Warga Desa Kalitengah, Sidoarjo, memanfaatkan minyak jelantah (sisa minyak goreng) bernilai ekonomi tinggi salah satunya pembuatan lilin dan juga sabun dari minyak jelantah.

Salah satu warga Desa Kalitengah Iftatus Scolichah dalam keterangan pers, Selasa mengatakan dampak membuang minyak jelantah sembarangan sangat membahayakan lingkungan dan warga.

"Dulu karena buang jelantah sembarangan membuat saluran tersumbat dan menyebabkan banjir. Belum lagi oknum yang kami curigai mengoplos jelantah jadi minyak curah yang membahayakan jika dikonsumsi," kata Iftatus.

Iftatus bersama 14 orang ibu-ibu lainnya tergerak untuk menangani masalah ini. Ia dan perwakilan ibu-ibu dari beberapa RT mulai bergerak mengumpulkan minyak jelantah di lingkungan Desa Kalitengah.

"Desa harus tetap bersih dan sehat. Kami harus bergerak, tak peduli meski harus mengetuk pintu dari rumah ke rumah," katanya.

Berdasarkan survei dan data profil Kecamatan Tanggulangin, konsumsi minyak goreng di Tanggulangin setidaknya 1 liter per rumah tangga per bulan. Dan dari konsumsi ini sebanyak rata-rata 20 persen menjadi minyak jelantah atau minyak sisa penggorengan. Artinya Desa Kalitengah yang terdiri dari 2.668 kepala kelarga berpotensi menghasilkan 533,6 liter minyak jelantah per bulan.

Perjuangan warga yang gigih mendapatkan perhatian dari PT Pertamina Gas Operation East Java Area (Pertagas OEJA) yang memiliki pipa gas berdekatan dengan Desa Kalitengah. Demi mendukung upaya para wanita di desa tersebut, sejak 2019 Pertagas OEJA melakukan program Taman Olah Jelantah yang membantu edukasi dan manajemen pengelolaan minyak jelantah.

Pertagas memulai program dari kegiatan edukasi bahaya minyak jelantah untuk kesehatan dan lingkungan serta cara-cara pengelolaan yang bertanggung jawab. Kemudian program semakin berkembang dengan membentuk Kelompok Tri Tunggal Dwi yang mewadahi pada ibu pengelola minyak jelantah serta membangun Rumah Tampung Jelantah. Kelompok juga mendapatkan pelatihan membuat produk lilin dan sabun dari minyak jelantah.

"Alhamdulillah kini partisipasi warga sangat tinggi di program ini. Sekarang kami punya 417 nasabah dari 42 RT. Setiap harinya jumlah minyak jelantah yang kelompok kumpulkan terus meningkat. Kami berhasil mengelola sampai 486 liter tiap bulan," ujarnya.

Meningkatnya peserta di program Taman Olah Jelantah menghantarkan Kelompok Tri Tunggal Dwi berkembang ke langkah selanjutnya, yaitu dengan merubah pencatatan manual ke digital.

Kelompok bersama Pertagas OEJA mengembangkan website dan aplikasi Manjalita yang digunakan sebagai media edukasi digital dan pencatatan jelantah yang masuk dan keluar juga rekapitulasi setoran nasabah.

Yuliani Istiqomah yang merupakan kader digitalisasi di Kelompok Tri Tunggal Dwi menjelaskan keunggulan Manjalita untuk memudahkan sistem pencatatan.

"Jadi lebih transparan, warga bisa melihat seberapa banyak jelantah yang sudah ditabung dan berapa jumlah uangnya. Kepercayaan nasabah meningkat berkat aplikasi ini," ujar Yulia.

Seluruh minyak jelantah yang berhasil dikumpulkan oleh kelompok kemudian disalurkan kepada perusahaan yang memiliki izin resmi untuk mengolah kembali minyak jelantah tersebut menjadi biodiesel. Sehingga, kini Kelompok Tri Tunggal Dwi mampu melakukan pengelolaan limbah dengan lebih nyaman dan bertanggungjawab.

Keuntungan dari penjualan minyak jelantah digunakan Kelompok Tri Tunggal Dwi sebagai dana sosial untuk membantu masyarakat rentan di Desa Kalitengah.

Beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan di antaranya bantuan paket sembako untuk 150 ODGJ, bantuan modal usaha bagi 15 lansia, bantuan peralatan pendidikan dan lomba menggambar untuk 30 anak PAUD inklusif, 6 kali pemeriksaan kesehatan gratis bagi lansia, 6 kali kegiatan posbindu, 125 paket Jumat Berkah bagi masyarakat rentan juga modal kios sembako dan lainnya dengan total penerima manfaat langsung mencapai 340 orang.

Tidak berhenti di situ, nasabah yang tergabung dalam wadah 42 RT, juga memanfaatkan dana yang dihasilkan dari setoran ke Taman Olah Jelantah untuk kebutuhan sosial di masing-masing RT nya termasuk membantu warga kurang mampu yang sakit atau mengalami kedukaan.

Ali Afandi Kepala Desa Kalitengah mengaku dengan hadirnya Pertagas OEJA karena desa menjadi lebih bersih, masyarakat semakin guyup dan ibu-ibu yang sudah menjelang lansia pun menjadi lebih produktif dan berdaya.

"Para wanita pejuang minyak jelantah Desa Kalitengah masih memiliki mimpi besar. Perjuangan mereka belum selesai, ke depannya mereka akan memperluas cakupan wilayah dan mengaplikasikan ilmunya ke desa lain. Ini untuk membantu pemerintah daerah menciptakan lingkungan bersih dan warga yang lebih sehat," ujarnya.(*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : A Malik Ibrahim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022