Rumah duka Grand Heaven Surabaya pertama kali merayakan puncak bulan Cheng Beng di lantai 11 dengan membakar sejumlah seserahan yang terdiri dari kapal kertas, buah, teh hingga daging sebagai penghormatan kepada leluhur umat Budha.

Pemilik Grand Heaven Suwito Mulyadi, dalam siaran pers yang diterima di Surabaya, Jumat, mengatakan kegiatan perayaan bulan Cheng Beng bertepatan dengan hari pertama Ramadhan 2023 ini berlangsung khidmat.

"Upacara Cheng Beng yang digelar dua hari ini merupakan adat istiadat untuk membersihkan makam orang tua. Pesannya adalah kita harus menghargai leluhur kita. Kesatu leluhur kita jangan kita sia-siakan atau kita sudah kremasi (abunya) dibuang ke laut. Jadi kerangka itu alangkah baiknya dipelihara," ujarnya.

Menurut Suwito, memelihara kerangka leluhur setelah jenazahnya dikremasi berfungsi untuk mengingat garis akar keturunan dari sebuah keluarga.

"Di China itu 95 persen sampai 99 persen itu semua boleh dikremasi, kerangkanya diambil lagi sama keluarganya dikubur lagi dengan tanah ukuran satu kali satu," ucapnya.

Menurut dia, menguburkan tulang leluhur atau kerabat yang meninggal terkait dengan kesejahteraan generasi penerusnya sesuai kepercayaan umat Budha.

"Kalau dikubur itu kan utuh jenazahnya, itu rezekinya 100 persen dia bisa mendapatkan. Kalau dikremasi dia mendapatnya ya 75 persen," katanya.

Tahun depan, lanjutnya, Grand Heaven Surabaya bakal menggelar upacara Cheng Beng dengan lebih meriah untuk menanamkan benih kasih sayang dan lebih mencintai serta mengasihi orang tua.

"Supaya mengingat kebaikan-kebaikan orang tua, karena orang tua yang melahirkan kita," kata Suwito

Selain itu, pihaknya juga mengirimkan doa di ruangan rumah abu oleh Banthe dan pada bulan tujuh akan menggelar ritual Chi Qwe Cap Go untuk membantu menyeberangkan roh ke surga karena pintu neraka telah dibuka.

"Makanya kalau Chi Qwe Cap Go, biasanya kita orang-orang Chinese itu biasanya satu tidak ada yang married, tidak ada perkawinan. Kedua kita juga anak-anak tidak diperbolehkan pulang sampai malam karena setan bergentayangan. Jadi saat-saat itulah banyak kejadian-kejadian yang kita tidak bisa tahu," tuturnya.

Pewarta: Naufal Ammar Imaduddin

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023