Bogor - Relawan organisasi kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" atau MER-C Indonesia dari divisi teknik berangkat menuju ke Jalur Gaza, Palestina, untuk melanjutkan tender tahap II pembangunan Rumah Sakit Indonesia. "Tim yang diberangkatkan kali ini, adalah para insinyur dan akan menuju ke Gaza melalui Mesir," kata Ketua Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad kepada ANTARA di Bogor, Sabtu malam. Ia menjelaskan, dengan menggunakan maskapai penerbangan Emirate Airlines tujuan Jakarta - Dubai - Kairo, tim dijadwalkan akan berangkat pada Minggu (13/11) dini hari pukul 00.15 WIB, dan diperkirakan tiba di Kairo, Mesir, Minggu (13/11) pukul 10.55 waktu setempat. Menurut dia, tim dipimpin Ketua Divisi Konstruksi MER-C Ir Faried Thalib dengan anggota Ir Idrus Muhammad Alatas, dan Ir Nur Ikhwan Abadi. Dikemukakannya bahwa tim diperkirakan akan berada di Gaza selama minimal dua pekan. Sementara, Ir Nur Ikhwan Abadi direncanakan akan menetap di Gaza bergabung dengan enam relawan Indonesia yang masih di wilayah itu untuk mengawal pembanguan RS Indonesia di Gaza. "Mohon doa dari seluruh rakyat Indonesia untuk kelancaran dan kemudahan misi ini," katanya. Sementara itu, Faried Thalib menambahkan target tim itu adalah melakukan supervisi dan evaluasi langsung proses pembangunan struktur RS Indonesia yang sudah mencapai 50 persen. Di samping itu, kata dia, juga untuk mempersiapkan tender tahap II untuk pekerjaan arsitektur dan ME (mechanical electrical) RS Indonesia di Gaza. Sarbini Abdul Murad menjelaskan, pihaknya akhirnya mendapatkan izin masuk dari Kementerian Luar Negeri Republik Arab Mesir untuk bisa memasuki Jalur Gaza, Palestina untuk misi membangun rumah sakit itu. "Setelah menunggu selama 20 hari, akhirnya Kementerian Luar Negeri Republik Arab Mesir mengeluarkan izin bagi tim insinyur MER-C yang terdiri atas empat orang untuk memasuki wilayah Jalur Gaza melalui pintu perbatasan Rafah," katanya. Menurut dia, informasi itu disampaikan oleh KBRI Kairo selaku pihak yang selama ini membantu memfasilitasi proses izin Tim MER-C ke Jalur Gaza pada Senin (24/10). Ia menjelaskan bahwa pada awalnya konfirmasi izin masuk (permit entry) Gaza diterima melalui pesan singkat dari bagian politik KBRI Kairo, menyusul kemudian berkas-berkas lengkap yang dikirimkan melalui surat elektronik oleh Unit Komunikasi KBRI pada hari yang sama. Menurut Sarbini Abdul Murad, kepastian izin masuk (permit entry) Gaza memang ditunggu oleh tim MER-C. Ia menegaskan bahwa tim memutuskan tidak akan berangkat hingga adanya kepastian izin dari Kemlu Mesir. Hal ini berdasarkan pengalaman sebelumnya, di mana tim insinyur MER-C yang pada Mei 2011 tidak kunjung mendapat izin menyeberang ke wilayah Gaza walaupun sudah menunggu selama sebulan di Mesir. Namun, kata dia, proses tender RS Indonesia harus terus berjalan, sehingga untuk menyiasati hal ini, seluruh proses tender dan wawancara dengan kontraktor akhirnya dilakukan melalui konferensi jarak jauh antara Gaza dan Mesir. Bahkan, katanya, penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pembangunan struktur RS Indonesia antara tim MER-C di Mesir dengan kontraktor pemenang tender di Gaza dilakukan dengan proses yang terbilang cukup unik. Ia menjelaskan, keunikan itu, yakni dari gerbang Rafah (di wilayah Mesir), tim MER-C menitipkan dokumen MoU kepada orang yang akan masuk ke Gaza, sementara di gerbang Rafah (di wilayah Gaza) kontraktor menunggu MoU tersebut. Setelah MoU dibaca dan ditandatangani oleh kontraktor, kembali dititipkan melalui orang yang akan menuju ke gerbang Rafah (di Mesir) di mana tim MER-C masih menunggu MoU tersebut. "Meski berliku, namun tahap demi tahap proses pembangunan RS Indonesia akhirnya dapat terlalui. Pada tanggal 14 Mei 2011, pembangunan RS Indonesia di Bayt Lahiya Gaza Utara resmi dimulai," katanya. Misi membangun RS Indonesia di Gaza itu, berawal dari misi tim bantuan kemanusiaan asal Indonesia yang membawa bantuan obat-obatan dari pemerintah dan rakyat Indonesia untuk warga Gaza, Palestina, akhir 2008 hingga awal 2009. Pada saat itu misi dipimpin dr Rustam S Pakaya, MPH, yang menjabat Kepala Pengendalian Krisis (PPK) Departemen (Kementerian) Kesehatan dan Direktur Urusan Timur Tengah Departemen Luar Negeri Aidil Chandra Salim, M.Comm. Namun, dalam perkembangannya, dana pemerintah Indonesia, yang mestinya akan digabung dengan dana yang dihimpun MER-C untuk membangun RS Indonesia di Gaza, dialihkan untuk peruntukan lain di RS As-Syifa di Gaza. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011