Pemeran utama film "Miracle In Cell No.7" Vino G Bastian menegaskan bahwa film itu bukanlah plagiat melainkan sebuah versi remake dari film asal Korea dengan judul yang sama.

"Di Indonesia sambutan ketika kita merilis trailer dan beberapa materi promo luar biasa banget. Walaupun beberapa netizen kita tuh masih tidak tahu bedanya remake dan plagiat. Jadi kita memang harus terus edukasi," ujar Vino saat dijumpai di Jakarta Selatan, Rabu malam (24/8).

"Sebuah film remake itu sama sekali bukan plagiat. Kami punya izin resmi, punya prosedur resmi. Mungkin edukasi ini yang mulai harus disebarkan. Karena bukan cuma film 'Miracle In Cell No.7' saja. Nanti akan banyak film-film remake. Dan film remake itu kan bukan cuma sekadar mengadaptasi, tapi juga bagian dari penghormatan terhadap film originalnya," sambungnya.

Film "Miracle In Cell No.7" adalah sebuah film adaptasi dari film asal Korea Selatan. Film ini menceritakan tentang kisah seorang ayah yang dituduh melakukan tindak kejahatan dan akhirnya diseret ke dalam penjara.

Baca juga: Hanung enggan pasang target penonton untuk "Satria Dewa: Gatotkaca"

Oleh sebab itu, ayah tersebut pun harus berpisah dengan putri kecilnya. Namun pada akhirnya, sang anak pun dapat berhasil masuk ke dalam penjara secara diam-diam. Selain menyuguhkan kisah pilu, film ini juga sekaligus menyajikan komedi. Film versi Korea dari judul ini pun banyak menguras emosi para penontonnya.

Sebagai sutradara, Hanung Bramantyo mengaku bahwa dirinya tak begitu banyak memberi perubahan dalam versi Indonesia "Miracle In Cell No.7". Sebab, film originalnya berasal dari Asia sehingga masih memiliki nilai-nilai yang sama dengan yang terjadi di Indonesia.

"Film originalnya sendiri sudah cukup Asia ya. Artinya bagaimana sih hubungan antara bapak sama anak itu ter-highlight. Dan bagaimana relasi antara bapak sama anak itu sebenarnya sudah relasi yang bahkan itu juga terjadi di Indonesia," ujar Hanung.

"Makanya ketika kita ganti jadi bahasa Indonesia, itu kayak pakai baju yang sudah pas gitu. Mungkin kalau saya mengadaptasi film dari Amerika, bukan Asia, yang kulturnya berbeda sekali, mungkin itu akan susah. Tapi kalau sesama Asia, sebetulnya kita masih relate. Jadi saya tidak neko-neko di film ini," lanjutnya.

Kendati demikian, Hanung tetap merasa tertantang membuat remake dari film ini. Sebab, dia harus mengungguli versi original dari "Miracle Cell In No.7". Sebab, film ini telah mengandung pesan yang menarik untuk masyarakat.

"Tantangan terberat itu mengungguli filmnya (versi orginal). Dari sisi sinematografi, akting, bagaimana orkestra dari para napi ini. Karena di film itu yang luar biasa buat saya dunia luar penjara, itu menyeramkan sekali. Tapi ketika masuk di sel kok justru lebih manusiawi ya," jelas Hanung.

"Di luar, orang normal ini begitu jahat sekali dengan orang yang nggak normal. Mereka dengan gampang melihat 'Lu kan nggak normal. Lu bahaya buat kita.' itu di luar penjara. Tapi ketika di dalam penjara, para napi justru sama orang yang dianggap nggak normal tadi malah bersahabat. Jadi saya nggak terlalu banyak mengubah apapun," tutupnya.

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022