Madiun - Hujan yang turun selama beberapa hari ini memicu kenaikan harga cabai keriting di tingkat petani Kabupaten Madiun. Petani cabai keriting, Suharno, Kamis, mengatakan, tingginya biaya produksi akibat turunnya hujan membuat harga cabai terus naik sejak sepekan terakhir. "Saat ini harga cabai keriting di tingkat petani mencapai Rp18.000 per kilogram. Harga ini naik dua kali lipat bertahap dari sebelumnya yang hanya berkisar Rp9.000 hingga Rp10.000 per kilogramnya," katanya. Menurut dia, akibat hujan yang turun setiap hari sejak sepekan terakhir membuat petani cabai melakukan penyemprotan obat hama dengan frekuensi lebih tinggi dari biasanya. Pada kondisi normal penyemprotan dilakukan satu kali dalam jangka waktu 7-10 hari, sedangkan saat pergantian musim hujan seperti ini, penyemprotan dilakukan tiga hingga empat kali dalam periode waktu yang sama. "Kalau tidak disemprot obat hama dipastikan panen akan jeblok karena tanaman banyak terserang lalat buah, jamur, dan bakteri. Peningkatan frekuensi penyemprotan obat hama otomatis membuat biaya produksi membengkak," kata Suharno yang juga Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Madiun. Ia mengatakan, pada kondisi normal biaya pemeliharaan hanya sekitar Rp4 juta per hektare, namun kini mencapai sekitar Rp10 juta per hektare. Sementara, luas lahan cabai keriting di Kabupaten Madiun saat ini mencapai 30 hektare yang tersebar di Kecamatan Dagangan, Dolopo, Balerejo dan Geger. Adapun produksi cabai keriting yang dihasilkan mencapai 200 ton satu kali musim tanam atau sekitar tiga bulan dengan 15 kali petik tiap pohon. Suharno menilai, selain biaya produksi yang tinggi akibat terkena hujan, kenaikan harga cabai juga dipicu tingginya permintaan pasar jelang Hari Raya Idul Adha. "Saat ini sudah masuk bulan besar dalam penanggalan Jawa. Bulan besar dianggap orang sebagai hari baik untuk melangsungkan hajatan. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada permintaan cabai di pasaran untuk keperluan bahan masakan," kata Harno. Ia memprediksi harga cabai masih terus naik seiring memasuki musim penghujan dan tingginya permintaan pada akhir tahun mendatang untuk keperluan perayaan Natal dan Tahun Baru 2012. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011