Bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak adanya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Saat itu, pemuda - pemudi se-Tanah Air melahirkan tiga kesepakatan dengan satu di antaranya berbahasa satu, Bahasa Indonesia, sehingga tiap Oktober diperingati sebagai Bulan Bahasa. Pada zaman kekinian, penerapan Bahasa Indonesia dalam bahasa tutur maupun tulis semakin lemah di mata sejumlah pengguna, terutama anak - anak. Apalagi, ketika dimulainya era globalisasi dimana sekolah - sekolah di penjuru Nusantara mengantre meningkatkan status menjadi sekolah berstandar internasional. Ironisnya, kini banyak anak lancar berbahasa asing seperti Bahasa Inggris menyusul mereka telah "dicekoki" bahasa internasional tersebut sejak dini. Bahkan, pada umumnya mereka sering mendapatkan nilai tinggi dalam ujian mata pelajaran Bahasa Inggris dibandingkan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mengantisipasi kian terkikisnya kemampuan berbahasa anak Indonesia, ada baiknya sedini mungkin mereka dikenalkan lagu berbahasa Indonesia, terutama yang mempunyai tatanan bahasa yang baik dan benar. Salah satunya, berkiblat kepada Ejaan (Bahasa Indonesia) Yang Disempurnakan atau EYD sesuai Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972 tentang penggunaan EYD per tanggal 16 Agustus 1972. Di mata seorang penyanyi bersuara tinggi asal Jakarta, Tompi, lagu adalah media murah nan-ideal untuk mengajari anak Indonesia, baik memaknai maupun melafalkan Bahasa Indonesia, secara baik dan benar. Dalam memberi pengajaran anak tentang Bahasa Indonesia, orang tua atau guru memang wajib menyeleksi segmentasi, materi, dan jenis lagunya. Ada baiknya menghindarkan anak dari lagu orang dewasa. Apalagi, kini banyak beredar lagu orang dewasa dibandingkan lagu anak sehingga anak usia di bawah lima tahun justru hafal lagu bertema percintaan yang dibawakan penyanyi, Boy Band atau Girl Band yang populer. Sebut saja, "Sm*sh", ST12, lagu "Seven Icons" yang berjudul "Playboy", atau lagu dangdut "koplo" berjudul "Hamil Tiga Bulan" oleh penyanyi Tuti Wibowo. Kemanakah lagu anak-anak yang pernah menjadi favorit Bangsa Indonesia karena liriknya mudah dipahami? Ataukah saat ini, lagu anak seolah mati suri sehingga pelaku industri musik Tanah Air enggan memproduksi lagu anak karena kurang komersil. Walau demikian, sebagai masyarakat yang tak ingin anak - anak semakin terjerumus dalam bahasa "nyeleneh" maka tak apa untuk tetap mengenalkan lagu anak versi zaman dulu. Misalnya, lagu anak berjudul "Naik - naik ke Puncak Gunung" yang memiliki makna kebersamaan, menikmati keindahan alam, dan mensyukuri segala anugerah Allah SWT. Untuk mengajarkannya, saat yang tepat, ketika anak - anak sedang bepergian ke gunung atau ketika di dalam kelas, sembari menggambar pemandangan di sekitar gunung. Kalau sejak usia dini anak mampu melalui tahapan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan baik dan lancar, bisa diprediksi ia dapat menerapkannya pada semua kesempatan. Realisasi penggunaan Bahasa Indonesia bermanfaat untuk menulis di media massa, beragam produk sastra, seni, budaya, perangkat lunak, maupun berbagai agenda publik. Dengan cara itu, bukanlah mimpi semata kalau suatu saat Bahasa Indonesia diakui masyarakat dunia menjadi bahasa internasional setelah Bahasa Inggris dan Bahasa China. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011