Segala upaya dilakukan Pemerintah Kota Surabaya untuk mengupayakan terpilihnya Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) sebagai salah satu tempat penyelenggaraan sepak bola akbar dunia usia di bawah 20 tahun.
Semua orang yang sudah menginjakkan kaki di stadion yang berkapasitas 46 ribuan tersebut kemungkinan pernah mencium bau tak sedap dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo yang berlokasi tak jauh dari GBT.
Tentu, hal tersebut yang selalu dipermasalahkan oleh semua orang terutama bagi warga Surabaya yang tak ingin salah satu stadion kebanggaannya di cap buruk akibat bau sampah.
Nyatanya, hingga pertengahan Maret 2023 bau sampah masih tercium meski tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya. Upaya yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya tergolong efektif untuk mengantisipasi bau semerbak dari limbah warga.
Artinya, permasalahan utama yang banyak dikhawatirkan orang sejak stadion yang awalnya berkapasitas 55 ribu sebelum di renovasi tersebut digunakan secara reguler untuk pertandingan sepak bola skala nasional maupun internasional.
Tahun lalu, tepatnya saat diselenggarakannya kualifikasi Piala Asia U20 Grup F yang dihuni oleh Indonesia, Timor Leste, Hong Kong dan Vietnam sempat tercium bau sampah meskipun hanya beberapa saat.
Bau tak sedap memang mengganggu, tetapi baiknya kita juga bangga dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang mempunyai tugas mengelola sampah menjadi energi.
Perlu diketahui, PLTSa Benowo menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah yang terbesar dan pertama di Indonesia.
Tempat tersebut merupakan salah satu bentuk pengembangan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) yang dikembangkan Pemkot Surabaya.
Oleh karena itu, selain bangga dengan PLTSa tersebut, kita juga harus memberikan kepercayaan kepada dinas terkait untuk melakukan berbagai upaya agar bau sampah tidak kembali semerbak saat para pemain menggocek bola ataupun ketika penonton menikmati lumpia khas stadion.
Selain bau sampah, upaya Pemkot Surabaya yang dibantu Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta pihak terkait juga patut diapresiasi, pasalnya dalam dua bulan terakhir mereka mengebut segala sisi yang dinilai kurang oleh Federation Internationale de Football Association (FIFA).
Mulai dari rumput lapangan yang berstandar, media center, broadcast, manajemen sekuriti, listrik, teknikal servis, Venue Operation Control (VOC), akses jalan menuju stadion, akses penonton disabilitas hingga tempat parkir kendaraan digarap dengan baik oleh seluruh pihak terkait.
Jadi, usaha kolaborasi dari berbagai pihak tersebut, untuk membuat Stadion GBT menjadi layak menggelar pertandingan Piala Dunia U20 menurut FIFA sangat patut diberi acungan dua jempol.
Terlebih, jika kita lihat perbedaannya secara keseluruhan dari sebelum renovasi hingga menjelang penyelenggaraan Piala Dunia U20 yang berlangsung mulai 20 Mei-11 Juni 2023.
Semoga renovasi stadion berbanding lurus dengan terpilihnya GBT menjadi salah satu tempat pertandingan dari ke-24 negara yang akan bertanding di Piala Dunia U20.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Semua orang yang sudah menginjakkan kaki di stadion yang berkapasitas 46 ribuan tersebut kemungkinan pernah mencium bau tak sedap dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo yang berlokasi tak jauh dari GBT.
Tentu, hal tersebut yang selalu dipermasalahkan oleh semua orang terutama bagi warga Surabaya yang tak ingin salah satu stadion kebanggaannya di cap buruk akibat bau sampah.
Nyatanya, hingga pertengahan Maret 2023 bau sampah masih tercium meski tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya. Upaya yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya tergolong efektif untuk mengantisipasi bau semerbak dari limbah warga.
Artinya, permasalahan utama yang banyak dikhawatirkan orang sejak stadion yang awalnya berkapasitas 55 ribu sebelum di renovasi tersebut digunakan secara reguler untuk pertandingan sepak bola skala nasional maupun internasional.
Tahun lalu, tepatnya saat diselenggarakannya kualifikasi Piala Asia U20 Grup F yang dihuni oleh Indonesia, Timor Leste, Hong Kong dan Vietnam sempat tercium bau sampah meskipun hanya beberapa saat.
Bau tak sedap memang mengganggu, tetapi baiknya kita juga bangga dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang mempunyai tugas mengelola sampah menjadi energi.
Perlu diketahui, PLTSa Benowo menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah yang terbesar dan pertama di Indonesia.
Tempat tersebut merupakan salah satu bentuk pengembangan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) yang dikembangkan Pemkot Surabaya.
Oleh karena itu, selain bangga dengan PLTSa tersebut, kita juga harus memberikan kepercayaan kepada dinas terkait untuk melakukan berbagai upaya agar bau sampah tidak kembali semerbak saat para pemain menggocek bola ataupun ketika penonton menikmati lumpia khas stadion.
Selain bau sampah, upaya Pemkot Surabaya yang dibantu Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta pihak terkait juga patut diapresiasi, pasalnya dalam dua bulan terakhir mereka mengebut segala sisi yang dinilai kurang oleh Federation Internationale de Football Association (FIFA).
Mulai dari rumput lapangan yang berstandar, media center, broadcast, manajemen sekuriti, listrik, teknikal servis, Venue Operation Control (VOC), akses jalan menuju stadion, akses penonton disabilitas hingga tempat parkir kendaraan digarap dengan baik oleh seluruh pihak terkait.
Jadi, usaha kolaborasi dari berbagai pihak tersebut, untuk membuat Stadion GBT menjadi layak menggelar pertandingan Piala Dunia U20 menurut FIFA sangat patut diberi acungan dua jempol.
Terlebih, jika kita lihat perbedaannya secara keseluruhan dari sebelum renovasi hingga menjelang penyelenggaraan Piala Dunia U20 yang berlangsung mulai 20 Mei-11 Juni 2023.
Semoga renovasi stadion berbanding lurus dengan terpilihnya GBT menjadi salah satu tempat pertandingan dari ke-24 negara yang akan bertanding di Piala Dunia U20.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023