Surabaya - Kementerian Perdagangan (Kemendag) meyakini Indonesia berpeluang memperluas pasar ekspor China karena adanya kerja sama perdagangan internasional ASEAN-China "Free Trade Agreement" (ACFTA). "Meski selama ini ACFTA dinilai selalu menguntungkan China karena bea masuk impor produk mereka ke Indonesia nol persen dan merugikan pasar nasional, kami optimistis China tetap potensial dibidik," kata Kasubdit Jasa Bisnis, Distribusi dan Keuangan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Iskandar Panjaitan, di Surabaya, Selasa. Ditemui di Sosialisasi Hasil Kesepakatan Kerja Sama Bilateral/Internasional yang diadakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surabaya, ia menjelaskan, selama ini transaksi perdagangan China dengan Jawa Timur defisit 3,85 miliar dolar AS. "Dengan adanya minus tersebut, masih ada peluang bagi Indonesia gencar menyasar pasar China mengingat jumlah penduduknya lebih besar dan kondisi perekonomian mereka semakin membaik saat ini," ujarnya. Di sisi lain, ia merinci, tantangan dari "ACFTA" 2011 di antaranya kian membanjirnya produk China di pasar global termasuk Indonesia. "Berbagai produk nasional yang terancam produk China antara lain tekstil dan produk tekstil, alas kaki, elektronika, ban, furnitur, industri permesinan, mainan anak-anak, serta otomotif," katanya. Bahkan, terkait manfaat yang dapat diambil dari kesepakatan perdagangan bebas terdahulu, tambah dia, "ACFTA" mengajarkan Indonesia mengidentifikasi masalah dan merencanakan metode penanggulangannya sejak awal. "Masalah tersebut khususnya dikarenakan produk yang diproduksi kedua negara (Indonesia dengan China) bersaing secara langsung," katanya. Di samping itu, ulas dia, "ACFTA" mengajarkan Indonesia tetap percaya diri karena kenyataannya komposisi impor di Tanah Air dari China menunjukkan dominasi bahan baku 75,1 persen, barang modal 16,7 persen, dan barang konsumsi 8,2 persen. "Sementara, nilai ekspor Indonesia ke China juga melonjak drastis menjadi 12,4 miliar dolar AS pada tahun 2010 dibandingkan tahun sebelumnya di posisi 7,7 miliar dolar AS," katanya. Di sisi lain, ia optimistis, dengan "ACFTA" maka angka pengangguran di Indonesia semakin berkurang menyusul tingkat pengangguran di China mengalami penurunan menjadi 2,68 persen selama tahun 2010. Pengurangan angka pengangguran tersebut dipicu oleh kian meningkatnya kinerja ekspor impor China. "Namun, pada periode serupa (2010) tingkat pengangguran di Jawa Timur masih tinggi atau mencapai 6,4 persen," katanya.

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011