Balita penderita cerebral palsy (lumpuh otak), LZ usia 4 tahun, di kawasan Jalan Kebraon Praja, Kelurahan Kebraon, Kecamatan Karangpilang, Kota Surabaya, mendapatkan bantuan fisioterapi dari pemerintah kota setempat.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Surabaya Rini Indriyani dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Jatim, Jumat, mengatakan, pihaknya mengapresiasi Dinas Sosial Surabaya, Kecamatan dan Kelurahan serta Kader Surabaya Hebat (KSH) Karangpilang telah bergerak cepat berkolaborasi menangani balita LZ.
"Ini sinergi yang luar biasa, kami harap hal ini bisa berkelanjutan ketika ada warga yang membutuhkan atau kesusahan. Semoga adik LZ bisa berkembang lebih baik lagi ke depannya," kata istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini.
Selain bantuan fisioterapi kepada LZ, lanjut Rini, Pemkot Surabaya juga memberikan bantuan fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) kepada adik LZ, yakni AM. Hal ini dikarenakan AM juga lambat berbicara dan kurang berinteraksi dengan dunia luar.
"Oleh karena itu, kami fasilitasi pendidikan agar anak ini dapat berkembang baik," kata Rini.
Selain itu, LZ juga difasilitasi transportasi oleh pemkot melalui Kecamatan Karangpilang untuk antar jemput ketika menjalani pengobatan fisioterapi. Apabila keluarga LZ berhalangan untuk mengantar, maka dokter akan didatangkan ke rumahnya.
Sementara itu, nenek LZ, Isnanik, menjelaskan, cucu keduanya itu mengalami kelumpuhan otak sejak lahir. Namun, baru diketahui gejalanya sejak LZ berusia 6 bulan setelah lahir.
"Karena waktu itu lahir prematur, jadi baru ketahuan enam bulan kemudian. Saat itu perkembangannya juga lambat tidak seperti bayi pada umumnya," kata perempuan 55 tahun tersebut.
Isnanik juga menjelaskan, karena pertumbuhannya lambat, LZ sempat diperiksakan ke dokter. Setelah itu disarankan agar cucunya itu dilakukan terapi agar LZ lekas pulih. Namun setelah menjalani beberapa kali terapi, balita malang tersebut tak kunjung ada perubahan.
"Biasanya, meskipun balita lahir prematur kan pertumbuhannya bisa normal seperti anak pada umumnya. Tapi kok ini (LZ) sampai sekarang tidak," kata dia.
Sementara ini, lanjut dia, LZ dirawat oleh ibu kandung dan dirinya di rumah. Rencananya, LZ juga akan menjalani fisioterapi yang difasilitasi oleh Pemkot Surabaya.
"Terima kasih banyak kepada pemkot telah membantu kami. Tadi juga mendapat bantuan stroller, susu dan sembako," ujar Isnanik.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Surabaya Rini Indriyani dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Jatim, Jumat, mengatakan, pihaknya mengapresiasi Dinas Sosial Surabaya, Kecamatan dan Kelurahan serta Kader Surabaya Hebat (KSH) Karangpilang telah bergerak cepat berkolaborasi menangani balita LZ.
"Ini sinergi yang luar biasa, kami harap hal ini bisa berkelanjutan ketika ada warga yang membutuhkan atau kesusahan. Semoga adik LZ bisa berkembang lebih baik lagi ke depannya," kata istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini.
Selain bantuan fisioterapi kepada LZ, lanjut Rini, Pemkot Surabaya juga memberikan bantuan fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) kepada adik LZ, yakni AM. Hal ini dikarenakan AM juga lambat berbicara dan kurang berinteraksi dengan dunia luar.
"Oleh karena itu, kami fasilitasi pendidikan agar anak ini dapat berkembang baik," kata Rini.
Selain itu, LZ juga difasilitasi transportasi oleh pemkot melalui Kecamatan Karangpilang untuk antar jemput ketika menjalani pengobatan fisioterapi. Apabila keluarga LZ berhalangan untuk mengantar, maka dokter akan didatangkan ke rumahnya.
Sementara itu, nenek LZ, Isnanik, menjelaskan, cucu keduanya itu mengalami kelumpuhan otak sejak lahir. Namun, baru diketahui gejalanya sejak LZ berusia 6 bulan setelah lahir.
"Karena waktu itu lahir prematur, jadi baru ketahuan enam bulan kemudian. Saat itu perkembangannya juga lambat tidak seperti bayi pada umumnya," kata perempuan 55 tahun tersebut.
Isnanik juga menjelaskan, karena pertumbuhannya lambat, LZ sempat diperiksakan ke dokter. Setelah itu disarankan agar cucunya itu dilakukan terapi agar LZ lekas pulih. Namun setelah menjalani beberapa kali terapi, balita malang tersebut tak kunjung ada perubahan.
"Biasanya, meskipun balita lahir prematur kan pertumbuhannya bisa normal seperti anak pada umumnya. Tapi kok ini (LZ) sampai sekarang tidak," kata dia.
Sementara ini, lanjut dia, LZ dirawat oleh ibu kandung dan dirinya di rumah. Rencananya, LZ juga akan menjalani fisioterapi yang difasilitasi oleh Pemkot Surabaya.
"Terima kasih banyak kepada pemkot telah membantu kami. Tadi juga mendapat bantuan stroller, susu dan sembako," ujar Isnanik.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022