Bojonegoro - PMI Cabang Bojonegoro, Jawa Timur, bekerja sama dengan Palang Merah Norwegia, menggelar pelatihan kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat (KBBM) yang diikuti 33 personil relawan di daerah setempat dalam penanganan banjir Bengawan Solo.
Sekretaris PMI Cabang Bojonegoro, Sukoha Widodo, di Bojonegoro, Senin, para relawan mendapatkan 13 materi pelatihan KBBM di antaranya penanganan bencana banjir, pengungsian, pembuatan tenda hingga penanganan setelah terjadi banjir dan sesudah banjir.
"Setelah 33 personil relawan ini mendapatkan pelatihan selama sepekan, langsung kami terjunkan di tiga desa yang kami pilih yang selama ini, selalu dilanda banjir luapan Bengawan Solo," katanya.
Ia menjelaskan, tiga desa yang menjadi percontohan KBBM itu yaitu Desa Sarirejo, Pilanggede dan Mulyorejo, Kecamatan Balen, yang lokasinya berada di tepian Bengawan Solo.
"Pada prinsipnya pelatihan yang diberikan kepada relawan ini, agar mereka bisa mengajak masyarakat yang terkena musibah banjir, bisa menangani dirinya sendiri dulu, untuk tidak panik ketika terjadi banjir, " katanya mengungkapkan.
Karena itu, lanjutnya, sebanyak 33 relawan tersebut, setelah menjalani pelatihan dengan instruktur dari PMI Magelang, Rosiana dan PMI Grobokan, Jawa Tengah, Dwi Priyono, pada Desember ini, mulai melakukan sosialisasi KBBM di tiga desa itu.
Polanya, menurut dia, akan dibahas secara bersama dalam pelatihan ini. Namun, pada pokoknya, relawan tersebut, harus mampu mengajak masyarakat untuk bisa mempersiapkan sedini mungkin, sebelum banjir, ketika banjir dan sesudah banjir terjadi.
Lebih lanjut dijelaskan, sesuai target, seorang relawan harus bisa memberikan pelatihan KBBM kepada satu kepala keluarga (KK) di daerah bencana banjir yang menjadi sasaran. Proses selanjutnya, satu KK warga yang sudah mendapatkan pelatihan bisa meneruskan KBBM yang diperoleh, kepada 10 KK warga lainnya.
"Bukan berarti kalau warga bisa mandiri, kemudian tim bencana kabupaten tidak memberikan bantuan, " ucapnya.
Direncanakan, katanya, program KBBM di tiga desa ini, kalau berhasil akan diusulkan kepada pemkab setempat, untuk dikembangkan kepada desa lainnya di Bojonegoro yang selalu menjadi langganan banjir luapan sungai terpanjang di Jawa itu.
Sementara itu, Kepala Desa Sarirejo, Kecamatan Balen, Niti Suparlan menyambut baik, desanya dijadikan percontohan KBBM. Alasannya, selama ini Desa Sarirejo, dengan jumlah penduduk 555 KK (1.968 jiwa), selalu paling awal dilanda banjir luapan Bengawan Solo.
Genangan banjir, lanjutnya, tidak hanya menenggelamkan areal pertanian di desa setempat yang luasnya 257 hektare, juga air banjir masuk ke rumah warga hingga satu meter lebih.
"Warga kami tidak ada yang mengungsi, kalau banjir pekerjaan nya hanya makan dan tidur," katanya mengungkapkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011