Bojonegoro - Dua tunanetra, Mustakim (30) dan Mulyani (26), warga miskin dari Desa Sendangrejo dan Jatiblimbing, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Kamis (15/9), dijadwalkan mengikuti pendidikan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang. "Keduanya akan menjalani pendidikan umum selama tiga tahun, termasuk mengikuti keterampilan memijat," kata Kepala Bidang Bimbingan Rehabilitasi dan Kesejahteraan Sosial Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) Bojonegoro, Dwi Harningsih, Selasa. Ia menjelaskan, pengiriman dua penyandang tunanetra tersebut, merupakan program rutin, rehabilitasi bagi penyandang cacat. Pengiriman penyandang cacat, persyaratan utamanya tetap harus masih usia produktif berkisar 18-35 tahun. "Penyandang cacat yang kami kirimkan ke berbagai kota untuk menjalani pelatihan, banyak yang sudah mandiri," ucap salah satu staf Disnakertansos, Sri Handayani, menambahkan. Menurut dia, dikirimnya dua tunanetra tersebut ke Malang, sebab di Bojonegoro belum memiliki panti rehabilitasi khusus cacat netra. Di Bojonegoro, lokasi pelatihan yang ada yakni Loka Bina Karya Terate milik Disnakertransos, bidang menjahit bagi penyandang cacat di luar cacat netra. Lainnya, lanjutnya, pelatihan bagi gelandangan dan pengemis milik Dinas Sosial Provinsi Jatim. "Bagi penyandang cacat yang bersedia mendapatkan pelatihan, bisa kami kirimkan ke panti yang ada di berbagai di Indonesia, bergantung bakat dan minat yang bersangkutan," paparnya, menjelaskan. Di antaranya, selain ke Malang, juga ke UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh di Bangil, Pasuruan dan mengikuti pendidikan di Balai Besar Rehabilitasi Bina Daksa dr Soeharso, Surakarta, Jateng, Namun, lanjutnya, selama ini, pengiriman penyandang cacat di wilayah setempat untuk menjalani pendidikan ke luar kota, tidaklah mudah, selalu menghadapi kendala di lapangan. Ia mencontohkan, pengiriman tunanetra Mustakim, sempat terganjal keluarganya tidak setuju, dengan alasan tidak ada yang menemani ibunya yang juga tunanetra. "Setelah melalui proses, akhirnya keluarga setuju," ucap, menambahkan. Ditemui terpisah, Mustakim mengaku, sudah mantap berangkat untuk menjalani pendidikan di Malang. "Saya juga sudah cap jempol, tadi ada perangkat desa yang ke rumah, membawa surat," kata ibunya, Ny Basiman (60), menjelaskan. Menurut Sri, berdasarkan data, di Bojongoro jumlah penyandang cacat tubuh 4.171 orang, tunanetra 494 orang, bisu tuli 275 orang dan cacat mental 549 orang. "Kami sekarang melalukan pendataan ulang jumlah penyandang cacat di Bojonegoro, untuk penanganan selanjutnya," kata Sri, mengungkapkan.

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011