Pemerintah Kota Surabaya mendorong warga setempat untuk memaksimalisasi keberadaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di balai RW, sebagai penanganan dini saat munculnya kejadian kebakaran di permukiman penduduk.
Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) setempat per Januari hingga pertengahan Agustus 2023, jumlah kebakaran pada kategori bangunan mencapai 63 kejadian.
"Setiap balai RW ada APAR, tetapi nanti kami cek lagi berapa balai RW yang sudah terpenuhi APAR dan mana yang belum terpenuhi," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kepada wartawan di kawasan Balai Kota Surabaya, Jumat.
Untuk itu, lanjut dia, sebagai upaya maksimalisasi operasional APAR, DPKP Surabaya terus melakukan penyuluhan bersama Kader Masyarakat dan Keluarga Siaga Kebakaran (Madagaskar) yang ada di wilayah RW.
"Setiap balai RW ada Madagaskar, makanya kebakaran di Surabaya cepat mati apinya," ucapnya.
Menurutnya, ketersediaan APAR itu menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi sebagai fasilitas untuk menangani kebakaran sedini mungkin, sembari menunggu kedatangan petugas dari DPKP setempat.
"RW bisa langsung menggunakan APAR sambil menunggu kedatangan mobil PMK, jadi ada percepatan penanganan," ujarnya.
Sementara itu, Kepala DPKP Kota Surabaya Dedik Irianto mengatakan pengadaan APAR di masing-masing balai RW dilakukan melalui dana kelurahan.
"Jadi untuk apar melalui anggaran dana kelurahan," katanya.
Dedik menyebut, warga harus memaksimalkan keberadaan APAR untuk mempercepat proses penanganan kebakaran, sebab waktu krusial pertumbuhan api terjadi di empat menit pertama sejak kemunculannya.
Warga kata dia juga tidak perlu khawatir soal pengisian ulang APAR, DPKP bakal memfasilitasi proses tersebut.
"Fase pertumbuhan api empat menit pertama karena di waktu itu fase awalnya, respon time kami tujuh menit. Jadi kalau ada kejadian kebakaran tinggal dipergunakan dan jika habis isinya kami yang isi ulang," ujar dia.
Dedik juga mengimbau warga agar bisa secepatnya menghubungi layanan Command Center 112 apabila mengetahui kemunculan api di wilayahnya.
"Segera hubungi 112 dan layanan kami gratis, karena terkadang masih ada warga yang merasa kalau apinya masih kecil terus panggil PMK mereka khawatir bayar, padahal layanan kami gratis," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) setempat per Januari hingga pertengahan Agustus 2023, jumlah kebakaran pada kategori bangunan mencapai 63 kejadian.
"Setiap balai RW ada APAR, tetapi nanti kami cek lagi berapa balai RW yang sudah terpenuhi APAR dan mana yang belum terpenuhi," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kepada wartawan di kawasan Balai Kota Surabaya, Jumat.
Untuk itu, lanjut dia, sebagai upaya maksimalisasi operasional APAR, DPKP Surabaya terus melakukan penyuluhan bersama Kader Masyarakat dan Keluarga Siaga Kebakaran (Madagaskar) yang ada di wilayah RW.
"Setiap balai RW ada Madagaskar, makanya kebakaran di Surabaya cepat mati apinya," ucapnya.
Menurutnya, ketersediaan APAR itu menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi sebagai fasilitas untuk menangani kebakaran sedini mungkin, sembari menunggu kedatangan petugas dari DPKP setempat.
"RW bisa langsung menggunakan APAR sambil menunggu kedatangan mobil PMK, jadi ada percepatan penanganan," ujarnya.
Sementara itu, Kepala DPKP Kota Surabaya Dedik Irianto mengatakan pengadaan APAR di masing-masing balai RW dilakukan melalui dana kelurahan.
"Jadi untuk apar melalui anggaran dana kelurahan," katanya.
Dedik menyebut, warga harus memaksimalkan keberadaan APAR untuk mempercepat proses penanganan kebakaran, sebab waktu krusial pertumbuhan api terjadi di empat menit pertama sejak kemunculannya.
Warga kata dia juga tidak perlu khawatir soal pengisian ulang APAR, DPKP bakal memfasilitasi proses tersebut.
"Fase pertumbuhan api empat menit pertama karena di waktu itu fase awalnya, respon time kami tujuh menit. Jadi kalau ada kejadian kebakaran tinggal dipergunakan dan jika habis isinya kami yang isi ulang," ujar dia.
Dedik juga mengimbau warga agar bisa secepatnya menghubungi layanan Command Center 112 apabila mengetahui kemunculan api di wilayahnya.
"Segera hubungi 112 dan layanan kami gratis, karena terkadang masih ada warga yang merasa kalau apinya masih kecil terus panggil PMK mereka khawatir bayar, padahal layanan kami gratis," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023