Harga minyak mentah sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena pemerintah Amerika Serikat memperkirakan rekor konsumsi minyak bumi global tahun depan dan dolar AS melayang di posisi terendah tujuh bulan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari menetap 49 sen atau 0,6 persen lebih tinggi pada 75,12 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret terangkat 45 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada 80,10 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Konsumsi global bahan bakar cair diperkirakan akan mencapai 102,2 juta barel per hari pada 2024, terutama didorong oleh pertumbuhan di negara-negara seperti India dan China, yang mencerminkan tren dalam aktivitas ekonomi, kata Badani Informasi Energi AS (EIA) dalam Prospek Energi Jangka Pendek-nya.
Pasar juga menunggu kejelasan tentang rencana Federal Reserve AS untuk menaikkan suku bunga setelah Ketua Fed Jerome Powell menghindari komentar tentang kebijakan moneter dan ekonomi pada sebuah simposium. Pedagang sekarang melihat data IHK AS pada Kamis (12/1/2023) untuk indikasi prospek jangka pendek.
Data Kamis (12/1/2023) "dapat dengan mudah mengklarifikasi arah pasar keuangan dan minyak untuk beberapa minggu mendatang", kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
Dia mengatakan dolar akan jatuh jika inflasi datang di bawah ekspektasi atau di bawah pembacaan November, tambah Varga.
Dolar melayang di sekitar level terlemahnya dalam tujuh bulan. Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak, karena komoditas berdenominasi greenback menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan bank sentral AS harus menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk memerangi inflasi yang tinggi dan kemungkinan akan menyebabkan kondisi pasar kerja lebih lemah.
Pada Senin (9/1/2023), WTI dan Brent naik 1,0 persen setelah China, importir minyak terbesar dunia dan konsumen terbesar kedua, membuka perbatasannya selama akhir pekan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.
China juga menerbitkan kuota impor minyak mentah gelombang kedua 2023, meningkatkan total tahun ini sebesar 20 persen dari tahun lalu.
"Minyak mentah mencoba untuk memantapkan dasarnya, karena China telah mencabut sebagian besar pembatasan perjalanan dan perdagangan internasional," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.
Tetapi para analis mengatakan kebangkitan permintaan China mungkin hanya memberikan dukungan terbatas pada harga minyak di bawah tekanan turun dari ekonomi global.
"Mengingat pemulihan konsumsi masih pada tahap yang diharapkan, harga minyak kemungkinan besar akan tetap rendah dan di kisaran ketat," kata analis dari Haitong Futures.
Bank Barclays menyoroti penurunan 15-25 dolar AS per barel dari perkiraan Brent 98 dolar AS per barel untuk tahun 2023 jika "kemerosotan dalam aktivitas manufaktur global memburuk serupa dengan episode 2009-09."
Goldman Sachs memperkirakan bahwa meningkatnya kemampuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menaikkan harga tanpa terlalu banyak menekan permintaan akan membatasi risiko penurunan perkiraan minyak bullish-nya untuk tahun 2023.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari menetap 49 sen atau 0,6 persen lebih tinggi pada 75,12 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret terangkat 45 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada 80,10 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Konsumsi global bahan bakar cair diperkirakan akan mencapai 102,2 juta barel per hari pada 2024, terutama didorong oleh pertumbuhan di negara-negara seperti India dan China, yang mencerminkan tren dalam aktivitas ekonomi, kata Badani Informasi Energi AS (EIA) dalam Prospek Energi Jangka Pendek-nya.
Pasar juga menunggu kejelasan tentang rencana Federal Reserve AS untuk menaikkan suku bunga setelah Ketua Fed Jerome Powell menghindari komentar tentang kebijakan moneter dan ekonomi pada sebuah simposium. Pedagang sekarang melihat data IHK AS pada Kamis (12/1/2023) untuk indikasi prospek jangka pendek.
Data Kamis (12/1/2023) "dapat dengan mudah mengklarifikasi arah pasar keuangan dan minyak untuk beberapa minggu mendatang", kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
Dia mengatakan dolar akan jatuh jika inflasi datang di bawah ekspektasi atau di bawah pembacaan November, tambah Varga.
Dolar melayang di sekitar level terlemahnya dalam tujuh bulan. Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak, karena komoditas berdenominasi greenback menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan bank sentral AS harus menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk memerangi inflasi yang tinggi dan kemungkinan akan menyebabkan kondisi pasar kerja lebih lemah.
Pada Senin (9/1/2023), WTI dan Brent naik 1,0 persen setelah China, importir minyak terbesar dunia dan konsumen terbesar kedua, membuka perbatasannya selama akhir pekan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.
China juga menerbitkan kuota impor minyak mentah gelombang kedua 2023, meningkatkan total tahun ini sebesar 20 persen dari tahun lalu.
"Minyak mentah mencoba untuk memantapkan dasarnya, karena China telah mencabut sebagian besar pembatasan perjalanan dan perdagangan internasional," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.
Tetapi para analis mengatakan kebangkitan permintaan China mungkin hanya memberikan dukungan terbatas pada harga minyak di bawah tekanan turun dari ekonomi global.
"Mengingat pemulihan konsumsi masih pada tahap yang diharapkan, harga minyak kemungkinan besar akan tetap rendah dan di kisaran ketat," kata analis dari Haitong Futures.
Bank Barclays menyoroti penurunan 15-25 dolar AS per barel dari perkiraan Brent 98 dolar AS per barel untuk tahun 2023 jika "kemerosotan dalam aktivitas manufaktur global memburuk serupa dengan episode 2009-09."
Goldman Sachs memperkirakan bahwa meningkatnya kemampuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menaikkan harga tanpa terlalu banyak menekan permintaan akan membatasi risiko penurunan perkiraan minyak bullish-nya untuk tahun 2023.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023