Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat pesisir waspada potensi gelombang tinggi hingga empat meter di beberapa wilayah perairan pada 11-12 Agustus 2023.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," ujar Kepala Pusat Meteorologi Maritim, BMKG, Eko Prasetyo di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan pola angin menjadi salah satu yang menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang tinggi.
Ia mengemukakan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari tenggara-barat daya dengan kecepatan angin berkisar 6-25 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur-tenggara dengan kecepatan angin berkisar 8-30 knot.
"Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Banda, perairan Fakfak-Kaimana, perairan Amamapere, perairan Kep. Kai-Kep. Aru, Laut Arafuru dan perairan Merauke," paparnya.
Kondisi itu, lanjutnya, menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di Selat Malaka bagian utara, Teluk Lampung bagian selatan, Selat Sape bagian selatan, Selat Sumba, perairan P. Sawu-P. Rote-Kupang, Selat Ombai, Laut Sawu, perairan selatan Flores, Laut Natuna, Selat Karimata, perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa, perairan Kotabaru, Selat Makassar, perairan Kep. Selayar.
Kemudian, Laut Flores, perairan Baubau-Kep. Wakatobi, perairan Manui-Kendari, perairan Kep. Banggai-Kep. Sula, Laut Sulwesi bagian barat, perairan Kep. Sangihe-Kep. Talaud, Laut Maluku, perairan Bitung-Kep. Sitaro, perairan selatan Sulawesi Utara, perairan Kep. Halmahera, Laut Hamahera, Samudra Pasifik Utara Biak-Jayapura, Laut Seram, perairan P. Buru-P. Seram, Laut Banda, perairan Kep. Kai-Kep. Aru, perairan Sorong bagian selatan, perairan utara Jayapura, perairan Fakfak-Amamapare dan Samudera Pasifik Utara Halmahera.
Sedangkan pada gelombang yang lebih tinggi di kisaran 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan utara Sabang, perairan barat Aceh-Kep. Mentawai, perairan P. Enggano-Bengkulu, perairan barat Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatra, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan P. Jawa-Sumba, Selat Bali, Lombok, Alas bagian selatan, Samudra Hindia Selatan Jawa-Sawu, perairan selatan Kep. Tanimbar, Laut Arafuru bagian tengah dan barat.
"Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran," katanya.
Maka itu, ia mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama bagi nelayan yang beraktivitas dengan moda transportasi seperti perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m), kapal tongkang (Kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m).
Kemudian, kapal ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m), kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas empat meter).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," ujar Kepala Pusat Meteorologi Maritim, BMKG, Eko Prasetyo di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan pola angin menjadi salah satu yang menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang tinggi.
Ia mengemukakan pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari tenggara-barat daya dengan kecepatan angin berkisar 6-25 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari timur-tenggara dengan kecepatan angin berkisar 8-30 knot.
"Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Banda, perairan Fakfak-Kaimana, perairan Amamapere, perairan Kep. Kai-Kep. Aru, Laut Arafuru dan perairan Merauke," paparnya.
Kondisi itu, lanjutnya, menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di Selat Malaka bagian utara, Teluk Lampung bagian selatan, Selat Sape bagian selatan, Selat Sumba, perairan P. Sawu-P. Rote-Kupang, Selat Ombai, Laut Sawu, perairan selatan Flores, Laut Natuna, Selat Karimata, perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa, perairan Kotabaru, Selat Makassar, perairan Kep. Selayar.
Kemudian, Laut Flores, perairan Baubau-Kep. Wakatobi, perairan Manui-Kendari, perairan Kep. Banggai-Kep. Sula, Laut Sulwesi bagian barat, perairan Kep. Sangihe-Kep. Talaud, Laut Maluku, perairan Bitung-Kep. Sitaro, perairan selatan Sulawesi Utara, perairan Kep. Halmahera, Laut Hamahera, Samudra Pasifik Utara Biak-Jayapura, Laut Seram, perairan P. Buru-P. Seram, Laut Banda, perairan Kep. Kai-Kep. Aru, perairan Sorong bagian selatan, perairan utara Jayapura, perairan Fakfak-Amamapare dan Samudera Pasifik Utara Halmahera.
Sedangkan pada gelombang yang lebih tinggi di kisaran 2,5-4 meter berpeluang terjadi di perairan utara Sabang, perairan barat Aceh-Kep. Mentawai, perairan P. Enggano-Bengkulu, perairan barat Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatra, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan P. Jawa-Sumba, Selat Bali, Lombok, Alas bagian selatan, Samudra Hindia Selatan Jawa-Sawu, perairan selatan Kep. Tanimbar, Laut Arafuru bagian tengah dan barat.
"Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran," katanya.
Maka itu, ia mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama bagi nelayan yang beraktivitas dengan moda transportasi seperti perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m), kapal tongkang (Kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m).
Kemudian, kapal ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m), kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas empat meter).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023