Dinas Perdagangan Kota Madiun, Jawa Timur mengupayakan stabilitas harga telur di pasaran setempat yang terus naik hingga menembus harga Rp30.000 per kilogram dari sebelumnya yang berkisar di antara Rp22.000-Rp26.000 per kilogram.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Madiun Anshar Rasidi mengatakan upaya stabilitas harga telur ayam ras tersebut diwujudkan dengan mengisntruksikan jajarannya untuk melakukan pengecekan langsung di sentra produksi, seperti di Magetan, Lamongan, Malang, Nganjuk, dan Blitar.
"Kami akan koordinasikan dengan peternak di sentra produksi. Kalau ada hambatan di jalur distribusi harus dicari solusinya. Harapannya, kenaikan harga ini bisa segera diatasi," ujar Ansar Rasidi di Madiun, Kamis.
Pihaknya membenarkan jika harga komoditas telur ayam ras tersebut mengalami kenaikan secara bertahap sejak sebulan terakhir di Kota Madiun, tapi kasus tersebut juga dialami di tingkat nasional.
Selain berkoordinasi dengan peternak sentra produksi, Dinas Perdagangan juga siap menyelenggarakan operasi pasar untuk menurunkan harga telur di pasaran.
Namun, saat ini ia mengaku masih dalam tahap mencari rekanan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan operasi pasar tersebut dan memudahkan masyarakat yang membutuhkan.
"Kami siap menggelar operasi pasar. Saat ini masih tahap mencari rekanan. Prinsipnya untuk anggaran kami siap," katanya.
Sementara itu, salah seorang pedagang telur ayam ras di Pasar Besar Madiun (PBM) Mulyono mengatakan kenaikan harga telur ayam saat ini disebabkan bibit ayam petelur dari peternak mengalami kenaikan harga dari Rp14 ribu per ekor menjadi Rp17 ribu per ekor.
"Begitu pula dengan pakan ternak juga mengalami kenaikan," tuturnya.
Menurut dia, kenaikan harga tersebut menyebabkan penjualannya mengalami penurunan karena konsumen merasa berat untuk membeli telur.
"Biasanya saat harga masih normal bisa menjual empat sampai lima kotak telur per hari. Hari ini cuma dua kotak," kata Mulyono.
Dia berharap, harga bisa normal kembali, sebab kenaikan harga tentu mempengaruhi konsumen, terutama para pelaku usaha kuliner berkaitan dengan telur ayam.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Kepala Dinas Perdagangan Kota Madiun Anshar Rasidi mengatakan upaya stabilitas harga telur ayam ras tersebut diwujudkan dengan mengisntruksikan jajarannya untuk melakukan pengecekan langsung di sentra produksi, seperti di Magetan, Lamongan, Malang, Nganjuk, dan Blitar.
"Kami akan koordinasikan dengan peternak di sentra produksi. Kalau ada hambatan di jalur distribusi harus dicari solusinya. Harapannya, kenaikan harga ini bisa segera diatasi," ujar Ansar Rasidi di Madiun, Kamis.
Pihaknya membenarkan jika harga komoditas telur ayam ras tersebut mengalami kenaikan secara bertahap sejak sebulan terakhir di Kota Madiun, tapi kasus tersebut juga dialami di tingkat nasional.
Selain berkoordinasi dengan peternak sentra produksi, Dinas Perdagangan juga siap menyelenggarakan operasi pasar untuk menurunkan harga telur di pasaran.
Namun, saat ini ia mengaku masih dalam tahap mencari rekanan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan operasi pasar tersebut dan memudahkan masyarakat yang membutuhkan.
"Kami siap menggelar operasi pasar. Saat ini masih tahap mencari rekanan. Prinsipnya untuk anggaran kami siap," katanya.
Sementara itu, salah seorang pedagang telur ayam ras di Pasar Besar Madiun (PBM) Mulyono mengatakan kenaikan harga telur ayam saat ini disebabkan bibit ayam petelur dari peternak mengalami kenaikan harga dari Rp14 ribu per ekor menjadi Rp17 ribu per ekor.
"Begitu pula dengan pakan ternak juga mengalami kenaikan," tuturnya.
Menurut dia, kenaikan harga tersebut menyebabkan penjualannya mengalami penurunan karena konsumen merasa berat untuk membeli telur.
"Biasanya saat harga masih normal bisa menjual empat sampai lima kotak telur per hari. Hari ini cuma dua kotak," kata Mulyono.
Dia berharap, harga bisa normal kembali, sebab kenaikan harga tentu mempengaruhi konsumen, terutama para pelaku usaha kuliner berkaitan dengan telur ayam.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022