Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meluncurkan Career Development Program yang merupakan program dari Direktorat Kemahasiswaan Subdit Pengembangan Kewirausahaan dan Karir untuk memfasilitasi mahasiswa menyambut dunia karir sesuai dengan perkembangan zaman.

"Mengacu pada Indikator Kerja Utama Perguruan Tinggi di mana lulusan ITS bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, melanjutkan studi, atau menjadi wiraswasta, menjadi dasar program ini diluncurkan," ujar Kasubdit Pengembangan Kewirausahaan dan Karir Arief Abdurrakhman di Ruang Auditorium Gedung Research Center ITS, Kamis (10/11) malam. 

Arief mengatakan selain itu diharapkan menjadi jembatan kompetensi antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan Industri dan karir.

"Sehingga dapat diterapkan secara lebih masif dan komprehensif yang nantinya akan dapat memberikan outcome yang impactfull (berdampak) dari rangkaian pembelajaran di ITS," kata dia.

Lebih lanjut, pihaknya ingin melakukan penguatan dengan berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi di Jatim. Salah satunya adalah Millenial Job Center (MJC).

"Dengan kolaborasi ini harapannya bisa terbangun sinergi dalam mengembangkan bakat anak muda di Jatim. Karena sebagian besar mahasiswa ITS ini dari Jatim," ujar dia.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengaku, sangat mengapresiasi konsep Career Development Program ITS yakni merdeka berkarir.

Menurut dia, merdeka berkarir ini tujuannya untuk melepas konsep berkarir seperti pada umumnya.

"Misalnya seperti staf, supervisor kemudian manajer. Jangan terkungkung dengan konsep  kerja di  perusahaan.  Artinya mindset konsep ini harus diupgrade ilmunya karena yang ada saat ini adalah portofolio. Jadi yang penting saat ini adalah memaksimalkan skill dan melek data," kata dia.

Menurut dia, jiwa enterpreneur bukan berarti membuka bisnis sendiri, tapi punya kepekaan untuk menangkap peluang mengambil risiko. 

"Umumnya mahasiswa teknik melihat sesuatu diukur dengan angka, misalnya satu ditambah satu sama dengan dua. Hal itu tidak salah, tapi tidak semua hal hanya mengenai angka. Tapi juga ada kaitannya dengan dimensi-dimensi lain yang menentukan sukses tidaknya sebuah solusi teknis," ujar dia.

"Nah inilah yang kita harapkan dengan adanya merdeka berkarir anak-anak engineering ini akan lebih terbuka lagi peluang berkaryanya," tambahnya.

Salah satu  konsep yang dikenalkan Emil adalah gig economy, yakni orang yang tidak bekerja sebagai karyawan di satu perusahaan tapi bekerja sebagai penyedia jasa profesional atau freelancer kepada klien. 

"Jadi bukan mencari employer tapi mencari klien. Nah inilah yang mau dicoba ditempa oleh ITS dengan merdeka berkarir sehingga pada saat nanti lulus mereka sudah punya kematangan dalam berkarir. Tidak sekedar bercita-cita mau dari staf kemudian mau jadi direktur ini tangganya, bukan begitu," kata dia.

Mantan Bupati Trenggalek ini menambahkan saat ini yang dilihat bukan hanya dari ijazah tapi dari kompetensi. Menurut dia, perjalanan karir seseorang saat ini dilihat dari kompetensi apa yang sudah diakumulasi dan project apa yang sudah dilakukan.

"Inilah yang menjadi testimoni perjalanan karir seseorang," kata dia.

Emil tren di Jatim saat ini sudah mengarah kepada arah yang positif, yakni banyak milenial yang lebih memilih menjadi freelance dalam bidang ekonomi kreatif.

"Ini terlihat dari saat kita launching MJC, kita bisa menjalankan 4.000 project. Seperti desain grafis, digital marketing, fotografi produk bahkan juga data analitik dan pembukuan yang berbasis teknologi. Nah ini sudah berjalan dengan baik dengan hampir 2.000 talenta muda membantu pelaku usaha untuk mentransformasikan bisnisnya secara digital," ujar dia. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Abdul Hakim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022