Upaya perbaikan tata kelola pelabuhan mulai dari tahun 2021 sampai dengan saat ini telah menunjukkan capaian-capain yang positif, kendati masih perlu dimaksimalkan agar transformasi menjadi pemimpin ekosistem maritim terintegrasi dan berkelas dunia, seperti yang tertuang dalam visi dan misi perusahaan, terwujud.
Capaian itu di antaranya intensnya koordinasi dengan para pemangku kepentingan kepelabuhanan, sebanyak 14 pelabuhan telah menerapkan fitur digitalisasi National Logistics Ecosystem, digitalisasi layanan kapal dan layanan barang melalui Indonesia Nasional Single Window, penerapan bersama antara Bea Cukai dan Karantina.
Capaian lainnya, pembenahan tata kelola Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), sebanyak 149 pelabuhan telah menerapkan sistem digitalisasi layanan kapal (Inaportnet), serta penerapan Sistem Truck Identification Data (STID) untuk penertiban transportasi baik yang masuk dan keluar area pelabuhan.
Selain capaian tersebut, transformasi yang dilakukan Pelindo juga menunjukkan hasil yang positif. Pelindo pascamerger berhasil mencatatkan efisiensi dan optimalisasi senilai Rp1,3 triliun.
Capaian ini sebagian besar berasal dari konsolidasi dan optimalisasi kapasitas finansial Pelindo, meliputi optimalisasi pembiayaan, relokasi aset, dan implementasi pengadaan bersama, yang mewujudkan kapasitas finansial yang lebih kuat sekaligus optimalisasi aset yang terintegrasi.
“Capaian ini merupakan cerminan manfaat dari penggabungan Pelindo yang hanya dapat diperoleh melalui sinergi antarentitas Pelindo Group, sehingga pengelolaan segenap sumber daya perusahaan dapat dilakukan secara lebih efisien serta memberikan kontribusi pendapatan bagi negara yang maksimal,” ucap , Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono, dalam acara Media Gathering di Jakarta (12/04).
Dengan pengelolaan yang tersentralisasi, Pelindo kini memiliki kendali strategis yang lebih baik, sehingga memudahkan dalam melakukan transformasi layanan operasi end-to-end seperti menciptakan standardisasi sistem layanan operasional pelabuhan yang sebelumnya berbeda-beda antarpelabuhan. Beberapa sistem yang distandardisasi adalah TOS Nusantara untuk layanan peti kemas, NPK TOS untuk layanan non-peti kemas dan Phinisi untuk layanan kapal.
Transformasi tersebut telah mendatangkan benefit untuk berbagai pihak. Bagi Pelindo sendiri misalnya, terjadi peningkatan efisiensi biaya operasional, potensi penambahan trafik, peningkatan kompetensi dan knowledge.
Bagi pelanggan, dengan adanya pengurangan port stay dan cargo stay misalnya, dapat membantu pada penghematan biaya sewa dan operasional kapal bagi perusahaan shipping line yang pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan biaya logistik dan mendukung konektivitas maritim.
Salah satu hasil nyata penggabungan Pelindo di bidang operasional adalah adanya peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay (waktu sandar kapal di pelabuhan) yg diukur dengan jumlah hari.
Contoh, di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam hingga 60 boks per kapal per jam dalam kondisi optimum.
Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari. Peningkatan kinerja juga terjadi di TPK Makassar dan Terminal Makassar New Port, di mana waktu sandar dapat berkurang dari dua menjadi satu hari.
Di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Ambon kecepatan bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks per kapal per jam menjadi 34 boks dalam kondisi optimum. Dampaknya, jumlah waktu sandar kapal dapat terpangkas satu hari.
Secara keseluruhan, peningkatan produktivitas operasional mulai tercermin pada kinerja perseroan. Pada tahun 2022, arus peti kemas tercatat sebesar 17,2 juta TEUs atau naik dua persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan untuk arus barang mencapai 160 juta ton dengan kenaikan sembilan persen, arus kapal mencapai 1,2 miliar GT meningkat satu persen, dan arus penumpang menembus 15 juta orang dengan kenaikan 86 persen dibandingkan periode yang sama sebelumnya.
Selain itu, pascapenggabungan Pelindo tidak hanya berfokus pada pengoperasian pelabuhan, namun juga mengambil peran strategis untuk mendukung pertumbuhan industri. Salah satunya melalui integrasi antara pelabuhan dengan kawasan industri, sehingga menciptakan biaya logistik yang lebih efisien.
