Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur bakal menggelar halaqoh bu nyai inspiratif yang akan berlangsung di Pondok Pesantren Al-Falah, Desa Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri pada Kamis, 17 November 2022.

Wakil Ketua PWNU Jawa Timur K.H. Abdussalam Shohib mengemukakan kegiatan ini sengaja digelar dengan tujuan untuk mengangkat kisah-kisah inspiratif dari sisi perempuan atau ibu nyai, yang banyak diasumsikan hanya mengikuti jejak suami sebagai pengasuh pesantren alias mengajar ngaji. 

"Padahal, peran bu nyai itu sangat vital bagi pondok pesantren. Seperti Bu Nyai Rodliyah Djazuli, yang menjadi topik Halaqoh Bu Nyai Inspiratif #1. Beliau ini orang di balik layar hingga Ponpes Al-Falah ini menjadi besar seperti sekarang," kata Gus Salam, sapaan akrab K.H. Abdussalam Shohib yang juga sebagai ketua panitia acara tersebut, Rabu.

Gus Salam menyatakan, Bu Nyai Rodliyah yang tak lain cucu dari K.H. Mesir Durenan ini pernah berpesan pada suaminya untuk fokus mengaji. 

"Dalam Bahasa Indonesia kurang lebih begini 'Sudah, njenengan (Anda) mengajar atau ngaji saja. Saya yang ngurusi uang saku (keuangan)," kata kiai muda yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, Kabupaten Jombang tersebut. 

Bu Nyai Rodliyah menikah dengan K.H. Ahmad Jadzuli pada 1930 atau lima tahun setelah Ponpes Al-Falah, Kabupaten Kediri berdiri dalam bentuk madrasah. Awalnya pesantren ini tidak memiliki gedung, sehingga proses belajar mengajar bertempat di serambi masjid. 

"Ucapan tersebut dibuktikan oleh Bu Nyai Rodliyah. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga beliau memiliki usaha kecil-kecilan mulai berjualan sayur mayur di depan rumah, berdagang kain keliling desa dengan berjalan kaki sembari menggendong kain dan membuka warung untuk kebutuhan santri," kata Gus Salam.

Selain itu, Bu Nyai Rodliyah juga aktif menata organisasi kepengurusan pondok, mengurus keuangan dan anggaran belanja. 

"Beliau bisa dibilang sosok multitasking (serba bisa). Sebagai ibu rumah tangga, manajer, bendahara hingga keamanan pondok," kata Gus Salam yang mengutip buku Nyai Rodliyah Djazuli – Ummul Ma'had Al-Falah Ploso Kediri.

Sementara itu, Ketua Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Kota Kediri Nur Muhyar mengatakan bahwa halaqoh bu nyai inspiratif ini adalah gagasan brilian dari PWNU Jatim, agar peran besar bu nyai di pesantren-pesantren di lingkungan Nahdlatul Ulama tidak dikecilkan atau hanya istri kiai, yang dianggap hanya bisa mengaji. 

"Faktanya pada masa penjajahan Jepang, Ibu Nyai Rodliyah bahkan pernah meminta K.H. Ahmad Jazuli untuk melepas atribut pemerintahan Jepang saat dipaksa menjadi camat. Karena bu nyai tidak mau proses belajar mengajar di pesantren terganggu. Intinya beliau (Bu nyai) mengambil alih tugas untuk mencukupi ekonomi keluarga dan pesantren," kata Nur Muhyar.

Ia juga menambahkan di LPNU juga menjadikan peran perempuan untuk lebih berdaya dengan berbagai macam pelatihan. 

"Kami di LPNU juga menjadikan perempuan sebagai ujung tombak di pelatihan-pelatihan yang kami gelar. Jadi, kalau dulu perempuan itu identik dengan urusan konsumsi, sekarang mereka adalah subjek dari pelatihan-pelatihan yang kami gelar, mulai soal manajemen keuangan, digital marketing, pengembangan UMKM dan program-program lainnya," tutur Nur Muhyar.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022