Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membeberkan situasi virus corona (COVID-19) yang menurutnya selaras dengan kebijakan pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
"Jatim insyaallah sudah sangat siap melepas PPKM," katanya melalui keterangan tertulis di Surabaya, Selasa.
Mantan Menteri Sosial itu menjelaskan berdasarkan indikator epidemiologis seluruh kabupaten/ kota di Jatim telah berhasil mempertahankan level 1 selama 6 bulan berturut turut.
"Bahkan per 2 Januari 2023 kemarin, positivity rate Jatim tercatat 2.18 persen dan Bed Occupation Rate/BOR tercatat 3.78 persen," ujarnya.
Angka-angka tersebut di bawah standar organisasi kesehatan dunia (WHO).
"Bahkan angka-angka ini lebih baik dari rata - rata nasional. Berdasarkan laman Kementerian Kesehatan, positivity rate nasional 2.68 persen dan BOR 4.31 persen,” ucapnya.
Data terakhir Senin (2/1), tersisa 411 kasus aktif COVID-19 di Jatim. Tambahan harian sebanyak 27 kasus. Vaksinasi dosis 1 telah dilakukan kepada 30.263.137 orang, dosis 2 sebanyak 26.387.531 orang, serta vaksinasi penguat sebanyak 9.215.227 orang.
Khofifah berharap langkah pencabutan PPKM berdampak positif ke berbagai sektor, terutama ekonomi dan pendidikan.
Dia berharap kondisi ekonomi Jatim pada tahun 2023 lebih baik. "Semoga dengan dihentikannya PPKM ini bisa mendorong ekonomi maupun pariwisata kita untuk tumbuh lebih baik dibanding tahun 2022," katanya.
Meskipun PPKM telah dihentikan, Khofifah mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, serta mendorong vaksinasi penguat diperluas.
‘’Pandemi COVID-19 telah mengajarkan kita untuk lebih waspada tentang kesehatan, meskipun saat ini penggunaan masker tidak lagi wajib. Kami tetap menyarankan untuk penggunaan masker pada kasus tertentu, seperti ketika berkunjung ke rumah sakit, sedang sakit, atau mengunjungi tempat dengan resiko tinggi," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Jatim insyaallah sudah sangat siap melepas PPKM," katanya melalui keterangan tertulis di Surabaya, Selasa.
Mantan Menteri Sosial itu menjelaskan berdasarkan indikator epidemiologis seluruh kabupaten/ kota di Jatim telah berhasil mempertahankan level 1 selama 6 bulan berturut turut.
"Bahkan per 2 Januari 2023 kemarin, positivity rate Jatim tercatat 2.18 persen dan Bed Occupation Rate/BOR tercatat 3.78 persen," ujarnya.
Angka-angka tersebut di bawah standar organisasi kesehatan dunia (WHO).
"Bahkan angka-angka ini lebih baik dari rata - rata nasional. Berdasarkan laman Kementerian Kesehatan, positivity rate nasional 2.68 persen dan BOR 4.31 persen,” ucapnya.
Data terakhir Senin (2/1), tersisa 411 kasus aktif COVID-19 di Jatim. Tambahan harian sebanyak 27 kasus. Vaksinasi dosis 1 telah dilakukan kepada 30.263.137 orang, dosis 2 sebanyak 26.387.531 orang, serta vaksinasi penguat sebanyak 9.215.227 orang.
Khofifah berharap langkah pencabutan PPKM berdampak positif ke berbagai sektor, terutama ekonomi dan pendidikan.
Dia berharap kondisi ekonomi Jatim pada tahun 2023 lebih baik. "Semoga dengan dihentikannya PPKM ini bisa mendorong ekonomi maupun pariwisata kita untuk tumbuh lebih baik dibanding tahun 2022," katanya.
Meskipun PPKM telah dihentikan, Khofifah mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, serta mendorong vaksinasi penguat diperluas.
‘’Pandemi COVID-19 telah mengajarkan kita untuk lebih waspada tentang kesehatan, meskipun saat ini penggunaan masker tidak lagi wajib. Kami tetap menyarankan untuk penggunaan masker pada kasus tertentu, seperti ketika berkunjung ke rumah sakit, sedang sakit, atau mengunjungi tempat dengan resiko tinggi," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023