Sebanyak 24 peserta disabilitas mengikuti tes wawancara khusus jalur mandiri di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kamis. 

"Puluhan peserta tersebut datang dari berbagai daerah. Dari Kalimantan dan Aceh pun ada," kata Ketua Divisi Penerimaan Mahasiswa Baru, Satuan Admisi Unesa, Awang Dharmawan, S.Ikom., MA.

Awang mengatakan bahwa jalur khusus disabilitas atau Tes Masuk Unesa Berbasis Komputer (TMUBK) disabilitas ini dilaksanakan dua tahap. 

Tahap pertama yaitu tes tulis berbasis komputer yang dilaksanakan secara daring dan tahap kedua yaitu tes wawancara atau uji keterampilan. 

"Berdasarkan data, pendaftar jalur disabilitas ini mencapai 54 peserta dan yang lanjut ke tahap tes wawancara hari ini ada sekitar 24 peserta," katanya. 

Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) Unesa itu menambahkan, animo peserta disabilitas dari berbagai daerah untuk kuliah di kampusnya sangat luar biasa. 

Bahkan, lanjutnya, ada peserta yang dari Aceh, rela menempuh perjalanan darat, naik bus selama empat hari tiga malam hanya untuk mengikuti seleksi di Unesa. 

"Tentu teman-teman disabilitas ini kita minta ada pendampingnya masing-masing. Selain untuk memastikan keselamatan peserta juga sebagai penyemangat peserta di lokasi seleksi," katanya. 

Jalur khusus ini merupakan komitmen Unesa dalam memberikan akses pendidikan tinggi kepada semua anak bangsa. 

Unesa, kata Awang, sebagai rumah bersama untuk belajar dan mengembangkan diri yang nantinya mereka diharapkan bisa memberikan sumbangsih positif bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Puji Lestari, salah satu pendamping peserta disabilitas menyampaikan apresiasinya untuk Unesa yang memberikan jalur khusus bagi disabilitas pada masing-masing jalur penerimaan mahasiswa baru setiap tahunnya. Terlebih di kampus satu langkah di depan itu memberikan pelayanan yang khusus.

"Tidak semua kampus ada jalur khusus dan benar-benar khusus seperti sistem penerimaan mahasiswa baru di Unesa. Ada relawan khusus yang mengantarkan peserta sampai ke ruangan seleksi," ujarnya. 

Hal yang serupa diungkapkan Ida, orang tua M. Dafino, peserta penyandang autis. Dikatakan Ida, kita semua adalah sama. Sama-sama sempurna di hadapan Tuhan. Setiap orang juga punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

"Saya percaya, anak-anak yang lahir dengan keterbatasan di bidang satu pasti memiliki kelebihan di bidang lainnya. Ini yang perlu dikembangkan lebih jauh, salah satunya lewat kuliah di sini (Unesa). Semoga anak saya bisa lolos dan kuliah di sini," ucapnya.

Relawan Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Unesa, Nurul Maulida yang membantu mengarahkan peserta di lokasi mengatakan bahwa tidak sembarang untuk menjadi relawan seleksi disabilitas. Peserta tentu harus memiliki kemampuan berinteraksi dengan peserta dan harus melewati pelatihan.

"Kami benar-benar harus melayani mereka dengan sepenuh hati. Ada cara atau prosedurnya sendiri. Relawan biasanya dibekali keterampilan lewat pelatihan oleh PSLD Unesa," tutur mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB) angkatan 2020 itu.  (*)

 

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022