Pertama kali debut menjadi aktor film, Kristo Immanuel akui sempat merasa kesulitan beradu akting dengan Putri Marino hingga Marthino Lio.

“Perasaannya seneng banget ya pasti. Apalagi bisa bermain dengan Putri Marino, Michelle Tahalea, Marthino Lio dan lain-lain. Karena it was dream come true. Karena waktu kecil pengin banget main film,” kata Kristo saat dijumpai di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis.

“Kesulitannya adalah mengejar senior-senior saya yang sangat profesional di depan kamera maupun di belakang. Tapi yang aku senengin, kakak-kakakku ini semuanya sangat membantu,” tambahnya.

Sebelumnya, nama Kristo dikenal sebagai content creator dan juga voice talent. Namun, Kristo sendiri mengakui bahwa menjadi aktor film dan voice talent memiliki kesulitan yang berbeda.

Meskipun demikian, Kristo pun sama-sama menikmati kedua profesi tersebut.

Baca juga: Film "The Big 4" karya Timo Tjahjanto tayang di Netflix

“Kalau menurut aku dua-duanya memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Tapi dua-duanya fun. Mungkin perbedaannya adalah kalau di voice acting, benar-benar mendalami karakter yang comical, stereotipikal,” jelasnya.

“Kalau acting kan you have to be natural juga walaupun memiliki karakter yang spesifik. Karakterku di film ini cukup berbeda sama aku di aslinya. Jadi memiliki keasyikan masing-masing,” imbuhnya.

Pada proses syuting “The Big 4”, Kristo pun sempat berbagi pengalaman menarik. Saat itu, dia bersama para pemain lain sedang menjalani adegan ledakan.

“Pas syuting kan ada adegan ledakan. Syutingnya sama Mas Abimana yang sudah jadi aktor laga. Terus ditanya, mau pakai earplug nggak? Terus katanya nggak usah,” ungkap Kristo.

“Terus gue dengar ‘Wah Mas Abi nggak pake’ gitu. Terus gue ditanya mau pakai earplug nggak. Terus gue jawab nggak usah juga. Ternyata pas meledak, kuping denging. Ledakan itu ternyata bunyinya kencang banget. Lalu saya pakai habis itu. Menyesal saya,” sambungnya.

“The Big 4” sendiri berkisah mengenai seorang polisi berhati lurus bernama Dina. Ia memutuskan pergi ke pulau terpencil untuk menyelidiki kematian ayahnya, Petrus.

Sesampainya di pulau tersebut, ia bertemu dan terpaksa bekerja sama dengan empat pembunuh bayaran yang sudah pensiun, yaitu Topan, Jenggo, Alpha, dan Pelor. Mereka bersatu untuk melawan seorang pembunuh berdarah dingin yang ternyata juga membunuh Petrus.(*)

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022