Hilla (ANTARA/AFP) - Polisi di Irak tengah menangkap lebih dari 300 orang, Kamis, setelah serangkaian serangan di Baghdad yang terutama ditujukan pada pasukan keamanan menewaskan 23 orang sehari sebelumnya, kata seorang kepala kepolisian provinsi. "Kami melakukan penggerebekan dan pencarian setelah serangan-serangan di Baghdad, dan kami menangkap 306 orang yang terlibat dalam melakukan serangan-serangan teror dan kriminal terhadap pasukan keamanan," kata Mayjen Fadhel Raddad, kepala kepolisian provinsi Babil, Irak tengah, pada jumpa pers. "Kami menerima informasi intelijen setelah serangan-serangan Baghdad mengenai kelompok ini dan kami memukul keras mereka untuk mencegah mereka melancarkan serangan lebih lanjut," katanya. Raddad menambahkan, "sebagian besar" dari orang-orang yang ditangkap itu diburu atas tuduhan terorisme, sementara yang lain adalah "pendukung" serangan-serangan Rabu di Baghdad, namun ia tidak merinci atau memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hubungan antara orang-orang yang ditangkap itu dan kekerasan di ibu kota Irak tersebut. Sejumlah besar senjata dan peledak juga disita dalam operasi itu, katanya tanpa keterangan lebih lanjut. Penangkapan-penangkapan itu dilakukan sehari setelah serangkaian serangan di Baghdad, termasuk dua bom mobil bunuh diri di kantor polisi, menewaskan 23 orang dan mencederai lebih dari 70. Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS. Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak. Sebanyak 185 orang Irak tewas dalam kekerasan pada September, menurut angka resmi, sementara 239 orang tewas pada Agustus. Pada Juli, 259 orang Irak tewas dalam serangan-serangan, angka kematian tertinggi kedua pada 2011. Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan. Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177. Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008. Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini. Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam. Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak. Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida. Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011