Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, melakukan penguatan sabuk hijau (green belt) di area konservasi penyu di Taman Kili-Kili, kawasan pesisir selatan daerah itu bagian barat.
"Tujuan penguatan sabuk hijau ini adalah untuk mengoptimalkan pelestarian habitat penyu baik yang di laut maupun di darat," kata Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin di Trenggalek, Minggu.
Menurut dia, penguatan sabuk hijau dilakukan dengan menanam pohon cemara udang di sekitar kawasan Taman Kili-Kili, ditambah tanaman buah yang ditanam dalam pot atau biasa disebut dengan istilah tabulampot.
"Tabulampot itu akan ditanam di sela-sela penanaman pohon cemara udang agar ada yang bisa dipanen. Penempatannya tidak asal-asalan, melainkan akan dibuat membentuk jalur evakuasi ketika ada tsunami,” ujarnya.
Pengembangan itu, kata dia, diharapkan tidak hanya mengoptimalkan populasi penyu dengan membatasi lahan dengan area konservasi, namun juga berkontribusi terhadap sektor perekonomian.
Selain itu, juga berfungsi sebagai salah satu mitigasi bencana, mengingat wilayah Panggul juga masuk daerah rawan bencana tsunami.
"Nanti ada tiga fungsi, yakni green belt, ketahanan pangan, dan mitigasi bencana," ujarnya.
Melalui upaya pelestarian konservasi itu, menurut dia, diharapkan semakin meningkatkan kepedulian masyarakat. Salah satunya supaya tidak membuang sampah sembarangan yang berdampak negatif pada ekosistem di lautan, termasuk hewan penyu yang disebut sensitif terhadap perubahan alam.
"Jadi, kalau penyu masih setiap tahun, setiap periode, setiap bulan, setiap 3-6 bulan masih ada yang datang ke sini berarti laut kita masih dalam tanda kategori masih aman. Ini yang harus kita jaga bersama," kata dia.
Lingkungan yang terjaga, lanjut dia, bakal memberikan berkah perekonomian bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan ikhtiar Trenggalek untuk mewujudkan ekonomi biru (blue economy), selain ekonomi hijau (green economy) yang saat ini juga sedang menjadi fokus.
"Terjaganya kelestarian alam akan mendatangkan berkah ekonomi bagi warganya," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Tujuan penguatan sabuk hijau ini adalah untuk mengoptimalkan pelestarian habitat penyu baik yang di laut maupun di darat," kata Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin di Trenggalek, Minggu.
Menurut dia, penguatan sabuk hijau dilakukan dengan menanam pohon cemara udang di sekitar kawasan Taman Kili-Kili, ditambah tanaman buah yang ditanam dalam pot atau biasa disebut dengan istilah tabulampot.
"Tabulampot itu akan ditanam di sela-sela penanaman pohon cemara udang agar ada yang bisa dipanen. Penempatannya tidak asal-asalan, melainkan akan dibuat membentuk jalur evakuasi ketika ada tsunami,” ujarnya.
Pengembangan itu, kata dia, diharapkan tidak hanya mengoptimalkan populasi penyu dengan membatasi lahan dengan area konservasi, namun juga berkontribusi terhadap sektor perekonomian.
Selain itu, juga berfungsi sebagai salah satu mitigasi bencana, mengingat wilayah Panggul juga masuk daerah rawan bencana tsunami.
"Nanti ada tiga fungsi, yakni green belt, ketahanan pangan, dan mitigasi bencana," ujarnya.
Melalui upaya pelestarian konservasi itu, menurut dia, diharapkan semakin meningkatkan kepedulian masyarakat. Salah satunya supaya tidak membuang sampah sembarangan yang berdampak negatif pada ekosistem di lautan, termasuk hewan penyu yang disebut sensitif terhadap perubahan alam.
"Jadi, kalau penyu masih setiap tahun, setiap periode, setiap bulan, setiap 3-6 bulan masih ada yang datang ke sini berarti laut kita masih dalam tanda kategori masih aman. Ini yang harus kita jaga bersama," kata dia.
Lingkungan yang terjaga, lanjut dia, bakal memberikan berkah perekonomian bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan ikhtiar Trenggalek untuk mewujudkan ekonomi biru (blue economy), selain ekonomi hijau (green economy) yang saat ini juga sedang menjadi fokus.
"Terjaganya kelestarian alam akan mendatangkan berkah ekonomi bagi warganya," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023