Oleh Slamet Hidayat Sumenep - Ada nuansa beda dalam pelaksanaan upacara bendera di halaman Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sumenep, Jawa Timur, Sabtu. Saat itu, lagu nasional "Garuda Pancasila" dinyanyikan oleh tim paduan suara SMPN 1 Sumenep, sebuah hal yang untuk sementara kurang lazim pada pelaksanaan upacara di sekolah tersebut. "Pada Sabtu ini, kami melaksanakan upacara memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Kami sengaja melibatkan tim paduan suara untuk menyanyikan lagu nasional 'Garuda Pancasila' dalam upacara," kata Kepala SMPN 1 Sumenep, M Arif. Ia menilai upacara memperingati Hari Kesaktian Pancasila merupakan momentum tepat untuk dikumandangkannya lagu nasional tersebut. "Saat ini, lagu nasional 'Garuda Pancasila' menjadi sesuatu yang asing bagi kalangan muda (siswa), karena jarang dinyanyikan," ujarnya. Oleh karena itu, kata dia, pihaknya sengaja melibatkan tim paduan suara untuk menyanyikan lagu nasional "Garuda Pancasila" sebagai sarana untuk mengingatkan dan membumikan kembali nasionalisme dan patriotisme pada siswa. "Saya sendiri merinding ketika mendengar lagu nasional tersebut dinyanyikan oleh tim paduan suara. Kami memang berharap para siswa kembali memahami keberadaan Pancasila dan selanjutnya mempraktekkan nilai-nilai yang terkandungnya sebagai ideologi bangsa dan negara ini," ucapnya, menerangkan. Arif menjelaskan, secara kelembagaan, pihaknya tidak menerima instruksi untuk melaksanakan upacara memperingati Hari Kesaktian Pancasila di sekolahnya. "Namun, kami bersama dewan guru SMPN 1 Sumenep sepakat untuk melaksanakan upacara Hari Kesaktian Pancasila sebagai bagian dari penanaman dan pendidikan karakter bangsa kepada siswa. Pada 2010 lalu, kami memang tidak menggelar upacara yang dikhususnya untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila," paparnya. Dalam konteks yang lokal, yakni bagi siswa, pengenalan kembali lagu nasional seperti "Garuda Pancasila" sangat relevan dalam rangka pendidikan karakter bangsa. "Jujur saja, lagu nasional sangat jarang didengarkan, apalagi dinyanyikan oleh para siswa, kecuali pada waktu dan kegiatan tertentu seperti upacara. Melalui pengenalan lagu nasional, kami ingin para siswa bisa meneguhkan kembali jati dirinya sebagai generasi muda Indonesia yang harus paham dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila," kata Arif, mengungkapkan. Ia juga mengemukakan, pelaksanaan upacara maupun nyanyian lagu nasional seperti "Garuda Pancasila" bisa menjadi sarana untuk menumbuhkan nasionalime dan patriotisme kepada siswa. "Jangan sampai kalangan muda (siswa) melupakan sejarah bahwa Indonesia berdiri atas perjuangan dan pengorbanan para pejuang. Pancasila sebagai ideologi bangsa harus selalu ditanamkan kepada siswa supaya negara ini tidak rapuh pada masa mendatang," ujarnya, menegaskan. Sejak tahun pelajaran 2011-2012, SMPN 1 Sumenep juga menambah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dari dua jam menjadi tiga jam per pekan bagi seluruh siswanya. "Apa yang kami lakukan itu merupakan sebuah ikhtiar guna ikut menanamkan dan membumikan nilai-nilai Pancasila kepada para siswa. Namun, hasilnya memang tidak bisa dilihat dalam waktu dekat, karena ikhtiar itu merupakan proses dan yang harus selalu dilakukan," kata Arif, sambil tersenyum. Sementara Bupati Sumenep A Busyro Karim menjelaskan, saat ini, warga memang agak trauma dengan hal-hal yang terkait dengan Pancasila. "Hingga sekarang ada imej bicara Pancasila berarti tidak reformis. Hal itu sebuah yang wajar, karena Pancasila pada masa lalu dijadikan alat untuk melanggengkan kekuasaan. Namun, zaman sudah berubah dan tidak perlu khawatir akan ada stempel seperti itu ketika bicara Pancasila," ujarnya. Dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan, kata dia, Pancasila menjadi perekat seluruh elemen masyarakat di Indonesia. "Itu yang harus dijaga. Oleh karena itu, upacara untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila merupakan sebuah hal yang tidak perlu dipermasalahkan," ucapnya, menambahkan. Tantangan Nilai-nilai Pancasila memang banyak menemui tantangan ketika masih ditemui adanya kemiskinan dan korupsi yang terjadi di Indonesia. "Persoalan itu harus dijawab oleh pemerintah dengan melaksanakan program pembangunan yang berorientasi pada pemberdayaan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dalam jangka panjang untuk mengurangi angka kemiskinan," kata dosen Ilmu Politik Universitas Wiraraja Sumenep, Hasan Basri. Sementara masih adanya korupsi pada akhirnya membuat program pembangunan yang digagas pemerintah tidak berjalan sebagaimana mestinya. "Ini tentunya akan membuat warga kecewa dan tidak percaya pada pemerintah, meskipun pelakunya adalah oknum pejabat. Komitmen pemerintah dan ketegasan para penegak hukum untuk memberantas korupsi tanpa pandang bulu merupakan sebuah keharusan," ucapnya. Hasan menilai hal yang sangat wajar, jika warga ingin melihat pejabat pemerintah yang lebih dulu memberikan contoh dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila, yang salah satunya adalah tidak korupsi. "Penanaman dan penguatan kembali nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat tidak akan berhasil, jika hanya melalui kegiatan yang bersifat seremonial seperti upacara memperingati Hari Kesaktian Pancasila pada Sabtu ini," paparnya. Upacara sebagai simbol untuk mengingat perjalanan Indonesia merupakan sebuah hal positif bagi pejabat maupun warga pada umumnya, termasuk kalangan muda (siswa dan mahasiswa). Pelaksanaan upacara akan mengingatkan seluruh elemen masyarakat tentang perjuangan dan pengorbanan tanpa pamrih yang dilakukan para pejuang. "Ini hal yang sangat bagus untuk menumbuhkan kesadaran para pejabat dan pihak terkait dalam program pembangunan pada masa kini, untuk tidak melakukan korupsi yang berarti hanya menguntungkan diri sendiri," ujarnya. Komitmen pejabat untuk tidak korupsi tentunya akan menjadi teladan yang baik bagi siswa dan mahasiswa yang merupakan generasi penerus bangsa. "Pelajaran nilai-nilai Pancasila dalam rangka pendidikan karakter bangsa bagi siswa seperti mengedepankan kepentingan umum dan tidak merugikan kepentingan orang lain, akan menjadi tidak bermakna ketika ada pejabat pemerintah yang korupsi. Ini yang harus disadari semua pihak," kata Hasan, mengungkapkan.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011