Madiun - Produksi tanaman kakao di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menurun hingga 40 persen akibat musim kemarau tahun ini. Salah satu petani di sentra tanaman kakao yang terletak di lereng Gunung Wilis, Desa Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Suyanto, Selasa, mengatakan, musim kemarau yang berlangsung saat ini telah mempengaruhi produksi dan kualitas tanaman kakaonya. "Akibat musim kering, buah kakao banyak yang rontok sebelum bisa dipanen. Selain itu, biji kakao juga tidak dapat tumbuh maksimal," ujar Suyanto, kepada wartawan. Keadaan yang seperti ini membuat hasil panen petani anjlok. Biasanya, satu hektare lahan kakao mampu menghasilkan 1 ton biji kakao, namun kini tinggal 6 kwintal saja. Kualitas hasil biji kakao sendiri juga sangat buruk, yakni kecil dan mengering akibat kurang pasokan air. "Keadaan ini membuat petani merugi. Meski harga biji kakao sedang tinggi, petani belum dapat meraup keuntungan banyak," kata dia. Saat ini, harga biji kakao di pasaran sedang bagus, yakni pada kisaran Rp16.000 hingga Rp19.000 per kilogramya. Harga ini naik dari sebelumnya yang hanya mencapai 15 ribu per kilogram. Bahkan pernah anjlok hingga Rp9.000 per kilogram akibat anomali cuaca. Hal yang sama diungkapkan oleh petani kakao di sentra lainnya di Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Solikin. Selain merugi akibat cuaca kering, pihaknya juga rugi karena pertumbuhan tanaman yang tidak maksimal akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK). "Tingkat kelembaban yang tinggi membuat populasi hama meningkat. Keadaan ini membuat petani merugi, karena buah kakao tidak banyak yang dapat dipanen," tutur Solikin. Kini para petani kakao tidak bisa berbuat banyak selain hanya berharap cuaca kembali normal. Hal ini agar pertumbuhan kakao milik petani dapat maksimal. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011