Atau, mereka yang diperlakukan tidak adil," ujarnya. Tidak hanya itu, DPP PDIP juga menginstruksikan kepada seluruh jajaran partai untuk mengibarkan bendera setengah tiang guna memberi penghormatan terakhir kepada Sekjen DPP PDIP periode 2000-2005 itu. "Kepada seluruh jajaran partai, kami instruksikan untuk mengibarkan bendera partai setengah tiang di kantor masing-masing selama tiga hari. Pengibaran bendera setengah tiang sebagai bentuk penghormatan terakhir dari keluarga besar PDIP kepada almarhum," tukasnya. Secara terpisah, mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi sebagai kolega almarhum sesama pegiat organisasi ketika menyampaikan pesan singkat (SMS) kepada ANTARA, menilai almarhum merupakan seorang nasionalis sejati. "Saya turut berduka dan mendoakan almarhum bisa 'khusnul khotimah' (mengalami akhir kehidupan yang baik di mata Allah SWT), karena beliau memang sosok teladan yang punya karakter dan selalu mendahulukan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi atau keluarga," katanya. Bagi Hasyim Muzadi yang pernah menjadi Ketua PWNU Jatim saat Soetjipto memimpin DPD PDIP Jatim, Pak Tjip adalah seorang ideolog marhaen yang militan. "Komitmen kerakyatannya patut diteladani semua orang," katanya. Almarhum yang kelahiran Trenggalek, Jawa Timur itu menempuh studi di Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, bahkan bersama Insinyur Ryantori, ia menemukan teknik fondasi konstruksi sarang laba-laba. Pemilik paten pondasi konstruksi sarang laba-laba adalah PT Katama Surya Bumi sejak tahun 2004. Pondasi sarang laba-laba itu terbukti aman dari gempa dan telah terbukti pada gempa di NAD, Sumatera Barat, Bengkulu, Manokwari, dan daerah rawan gempa lainnya. Oleh karena itu, dalam jangka dua tahun (3 Desember 2007 hingga 1 Desember 2009), almarhum menerima lima penghargaan, salah satunya Penghargaan Upakarti dengan kategori Rintisan Teknologi sebagai Pondasi Ramah Gempa. Pesan terakhir Kepergian Pak Tjip menampakkan suasana berkabung yang mendalam di sekitar rumah duka, Jl Pakis Tirtosari 18 Surabaya sejak Kamis (24/11) malam hingga Jumat dini hari. Pelayat dari berbagai kalangan terus ramai berdatangan ke tempat itu, mulai dari pejabat pemerintahan, politisi, pengusaha, tukang becak, hingga pedagang ikut kehilangan. "Pesan terakhir Pak Tjip lebih banyak memikirkan partainya. Bahkan setelah bu Mega (Ketua Umum DPP PDIP Megawati) datang menjenguknya di rumah sakit (20/11), Pak Tjip sadar dan agak tenang. Tapi setelah itu, tidak ada perkembangan kondisinya hingga akhirnya pada Kamis (24/11) sore meninggal," tutur putra pertama almarhum Pak Tjip, Jagat Hari Seno. Saat itu, lanjut dia, pihak keluarga sudah meminta Pak Tjip agar melepas beban pikirannya agar kondisi kesehatanya membaik. "Kalau saya selaku anak, sudah pasrah ketika bapak stroke yang ketiga. Tapi kelihatan Pak Tjip menanyakan partai dan bu Mega terus. Ibarat mesin, Pak Tjip sudah soak karena tenaganya sudah diforsir seperti itu, tapi komitmen masih ada," ucapnya. Ia mengatakan tidak ada pesan secara khusus untuk keluarga yang ditinggalkannya. "Selama ini yang membuat kondisi bapak membaik yakni pada saat bapak ketemu kader partai dan menulis," ujarnya. Sebelum meninggal, lanjut dia, sebetulnya Pak Tjip meminta beberapa hal terkait partai untuk disampaikan ke Megawati. "Saya belum tahu permintaan apa itu. Saya dimintai bu Tjip menyampaikannya, tapi waktunya tidak 'nutut' (terjangkau)," katanya. Namun, selama hidupnya, Pak Tjip dikenal keras dan tegas kepada tiga anaknya. "Bapak jauh lebih keras dan tegas kepada anak-anaknya daripada orang lain. Tidak ada manja-manjaan," katanya. Hal itu juga diakui sesepuh PDIP Jatim L Soepomo. "Sebagai pemimpin, beliau mengajarkan untuk tidak memasukkan keluarga dalam partai untuk sekadar memanfaatkan fasilitas. Istri, adik, dan kakak almarhum pun tidak ada yang memakai fasilitas dia," katanya. Ia menyebutkan Wisnu Sakti Buana yang merupakan anak almarhum yang aktif di PDIP Kota Surabaya. Anak almarhum itu berpartai dengan aktif mulai dari bawah seperti ayahandanya hingga memimpin PDIP Kota Surabaya. "Anak beliau tidak menggunakan 'katabelece' almarhum. Beliau pun ke DPR RI, karena ingin menjaga jarak dari keluarganya di Jatim, meski beliau sempat menjadi calon Gubernur Jawa Timur dalam Pilkada Jatim 2008 yang berpasangan dengan Ridwan Hisjam atas dorongan DPP PDIP," katanya. Oleh karena itu, ia menilai PDIP kehilangan tokoh panutan, apalagi Pak Tjip pernah memimpin PDIP Jawa Timur. "Saya sendiri dikabari Bu Tjip (istri almarhum), dan saya langsung ke Rumah Sakit Darmo untuk memberi penghormatan terakhir," tegasnya. Agaknya, Pak Tjip merupakan sosok yang patut dicontoh, karena almarhum sudah mampu secara ekonomi sebelum terjun ke dunia politik, sehingga komitmen kerakyatannya sangat kentara. "Pak Tjip memberi teladan yang baik kepada para politisi, beliau sosok yang jujur dan komitmen kepada kaum marhaen, melebihi kepentingan pribadi dan keluarga. Itulah pesan terakhir yang diwariskan almarhum secara tidak tersirat kepada kita semua," ujarnya. Selamat jalan pejuang kaum marhaen ! (*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011