“Kami akan melanjutkan program pascamerger untuk membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat terutama bagi Indonesia. Untuk tahun 2023, kami memiliki beberapa fokus utama salah satunya melanjutkan transformasi pelabuhan melalui kegiatan standarisasi dan sistemisasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan,” kata Arif menegaskan.
Fokus lain perusahaan pada tahun 2023 yaitu melakukan ekspansi bisnis melalui strategic partnership dengan global market leaders, penataan bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan kompetensi masing-masing unit bisnis, dan penyelesaian proyek strategis untuk mendukung pembangunan nasional seperti Bali Maritime Tourism Hub (BMTH), Kawasan Pendukung Pelabuhan Kijing, Makassar New Port, dan New Priok Eastern Access.
Capaian-capaian tersebut tampaknya sejalan dengan data dari United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang dirilis pada bulan September 2022, yang menyebutkan Indonesia masuk 20 besar dalam port performance.
UNCTAD adalah badan PBB yang menangani isu perdagangan, investasi, dan pembangunan yang beranggotakan 191 negara dan bermarkas di Jenewa, Swiss. Masuknya pelabuhan di Indonesia dalam 20 besar dunia berdasar data dari rata-rata pergerakan kapal kontainer dari 1.000 GT ke atas pada semester pertama tahun 2022.
Indonesia berada di peringkat 12 di atas negara Kanada, Australia, Rusia, Amerika Serikat, Jerman, Yunani, Prancis dan Italia. Rata-rata pergerakan di pelabuhan di dunia mencapai 20,1 hours in port, sedangkan Indonesia mencapai 24,9 hours in port. Capaian rata-rata dari turnaround time untuk kapal kontainer naik sebesar 13,7 persen dibandingkan dari tahun 2020 dan 2021.
Artinya, digitalisasi telah memberikan dampak pada waktu dan biaya layanan di kawasan pelabuhan. Hal itu juga merupakan hasil kolaborasi dengan 18 Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah dan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK).
Jejak transformasi Pelindo yang menggembirakan tersebut diharapkan dapat berlanjut, sehingga mampu memberikan kontribusi lebih besar lagi bagi efektif dan efisiennya sistem logistik nasional, yang pada gilirannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Capaian itu di antaranya intensnya koordinasi dengan para pemangku kepentingan kepelabuhanan, sebanyak 14 pelabuhan telah menerapkan fitur digitalisasi National Logistics Ecosystem, digitalisasi layanan kapal dan layanan barang melalui Indonesia Nasional Single Window, penerapan bersama antara Bea Cukai dan Karantina.
Capaian lainnya, pembenahan tata kelola Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), sebanyak 149 pelabuhan telah menerapkan sistem digitalisasi layanan kapal (Inaportnet), serta penerapan Sistem Truck Identification Data (STID) untuk penertiban transportasi baik yang masuk dan keluar area pelabuhan.
Selain capaian tersebut, transformasi yang dilakukan Pelindo juga menunjukkan hasil yang positif. Pelindo pascamerger berhasil mencatatkan efisiensi dan optimalisasi senilai Rp1,3 triliun.
Capaian ini sebagian besar berasal dari konsolidasi dan optimalisasi kapasitas finansial Pelindo, meliputi optimalisasi pembiayaan, relokasi aset, dan implementasi pengadaan bersama, yang mewujudkan kapasitas finansial yang lebih kuat sekaligus optimalisasi aset yang terintegrasi.
“Capaian ini merupakan cerminan manfaat dari penggabungan Pelindo yang hanya dapat diperoleh melalui sinergi antarentitas Pelindo Group, sehingga pengelolaan segenap sumber daya perusahaan dapat dilakukan secara lebih efisien serta memberikan kontribusi pendapatan bagi negara yang maksimal,” ucap , Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono, dalam acara Media Gathering di Jakarta (12/04).
Dengan pengelolaan yang tersentralisasi, Pelindo kini memiliki kendali strategis yang lebih baik, sehingga memudahkan dalam melakukan transformasi layanan operasi end-to-end seperti menciptakan standardisasi sistem layanan operasional pelabuhan yang sebelumnya berbeda-beda antarpelabuhan. Beberapa sistem yang distandardisasi adalah TOS Nusantara untuk layanan peti kemas, NPK TOS untuk layanan non-peti kemas dan Phinisi untuk layanan kapal.
