Optimisme pelaksanaan Pemilu 2024 akan berjalan damai serta saling menghormati antarcalon dan pendukungnya, terutama terkait calon presiden dan wakil presiden, semakin menemukan pijakan.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY di Jakarta, Minggu (18/6), rupanya bukan sekadar pertemuan strategis sesaat untuk mengatur siasat bagaimana capres dan cawapres yang didukung bisa menang dan kedua partai kemudian mendapatkan efek ekor jas untuk meraup suara di parlemen.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya bertemu Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto untuk mempersiapkan pertemuan Puan dengan AHY. Hal ini menunjukkan bahwa pertemuan antara Ketua DPR RI dengan AHY itu penuh makna dan harapan.
Pertemuan kedua tokoh politik ini setidaknya membawa dua pesan besar yang bermuara pada nilai dasar persaudaraan, yakni politik itu harus menghasilkan sesuatu yang merupakan kepentingan bersama bagi bangsa dan negara.
Pesan pertama, Puan dan AHY sama-sama tokoh muda. Karena itu, pertemuan keduanya setidaknya membawa ajakan bagi anak muda bangsa kita untuk selalu bergandengan tangan, meskipun pilihan politiknya berbeda.
Menghadapi Pemilu 2024, kedua partai itu telah memilih koalisinya masing-masing. Partai Demokrat berkoalisi dengan Partai Nasional Demokrat (NasDem) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengusung bakal calon presiden Anies Baswedan, sementara PDI Perjuangan berkoalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden.
Menghadapi tahun pemilu atau tahun politik, biasanya media sosial akan ramai dengan konten-konten yang berisi ajakan untuk memilih calon presiden atau wakil presiden yang didukung. Terkadang ajakan itu dibumbui dengan konten yang menjelekkan lawan, meskipun isinya berupa fitnah atau hoaks.
Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2022 menunjukkan bahwa penetrasi internet pada kelompok usia muda mencapai 90 persen lebih. Artinya, media internet, khususnya media sosial, kini banyak dikuasai oleh generasi muda.
Dengan demikian, maka menjadi kewajiban semua pihak, termasuk partai politik dan pengurusnya, menjaga mental generasi muda yang kini menguasai media sosial, agar mereka tidak terjebak dalam arus polarisasi dukungan di Pemilu 2024.
Kaum muda memang harus berpartisipasi aktif dalam perhelatan pemilihan umum serentak itu, terutama untuk penggunaan hak suara di hari pencoblosan.
Meskipun demikian, hal yang harus kita jaga dan pedomani dalam mengajak kaum muda untuk melek politik ini adalah kelabilan jiwa mereka. Karena itu, tingkah laku dan narasi dari tokoh politik secara tidak langsung akan menjadi pedoman bagi kaum muda.
Dalam konteks inilah, pertemuan antara Puan dengan AHY ini juga membawa pesan bahwa perbedaan pilihan politik tidak lantas memutus persaudaraan, khususnya sesama anak bangsa.
Pesan kedua, pertemuan Puan dengan AHY adalah simbol persatuan Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDIP dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat.
Hubungan Megawati dengan SBY, yang sama-sama merupakan mantan presiden, sempat dikesankan kurang harmonis, setelah kedua tokoh besar itu pernah berkompetisi pada Pemilu Presiden Tahun 2004. Kala itu, Pasangan SBY dengan Jusuf Kalla (JK) mengungguli suara pasangan Megawati dengan K.H. Hasyim Muzadi.
Sebelumnya, antara Megawati dengan SBY pernah bekerja sama dalam satu perahu pemerintahan, yakni ketika Megawati menjadi Presiden, SBY menjadi salah satu menterinya.
Baik Puan maupun AHY, saat pertemuan sama-sama membawa pesan damai dari orang tua masing-masing. Bahkan, Megawati mengingatkan Puan agar saat bertemu AHY tidak lupa tersenyum. Puan Maharani menggambarkan momentum itu sebagai pertemuan antara kakak dengan adik.
Sementara AHY membawa pesan dari SBY berupa harapan agar pertemuan kedua politikus muda itu dapat membawa kebaikan dan keberkahan bagi bangsa Indonesia.
Semangat yang dibawa Puan dengan AHY bukan sekadar kepentingan praktis sesaat, khususnya untuk berkoalisi memenangkan capres dan cawapres dalam Pemilu 2024.
Sebagai pembawa simbol dan ajakan untuk terus menjaga persatuan, pertemuan Puan dengan AHY ini tentunya jangan hanya berlangsung satu kali. Pertemuan-pertemuan selanjutnya harus dirancang untuk menjaga suasana damai ini tetap terpelihara.
Tokoh-tokoh politik lain tidak perlu gengsi untuk melakukan hal serupa, meskipun dengan format berbeda, seraya mengingatkan para pendukungnya untuk tidak mudah tergoda oleh kampanye hitam dan fitnah.
Kalau sebelumnya muncul isu mengenai politik identitas, dengan salah satunya memanfaatkan isu agama, lewat pertemuan intensif semua tokoh politik ini, maka kekhawatiran itu dapat menjadi semacam hujan di tengah gersang kemarau. Semuanya menjadi penyejuk dan peluruh emosi negatif akibat perbedaan dukungan calon.
Sebagai pesta demokrasi, Pemilu 2024 harus betul-betul menjadi ajang keceriaan semua pihak, sebagaimana pertandingan olahraga yang hanya berebut menang di lapangan atau stadion, sementara di luar stadion tidak boleh merenggangkan persaudaraan.
