Pamekasan - Tanaman cabai milik petani di Pamekasan, Madura, banyak yang mati akibat kekeringan yang melanda wilayah itu. Para petani cabai di wilayah itu mengaku, sejak memasuki musim kering, para petani tidak lagi menyiram tanaman cabai mereka karena kesulitan air. "Kami biarkan saja tidak disiram. Wong untuk kebutuhan mandi dan memasak saja sulit. Makanya semua tanaman cabai milik petani di sini mati," kata petani cabai di Kecamatan Kadur, Pamekasan, Moh Syarif, Sabtu. Tidak hanya Syarif, sejumlah petani cabai lainnya di wilayah ini juga mengalami hal yang sama. Seperti Muat, petani cabai di Desa Gagah, Kecamatan Kadur, Pamekasan. Sejak memasuki kemarau, tanaman cabai di areal seluas 500 meter persegi milik tidak pernah disiram lagi. Akibatnya, tanaman menjadi layu hingga akhirnya mengering. "Di sini air sangat sulit jika musim kemarau. Hanya cukup untuk mandi dan kebutuhan sehari-hari saja. Makanya tanaman banyak yang dibiarkan tidak disirami," katanya menjelaskan. Akibat banyaknya tanaman cabai yang mati, pasokan cabai di sejumlah pasar menurun dan harga cabai di pasaran meningkat tajam. Salah seorang pedagang cabai merah kriting di Pasar Kolpajung Pamekasan Hana, Sabtu menjelaskan, saat ini harga cabai mencapai Rp15 ribu perkilogram. "Naik Rp7 ribu dibanding sebelumnya," kata Hana. Menurut dia, naiknya harga cabai ini, karena pasokan dari pihak pengepul kepada para pedagang mulai berkurang. "Katanya karena banyak tanaman cabai petani di Madura pada musim kemarau ini yang mati. Makanya harganya naik," kata Hana menjelaskan. Kepala Dinas Pertanian Pemkab Pamekasan Isye Windarti mengakui, ketersediaan air memang selalu menjadi kendala bagi para petani di wilayah itu, khususnya pada musim kemarau. "Faktanya setiap kemarau petani kita memang seperti itu. Madura, termasuk Pamekasan ini kan daerah kering," katanya menjelaskan. Menurut dia, berdasarkan laporan yang disampaikan penyuluh lapangan ke Dinas Pertanian, luas lahan tidur atau lahan yang tidak berproduksi pada kemarau kali ini mencapai 30.000 hektare lebih yang tersebar di 13 kecamatan di wilayah itu. "Ini sudah termasuk lahan tanaman cabai yang saat ini banyak yang kering akibat tidak ada air," kata Isye Windarti menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011