Surabaya - Krisis ekonomi Amerika Serikat (AS) memicu masyarakat internasional mengamankan dana obligasinya ke komoditas lain karena mereka optimistis langkah bisnisnya tersebut lebih menguntungkan. "Peralihan tersebut karena pasar global sudah tidak memiliki kepercayaan terhadap dolar Amerika Serikat (AS)," kata Pengamat Ekonomi Makro, Dorodjatun Kuntjoro Jakti, ditemui dalam "Talk Show Ekonomi Makro Indonesia", di STIE Perbanas Surabaya, Selasa. Menurut dia, potensi terbesar peralihan obligasi pasar global di antaranya komoditas perdagangan seperti minyak, gula, dan emas, menyusul semakin tingginya harga bahan tersebut. "Menyimak pidato Presiden AS, Barack Obama tadi pagi, saya melihatnya memperingatkan pasar dunia apabila 2 Agustus mendatang tidak tercapai maka pada periode itu untuk pertama kalinya AS tidak bisa bayar utang (bangkrut)," ujarnya. Bahkan, ungkap dia, proyeksi sejumlah pengamat ekonomi per tanggal 2 Agustus mendatang memperburuk ekonomi AS ikut memengaruhi ekonomi global termasuk Indonesia. "Selain itu, peringkat ekonomi Amerika Serikat yang menyandang predikat negara AAA (triple A) akan turun dan memengaruhi perilaku swasta," ujarnya. Apalagi, rinci dia, selama ini obligasi Amerika Serikat banyak dipakai oleh beberapa negara di dunia. Di samping itu, besaran utang AS saat ini semakin tinggi. "Contoh, untuk membiayai perang Irak, Amerika Serikat butuh dana sekitar 30 triliun dolar AS dan nilai itu belum pendanaan perang lainnnya," paparnya.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011