Siapa pun yang kelak terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, kita tetap satu Indonesia. Kita tetap bersaudara.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY di Jakarta, Minggu (18/6), rupanya bukan sekadar pertemuan strategis sesaat untuk mengatur siasat bagaimana capres dan cawapres yang didukung bisa menang dan kedua partai kemudian mendapatkan efek ekor jas untuk meraup suara di parlemen.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya bertemu Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto untuk mempersiapkan pertemuan Puan dengan AHY. Hal ini menunjukkan bahwa pertemuan antara Ketua DPR RI dengan AHY itu penuh makna dan harapan.
Pertemuan kedua tokoh politik ini setidaknya membawa dua pesan besar yang bermuara pada nilai dasar persaudaraan, yakni politik itu harus menghasilkan sesuatu yang merupakan kepentingan bersama bagi bangsa dan negara.
Pesan pertama, Puan dan AHY sama-sama tokoh muda. Karena itu, pertemuan keduanya setidaknya membawa ajakan bagi anak muda bangsa kita untuk selalu bergandengan tangan, meskipun pilihan politiknya berbeda.
Menghadapi Pemilu 2024, kedua partai itu telah memilih koalisinya masing-masing. Partai Demokrat berkoalisi dengan Partai Nasional Demokrat (NasDem) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengusung bakal calon presiden Anies Baswedan, sementara PDI Perjuangan berkoalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden.
Menghadapi tahun pemilu atau tahun politik, biasanya media sosial akan ramai dengan konten-konten yang berisi ajakan untuk memilih calon presiden atau wakil presiden yang didukung. Terkadang ajakan itu dibumbui dengan konten yang menjelekkan lawan, meskipun isinya berupa fitnah atau hoaks.
Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2022 menunjukkan bahwa penetrasi internet pada kelompok usia muda mencapai 90 persen lebih. Artinya, media internet, khususnya media sosial, kini banyak dikuasai oleh generasi muda.
Dengan demikian, maka menjadi kewajiban semua pihak, termasuk partai politik dan pengurusnya, menjaga mental generasi muda yang kini menguasai media sosial, agar mereka tidak terjebak dalam arus polarisasi dukungan di Pemilu 2024.
Kaum muda memang harus berpartisipasi aktif dalam perhelatan pemilihan umum serentak itu, terutama untuk penggunaan hak suara di hari pencoblosan.
Meskipun demikian, hal yang harus kita jaga dan pedomani dalam mengajak kaum muda untuk melek politik ini adalah kelabilan jiwa mereka. Karena itu, tingkah laku dan narasi dari tokoh politik secara tidak langsung akan menjadi pedoman bagi kaum muda.
Dalam konteks inilah, pertemuan antara Puan dengan AHY ini juga membawa pesan bahwa perbedaan pilihan politik tidak lantas memutus persaudaraan, khususnya sesama anak bangsa.
Pesan kedua, pertemuan Puan dengan AHY adalah simbol persatuan Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDIP dengan Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat.
Hubungan Megawati dengan SBY, yang sama-sama merupakan mantan presiden, sempat dikesankan kurang harmonis, setelah kedua tokoh besar itu pernah berkompetisi pada Pemilu Presiden Tahun 2004. Kala itu, Pasangan SBY dengan Jusuf Kalla (JK) mengungguli suara pasangan Megawati dengan K.H. Hasyim Muzadi.
Sebelumnya, antara Megawati dengan SBY pernah bekerja sama dalam satu perahu pemerintahan, yakni ketika Megawati menjadi Presiden, SBY menjadi salah satu menterinya.
Baik Puan maupun AHY, saat pertemuan sama-sama membawa pesan damai dari orang tua masing-masing. Bahkan, Megawati mengingatkan Puan agar saat bertemu AHY tidak lupa tersenyum. Puan Maharani menggambarkan momentum itu sebagai pertemuan antara kakak dengan adik.
Sementara AHY membawa pesan dari SBY berupa harapan agar pertemuan kedua politikus muda itu dapat membawa kebaikan dan keberkahan bagi bangsa Indonesia.
Semangat yang dibawa Puan dengan AHY bukan sekadar kepentingan praktis sesaat, khususnya untuk berkoalisi memenangkan capres dan cawapres dalam Pemilu 2024.
Sebagai pembawa simbol dan ajakan untuk terus menjaga persatuan, pertemuan Puan dengan AHY ini tentunya jangan hanya berlangsung satu kali. Pertemuan-pertemuan selanjutnya harus dirancang untuk menjaga suasana damai ini tetap terpelihara.
Tokoh-tokoh politik lain tidak perlu gengsi untuk melakukan hal serupa, meskipun dengan format berbeda, seraya mengingatkan para pendukungnya untuk tidak mudah tergoda oleh kampanye hitam dan fitnah.
Kalau sebelumnya muncul isu mengenai politik identitas, dengan salah satunya memanfaatkan isu agama, lewat pertemuan intensif semua tokoh politik ini, maka kekhawatiran itu dapat menjadi semacam hujan di tengah gersang kemarau. Semuanya menjadi penyejuk dan peluruh emosi negatif akibat perbedaan dukungan calon.
Sebagai pesta demokrasi, Pemilu 2024 harus betul-betul menjadi ajang keceriaan semua pihak, sebagaimana pertandingan olahraga yang hanya berebut menang di lapangan atau stadion, sementara di luar stadion tidak boleh merenggangkan persaudaraan.
Siapa pun yang kelak terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, kita tetap satu Indonesia. Kita tetap bersaudara.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023