Trenggalek - Angka buta huruf atau buta aksara di Kabupaten Trenggalek berdasar laporan hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Balai Pusat Statistik (BPS) setempat, tercatat mencapai 46 ribu jiwa lebih. "Angka ini baru kami terima dari BPS, sehingga belum ada rincian mengenai kelompok usia, latar belakang, maupun prosentase berdasar perbandingan gender (jenis kelamin)," ujar Kabid Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) Dinas Pendidikan Kabupaten Trenggalek, Marfuah Burhan, Selasa. Meski belum ada penjabaran secara terperinci, Marfuah meyakini bahwa mayoritas penduduk buta aksara yang jumlahnya jauh melebihi perkiraan maupun perhitungan pihak Dinas Pendidikan, khususnya PNFI, adalah berasal dari kelompok usia di atas 60 tahun. Sinyalemen itu diperkuat dengan hasil temuan lapangan yang dilakukan puluhan tenaga pengawas pendidikan setingkat SD/SMP yang tersebar di daerah-daerah terpencil. "Kami belum bisa memberi definisi pastinya bagaimana, namun bila mengacu pada hasil pantauan yang dilakukan para pengawas kami di lapangan, kebanyakan dari mereka (warga buta huruf) berasal dari kelompok usia lanjut dan berjenis kelamin perempuan," terang Marfuah. Jumlah penduduk Kabupaten Trenggalek, berdasar hasil sensus penduduk pada akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 674.521 jiwa. Dari jumlah itu, sekitar 450 ribu jiwa di antaranya merupakan kelompok usia yang dikategorikan telah dewasa serta memiliki hak pilih dalam pemilihan umum (pemilu) ataupun kepala daerah (pilkada). Apabila BPS Trenggalek menemukan ada sekitar 46 ribu warga yang masih menyandang predikat buta huruf/buta aksara, itu artinya ada sekitar 10 persen lebih kelompok usia produktif ke atas (plus kelompok usia lanjut) yang belum bisa baca tulis. "Kami akan coba melakukan intervensi program belajar singkat, khusus untuk kelompok warga yang masih buta huruf. Tapi sepertinya kami akan lebih memprioritaskan kelompok usia produktif ketimbang mereka yang sudah berusia lanjut (uzur)," tandasnya. Marfuah memperkirakan, jumlah penyandang buta aksara di Trenggalek yang telah berusia lanjut mencapai 60 persen lebih dari total 46 ribu warga yang dinyatakan belum bisa baca tulis. Selebihnya, penyandang buta aksara berasal dari beberapa kelompok usia produktif, terutama dari usia 45 tahun ke atas. Banyaknya warga usia lanjut yang tidak bisa baca-tulis diduga karena mereka tidak pernah mengenyam dunia pendidikan formal sekalipun. Selain itu, faktor ekonomi ditengarai ikut memberi andil buruknya kwalitas pendidikan masyarakat setempat.

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011