Transformasi tersebut telah mendatangkan benefit untuk berbagai pihak. Bagi Pelindo sendiri misalnya, terjadi peningkatan efisiensi biaya operasional, potensi penambahan trafik, peningkatan kompetensi dan knowledge.
Bagi pelanggan, dengan adanya pengurangan port stay dan cargo stay misalnya, dapat membantu pada penghematan biaya sewa dan operasional kapal bagi perusahaan shipping line yang pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan biaya logistik dan mendukung konektivitas maritim.
Salah satu hasil nyata penggabungan Pelindo di bidang operasional adalah adanya peningkatan kinerja dan produktivitas di sejumlah pelabuhan. Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay (waktu sandar kapal di pelabuhan) yg diukur dengan jumlah hari.
Contoh, di Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan, jumlah bongkar muat naik lebih dari dua kali lipat dari 20 boks per kapal per jam hingga 60 boks per kapal per jam dalam kondisi optimum.
Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari. Peningkatan kinerja juga terjadi di TPK Makassar dan Terminal Makassar New Port, di mana waktu sandar dapat berkurang dari dua menjadi satu hari.
Di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Ambon kecepatan bongkar muat naik hampir tiga kali lipat, dari 12 boks per kapal per jam menjadi 34 boks dalam kondisi optimum. Dampaknya, jumlah waktu sandar kapal dapat terpangkas satu hari.
Secara keseluruhan, peningkatan produktivitas operasional mulai tercermin pada kinerja perseroan. Pada tahun 2022, arus peti kemas tercatat sebesar 17,2 juta TEUs atau naik dua persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan untuk arus barang mencapai 160 juta ton dengan kenaikan sembilan persen, arus kapal mencapai 1,2 miliar GT meningkat satu persen, dan arus penumpang menembus 15 juta orang dengan kenaikan 86 persen dibandingkan periode yang sama sebelumnya.
Selain itu, pascapenggabungan Pelindo tidak hanya berfokus pada pengoperasian pelabuhan, namun juga mengambil peran strategis untuk mendukung pertumbuhan industri. Salah satunya melalui integrasi antara pelabuhan dengan kawasan industri, sehingga menciptakan biaya logistik yang lebih efisien.
“Kami akan melanjutkan program pascamerger untuk membawa manfaat yang lebih besar bagi masyarakat terutama bagi Indonesia. Untuk tahun 2023, kami memiliki beberapa fokus utama salah satunya melanjutkan transformasi pelabuhan melalui kegiatan standarisasi dan sistemisasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan,” kata Arif menegaskan.
Fokus lain perusahaan pada tahun 2023 yaitu melakukan ekspansi bisnis melalui strategic partnership dengan global market leaders, penataan bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan kompetensi masing-masing unit bisnis, dan penyelesaian proyek strategis untuk mendukung pembangunan nasional seperti Bali Maritime Tourism Hub (BMTH), Kawasan Pendukung Pelabuhan Kijing, Makassar New Port, dan New Priok Eastern Access.
Capaian-capaian tersebut tampaknya sejalan dengan data dari United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang dirilis pada bulan September 2022, yang menyebutkan Indonesia masuk 20 besar dalam port performance.
UNCTAD adalah badan PBB yang menangani isu perdagangan, investasi, dan pembangunan yang beranggotakan 191 negara dan bermarkas di Jenewa, Swiss. Masuknya pelabuhan di Indonesia dalam 20 besar dunia berdasar data dari rata-rata pergerakan kapal kontainer dari 1.000 GT ke atas pada semester pertama tahun 2022.
Indonesia berada di peringkat 12 di atas negara Kanada, Australia, Rusia, Amerika Serikat, Jerman, Yunani, Prancis dan Italia. Rata-rata pergerakan di pelabuhan di dunia mencapai 20,1 hours in port, sedangkan Indonesia mencapai 24,9 hours in port. Capaian rata-rata dari turnaround time untuk kapal kontainer naik sebesar 13,7 persen dibandingkan dari tahun 2020 dan 2021.
Artinya, digitalisasi telah memberikan dampak pada waktu dan biaya layanan di kawasan pelabuhan. Hal itu juga merupakan hasil kolaborasi dengan 18 Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah dan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK).
Jejak transformasi Pelindo yang menggembirakan tersebut diharapkan dapat berlanjut, sehingga mampu memberikan kontribusi lebih besar lagi bagi efektif dan efisiennya sistem logistik nasional, yang pada gilirannya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023